Home AD

Wednesday, April 03, 2013

KELUARGA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN PERTAMA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI



Keluarga merupakan benih akal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian. Anak-anak mengikuti orang tua dan berbagai kebiasaan dan perilaku dengan demikian keluarga adalah elemen pendidikan lain yang paling nyata, tepat dan amat besar. Keluarga adalah salah satu elemen pokok pembangunan entitas-entitas pendidikan, menciptakan proses naturalisasi social, membentuk kepribadian-kepribadian serta memberi berbagai kebiasaan baik pada anak-anak yang akan terus bertahan lama.
Keluarga memiliki damapak yang besar dalam pembentukan perilaku individu serta pembentukan vitalitas dan ketenangan dalam benak anak-anak karena melalui keluarga anak-anak mendapatkan bahasa, nilai-nilai, serta kecenderungan mereka.
Keluarga bertanggungjawab mendidik anak-anak dengan benar dalam kriteria yang benar, jauh dari penyimpangan. Untuk itu dalam keluarga memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab. Tugas dan kewajiban keluarga adalah bertanggungjawab menyelamatkan faktor-faktor cinta kasih serta kedamaian dalam rumah, menghilangkan kekerasan, keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan, orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai tugas mereka.
Menurut Fuad Ihsan fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu keluarga merupakan pengalaman pertama bagi anak-anak, pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong, tenggang rasa sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera, keluarga berperan dalam meletakkan dasar pendidikan agama dan sosial. (Fuad Ihsan, 2001 : 18)
Orang tua harus bisa menciptakan suasana keluarga yang damai dan tentram dan mencurahkan kasih sayang yang penuh terhadap anak-anaknya, meluangkan waktunya untuk sering berkumpul dengan keluarga, mengawasi proses-proses pendidikan anak dan melakukan tugas masing-masing ayah dan ibu.
Agar keluarga itu bisa dikatakan sehat dan bahagia, harus memiliki enam skriteria yang amat penting bagi pertumbuhan seorang anak, yaitu Kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu untuk bersama, mempunyai pola konsumsi yang baik bagi sesama anggota keluarga, saling menghargai satu dengan yang lainnya, masing-masing anggota merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok bila terjadi sesuatu permasalahan dalam keluarga mampu menyelesaikan secara positif konstruktif. (Dadang Hawari, 1997 : 215)
Dari beberapa paparan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak karena pertama kalinya mereka mengenal dunia terlahir dalam lingkungan keluarga dan dididik oleh orang tua. Sehingga pengalaman masa anak-anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya, keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreativitas anak.

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KELUARGA SAKINAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ĀN



Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu, para orang tua harus betul-betul membina anak-anaknya sehingga menjadi anak yang sholeh yang pada akhirnya terbentuklah keluarga sakinah  yang bisa mengantarkan kepada  terbentuknya baldah thoyyibah (negara yang sejahtera ).Untuk tercapainya tujuan tersebut seharusnya  para orang tua mengetahui dan menggali konsep dasar pendidikan  keluarga sakinah yang bersumber dari Al-Qur’an maupun  Hadis.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan gambaran tentang pendidikan keluarga sakinah , di antaranya QS. Ar-Rūm (30):21 dan QS. Luqmān (31):12-19. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis ingin mencoba mengetahui  konsep dasar pendidikan keluarga sakinah dalam perspektif Al-Qur’an pada surat tersebut.
Penelitian ini  menggunakan metode tafsir tematik  dan data yang dikehendaki adalah data kualitatif.
Dengan memahami QS. Ar-Rūm (30): 21 , penulis menemukan beberapa konsep dasar pendidikan keluarga sakinah . Pertama , pasangan suami istri hendaklah menciptakan lingkungan keluarga yang tenang  karena hal itu sangat dibutuhkan  su paya si anak betah tinggal di dalam sebuah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang tidak tenang yang penuh dengan pertengkaran dan perselisihan akan  berdampak negatif bagi perkembangan jiwa anak . Kedua , orang tua hendaklah menanamkan kasih sayang terhadap anggota keluarganya
Menurut QS. Luqman (31):12-19  bahwa untuk  mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga, orangtua seharusnya memiliki ilmu pengetahuan  yang luas serta dibarengi dengan pengamalan terhadap ilmunya sambil memberikan teladan yang baik terhadap  anak-anaknya sebagaimana yang dilakukan oleh Luqmanul Hakim.Orang tua hendaklah menjadi manusia yang bersyukur kepada Allah Swt. dengan menggunakan anugrah yang diterimanya sesuai dengan tujuan penganugrahan dan selalu menasihati anaknya dengan penuh kasih sayang dengan materi nasihat yang baik dan tidak menjemukan    Di antara materi dasar yang sangat perlu disampaikan kepada anak  sebagai dasar pendidikan adalah  materi akidah, ibadah dan akhlakul karimah.
Hasil penelitian ini dapat memberikan nilai sosial terhadap para orang tua  dalam membimbing anak-anaknya supaya menjadi anak-anag  yang soleh yang dapat mengantarkan terbentuknnya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah dan baldah thoyyibah. Di samping itu, bagi akademisi yang berminat, tulisan ini bisa jadi salah satu literatur yang dapat membantu terutama bagi pendidikan keluarga.

PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK

Sisa-sisa tanaman dan binatang mengalami perombakan dalam atau di atas tanah pada kondisi2 yang berbeda. Kecepatan perombakan dan hasil2 akhir terbentuk bergantung kepada suhu, lengas, udara, bahan kimia dan mikrobia. Semakin tinggi suhu (hingga 40oC) akan semakin mempercepat perombakan. Ini merupakan salah satu alasan bahwa tanah atasan mempunyai kandungan Bahan Organik rendah. Lengas diperlukan untuk perombakan secara biologis, namun air yang berlebihan sangat menyebabkan kahat (kurang) udara dan akibatnya akan memperlambat perombakan.Ketersediaan bahan2 kimia yang diperlukan sebagai zat hara (terutama N) bagi mikrobia menentukan kecepatan perombakan dan berpengaruh terhadap jenis humus yang dibentuk.
Bahan Organik terombak lebih cepat di dalam tanah yang subur dibanding dalam tanah yang kurus. Urutan perombakan komponen2 Bahan Organik tanah adalah :
1.    Gula, pati, protein2 yang larut air
2.    Protein kasar
3.    Hemicelulose
4.    Selulosa
5.    Minyak, lemak, lignin, lilin
Kecepatan perombakan Bahan Organik menurun sesuai dg waktu dan tercapainya suatu komposisi kimia yang mirip humus yang dianggap sebagai salah satu hasil pertengahan perombakan. Perombakan Bahan Organik di dalam tanah adalah merupakan suatu proses pencernaan yang tidak sama dengan pencernaan Bahan Organik di dalam perut binatang. Sejumlah besar oksigen diperlukan untuk perombakan Bahan Organik tersebut. Oksidasi
Bahan Organik paling cepat berkembang di dalam tanah permukaan dan paling lambat di dalam lapisan tanah bawahan, terutama jika tanah ini mampat dan basah. Peristiwa khas: pengkerutan dan amblesnya Muck (mencapai 2-5 cm/th di Florida) dan gambut (peat) setelah diolah, karena berkembang dalam kondisi air tanah yang tinggi sehingga menghambat perombakan. Perlu draenase dan perbaikan aerasi, sehingga perombakan dapat dipercepat.
Humus merupakan campuran senyawa yang kompleks (tersusun oleh asam humat, asam fulfat, ligno protein dll), mempunyai sifat agak/cukup resisten (tahan) terhadap perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tak mempunyai bentuk tertentu), berwarna coklat-hitam, bersifat koloid (<1 bahan="" berasal="" bermuatan="" dan="" dari="" humifikasi="" m="" mikroba="" oleh="" organik="" proses="" span="" tanah.="">
Pengaruh humus (Bahan Organik) terhadap sifat2 tanah:
1.    Pengaruh secara fisik:
a.    warna tanah menjadi lebih kelam. Coklat-hitam: menaikkan suhu.
b.    Meningkatkan agregasi (granulasi tanah) dan urobilitas agragat, aerasi (penghawaan) lebih baik, draenasi perembihan, pelulusan) lebih baik, lebih tahan terhadap erosi
c.    Mengurangi plastisitas pada tanah lempung (liat-clay), tanah lebih mudah diolah (lebih gembur)
d.   Menaikkan kemampuan mengikat/menyimpan air
2.    Pengaruh secara kimia:
a.    Menaikkan KPK. (humus mempunyai KPK>200 me/100 gr.
b.    Merupakan salah satu sumber unsur hara (penting dalam daur/siklus unsur hara)
c.    Merupakan cadangan unsur hara utama N,P, S dalam bentuk organic dan unsure hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) dalam bentuk khelat (chelate) dan akan dilepaskan secara perlahan-lahan.
d.   Meningkatkan aktivitas, jumlah dan populasi mikro dan makro organisme tanah (Bahan Organik merupakan sumber energi/makanan) (bakteri, fungi, actinomycetes, cacing, serangga dll)

PERAN BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH



Pengaruh Bahan Organik di dalam tanah mencakup gatra2 (aspect) genesa dan kesuburan tanah. Pengaruhnya dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka pendek terutama diperankan oleh bahan2 non-humus (non-humified materials), sedangkan pengaruh jangka panjang diberikan oleh bahan humus. Kedua pengaruh tersebut dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Tersedianya Bahan Organik dalam tanah berarti pula tersedianya sumber karbon dan energi bagi mikroorganisme tanah yang perannya sangat dominan dalam proses perombakan Bahan Organik. Lewat proses mineralisasi, Bahan Organik mampu menyediakan unsur2 hara bagi tanaman, terutama: N,P,S dan unsur2 hara mikro.
Bahan Organik memainkan peran utama dalam pembentukan agregat dan struktur tanah yang baik, sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki kondisi fisik tanah, dan pada gilirannnya akan mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan akar, serta meningkatakan ketahanan terhadap erosi. Bahan Organik juga mampu meningkatkan KTK dan daya sangga tanah, fototosisitas, keterlindian (leachability), serta biodegradasi pestisida di dalam tanah. Bahan Organik juga dapat membentuk kompleks dengan unsur2 hara mikro sehingga dapat mencegah kehilangan lewat pelindihan, serta mengurangi timbulnya keracunan unsur hara mikro. Bahan Organik juga mampu melepaskan P yang disemat oleh oksida2 (Fe, Al) dalam tanah (Sanchez, 1976)
Temperatur dan kelembaban yang tinggi akan memacu alihrupa mineral, dan pengaruh tersebut akan diperbesar oleh kehadiran substansi organik. Kandungan Bahan Organik tanah merupakan kriteria paling penting untuk mencirikan dan memapankan batas2 suatu epipedon. Kandungan Bahan Organik menentukan sebagai horison organik atau bukan.
Beberapa epipedon yang menggunakan Bahan Organik sebagai ciri pembeda utama adalah: epipedon histik, molik, umbrik dan okrik. Peran Bahan Organik sangat vital dalam genesa horison spodik.

BAHAN ORGANIK TANAH



Bahan organik:  mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahanan (stage) dekomposisi (Millar, 1955). Bahan organik tanah: lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian/seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun yang belum. Kononova (1966) dan Schnitzer (1978) membagi bahan organic tanah menjadi 2 kelompok, yakni: bahan yang telah terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan humik (humic substances) dan bahan yang tidak terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan bukan humik (non-humic substances) 
Kelompok pertama lebih dikenal sebagai “humus” yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organic bersifat stabil dan tahan terhadap proses bio-degradasi (Tan, 1982). Terdiri atas fraksi asam humat, asam fulfat dan humin.  Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah (Thompson & Troeh, 1978)
Kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, asam amino, peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat, protein.
Bahan organik tanah berada pada kondisi yang dinamik sebagai akibat adanya mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya sebagai sumber energi dan karbon. Kandungan bahan organik tanah terutama ditentukan oleh kesetimbangan antara laju pelonggokan dengan laju dekomposisinya (Pal & Clark, 1989). Kandungan bahan organik tanah sangat beragam, berkisar antara 0,5% - 5,0% pada tanah-tanah mineral atau bahkan sampai 100% pada tanah organik (Histosol) (Bohn, 1979).
Faktor yang pengaruhi kandungan Bahan Organik tanah adalah: iklim, vegetasi, topografi, waktu, bahan induk dan pertanaman (cropping). Sebaran vegetasi berkaitan erat dengan pola tertentu dari temperatur dan curah hujan. Pada wilayah yang g CH rendah, maka vegetasi juga jarang sehingga akumulasi Bahan Organik juga rendah. Pada wilayah yang temperatur dingin, maka kegiatan mikroroganisme juga rendah sehingga proses dekomposisi lambat.
Apabila terjadi laju pelonggokan bahan organik melampaui laju dekomposisinya, terutama pada daerah dengan kondisi jenuh air dan suhu rendah, maka kandungan bahan organik akan meningkat dengan tingkat dekomposisi yang rendahCiri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah, karena Bahan Organik tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara.
Hasil perombakan bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan mineral tanah; agihan (distribution) bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison. Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang selanjutnya menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah.
  
Stevenson (1982) menyajikan proses dekomposisi Bahan Organik dengan urutan sbb:
1.   Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan menjadi lebih kecil.
2.  Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatam enzim mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapan:
a.  tahapan awal: dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang g mudah terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan Bahan Organik sebagai sumber karbon dan energi oleh mikroorganisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa sampingan (by products) seperti: NH3, H2S, CO2, asam organik dll.
b.   Tahapn tengah: terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate products) dan biomasa baru sel organisme)
c.   Tahapan akhir: dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (misal: lignin). Peran fungi dan Actinomycetes pd tahapan ini sangat dominan
3.  Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa2 organik (humifikasi) yang akan membentuk humus.