Home AD

Thursday, April 14, 2016

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi ke dua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Fungsi air bagi tanaman adalah :
1.    Merupakan unsur penting dari protoplasma, terutama pada jaringan meristematik.
2.    Sebagai pelarut dalam proses fotosintesa dan proses hidrolitik, seperti perubahan pati menjadi gula.
3.    Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman.
4.    Pengatur suhu bagi tanaman, karena air mempunyai kemampuan menyerap panas yang baik.
5.    Transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman.


Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air tanah dan kondisi lingkungan di atas tanah. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara optimum berada antara kapasitas lapang (field capacity) dantitik layu permanen (permanent wilting point) (Kramer, 1969). Kondisi ini berada antara 50% sampai 70% air tersedia. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh pF (kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya. Besarnya kemampuan partikel tanah memegang air ditentukan oleh jumlah air dalam tanah. Jumlah air yang diserp oleh akar pada lapisan tanah dari perempat pertama, kedua, ketiga dan keempat berturut-turut adaha 40%, 30%, 20%, dan 10%.
Menurut Burstom (1956), bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman diterntukan oleh tegangan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggadaan dan pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.
1. Fotosintesa
Defisit air pada saat proses fotosintesa berlangsung berakibat pada kecepatan fotosintesa. Defisit air akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Hal ini sebagai akibat dari menutupnya stomata, meningkatnya resistensi mesofil yang akhirnya memperkcil efisiensi fotosintesa.Hasil penelitan Boyer (1970), menyatakn potensial air sebesar 4 bar akan mengakibatkan berkurangnya perluasan daun sampai sebesar 25% dari maksimum yang dapat diperoleh. Potensial air daun 12 bar mengakibatkan terhentinya peruluasan daun. Hasil fotosintesa per unit luas daun mulai menurun pada potensial air daun 11 bar (Gambar 43).
Apabila melewati potensial air daun 18 bar laju penurunan perluasan daun menjadi maksimum, dan setelah melewati 19 bar sampai 40 bar kecepatan fotosintesa menurun secara drastis dan akhirnya terhenti. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa perluasan daun dibatasi oleh ketersediaan air tanah sehingga menurunkan efiiensi fotosintesa. Hal ini berhubungan proses biokimia, karena fotosintesa merupakan proses hidrolisa yang memerlukan air.


Kisaran defisit air dan potensial air daun bervariasi menurut;
a.    Umur tanaman
b.    Posisi daun dalam tajuk
c.     Kondisi-kondisi pertumbuhan
Menurut Yahya (1988), jumlah siklus defisit (stress) yang dialami tanaman pada kondisi yang berbeda akan menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Tanaman kapas yang tumbuh pada “growth chamber” (terkontrol) pada potensial air daun 16 bar mengakibatkan menutupnya stomata. Apabila tanaman yang sama ditanam pada lapangan terbuka, hingga potensial daun mencapai 27 bar belum menunjukkna menutupnya stomata walaupun tanaman juga mengalami siklus kekeringan. Stomata mempunya mekanisme penyesuaian terhadap perubahan kandungan air tanah, yang dipengaruhi oleh kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity). Gambar 44 menunjukkan semakin tinggi kapasitas menyi8mpan air tanah semakin lama waktu yang tersedia bagi stomata untuk kembali pada keadaan semula (non stress).
Penutupan stomata juga dipengaruhi oleh adanya variasi kelembaban relatif yang terjadi di udara. Kelembaban relatif terjadi karena adanya air dalam status uap. Pada suhu tinggi udara akan memegang upa lebih besar dibandingkan dengan suhu rendah. Kelembaban relatif di-nyatakan dalam persentase, ialaah sejumalh uap air pada suatu waktu dibandingkan dengan jumlah total uap air yang dapat diikat oleh udara pada suatu suhu. Kelembaban berperan pada perkmebangan kutikula, mencegah hidrasi kutikula, transpirasi yang akhirnya juga sangat berperan dalam mengurangi adanya water streess. Oleh karena itu dalam hal mencegah water stress kelembaban relatif lebih bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, karena dipengaruhi oleh faktor meteorologi dan fisiologi tanman seperti kegiatan transpirasi, respirasi dan fotosintesa.
Kelembaban relatif rendah secara morfologis mempengaruhi endapan lilin yang tebal. Kondisi ini secara fisiologis mempengaruhi kecepatan transpirasi. Lapisan lilin yang tebal menyebabkan terhalangnya energi cahaya mencapai khlorophyl. Sehingga mengurangi efisiensi fotosintesa. Selam kelembaban dalam tubuh tumbuhan berada di atas titik layu, kegiatan metabolisme tak terpengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban relatif mempengaruhi masuknya air ke dalam jaringan tanaman dan translokasi air dalam tubuh tanaman. Kutikula yang terhidrasi akan meningkatkan aliran air ke daun, karena tekanan daun berkurang. Water stress yang lama dapat meningkatkan tebal dan kepadatan kutikula, menurunkan pemasukan, pelaluan air dan mentabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan yang berkepanjangan mengakibatkan kutikula kurang permeable pada air. Status ini menimbulkan kelambatan pada pertumbuhan batang dan daun, mengurangi kecepatan transpor ion, menurunkan respirasi, menurunkan aktivitas enzim, megurangi pembelahan sel dan mengurangi sintesa protein. Tetapi meningkatkan enzim hidrolitik, penutup stomata dan mengakibatkan penimbunan asam abisisik.
Pengaruh stress air terhadap sistem fotosintesa bisa juga melalui pengaruh pada kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplass di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesa. Pengaruh stress air pada perangkat fotosintesa tanaman jagung dilaporkan oleh Alberte, Thornber dan Fiscus (1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress air bisa menurunkan kandungan klorofil dan (Gambar 45). Pada tanaman jagung dan tanaman C4 lainnya stress air berpengaruh negatif pada sel-sel mesofil daun. Pengaruh ini lebih besar daripada sel-sel “bundle sheat” karena menurut Yahya (1988),
Sel-sel mesofil terletak lebih jauh dari jaringan pembuluh yang mensuplai air dengan sel-sel bundle sheat.
a. Kloroplast mesofil lebih terpengaruh karena mengandung lebih banyak “ligh-harvesting chlorophyl a/b protein (Fotosintem II) yang nampaknya labil pada kondisi stress yang sedang sekalipun
b. Kombinasi ke dua proses di atas.
2. Sistem Reproduktif
Keberhasilan persarian dan penyerbukan tanaman akan menggambarkan kapasitas sink tanaman tersebut. Fase reproduktif merupakan fase yang kritis, karena itu pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, dan air yang langsung terlihat pada sink. Pembuangan, pembuahan dan pengisian biji/buah akan gagal apabila stress air berlangsung lama. Menurut Herrero dan Johnson (1981) bahwa, perpanjangan rambut jagung (silk), tangkai kepala putih (style) terhenti pada air daun (yang meghadap tongkol pertama) kira-kira -9 bar pada tanaman yang mengalami stress kekeringan, dan hanya-14 baru pada tanaman yang diairi cukup. Laju perpanjangan silk dan potensial air daun yang diairi cukup dan tanaman yang mengalami stress kekecingan dapat dilihat pada Gambar 46.
Hasil penelitian Yahya (1982) menunjukkan bahwa stress air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode pengisisna biji, sehingga meningkatkan pula kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6 memperlihatkan diperlambatnya muncul bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silking) selama 4-5 hari karena adanya stress air. Kekeringan yang terjadi menjelang saat pembungaan sangat berpengaruh pada sistem reproduktif (Tabel 7). Pada tanaman padi pengaruh ini meningkatkan sterilitas bunga dan menurunkan persen pengisian biji.
3. Translokasi
Pertumbuhan suatu tanaman selain ditentukan oleh kegiatan fotosintesa (fotsintat) dan perombakan bahan kering oleh respirasi, juga ditentuka oleh kelancaran translokasi fotosintat dan unsur hara ke bagian sink. Bahan yang berfungsi sebagai transpor zat-zat (fotosintat dan unsur hara) dari sel ke sel dan dari organ ke organ adalah air.  Translokasi melalui xylem berupa unsur hara yang dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun untuk diproses dengan kegiatan fotosintesa. Fotosintat yang merupakan hasil fotosintesa ditranslokasi melalui phloem ke sink (buah, biji atau umbi) ataupun sebelumnya ke batang (sink sementara), bagi tanaman yang menumpukkan fotosintatnya di batang, seperti tebu. 
Stress air memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambtanya proses translokasi. Pengaruh tidak langsung terhadap produksi adalah berukangnya penyerapan hara dari tanah. Hasil penelitian Yahya (1982) dari Universitas Wisconsin, pemupukan nitrogen terhadap kandungan nitrogen (N) dalam daun (komponen klorofil) menunjukkan bahwa adanya stress air kandungan N daun lebih rendah, jauh di bawah titik kritis. Rendahnya penyerapan unsur hara berarti rendah pula laju sintesa-sintesa bahan kering (antara lain protein). Hal ini juga berarti rendah pula hasil akhir yang diperoleh. Secara langsung stress air menurunkan laju translokasi fotosintat ke bagian organ penumpukan (sink) misalnya dalam proses pengisisan biji.

PENGARUH SIFAT FISIKA TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


Seperti kita ketahui bahwa pada umumnya usahatani dalam bidang pertanian bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal tanpa mengurangi kesuburan tanahnya atau dengan kata lain melalui pengolahan tanah yang baik dan teratur untuk menghasilkan produksi pertanian yang tinggi dan efisien. Dalam mencapai tujuan itu maka tanah harus dipertahankan pada tingkat produktivitas yang optimal.
Upaya-upaya pemeliharaan/perbaikan yang biasa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanah adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan tanah yang baik dan teratur dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah.
2. Pemupukan yang sesuai dengan unsur hara yang diberikan dapat memperbaiki sifat kimia tanah
3. Pemupukan dengan pupuk alam atau pupuk organik, dapat memperbaiki sifat fisika maupun sifat kimia tanah,
4. Pemberian bahan-bahan tertentu selain bersifat pupuk, seperti pemberian bahan kapur (pengapuran) dan mineral zeolit yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memperbaiki sifat kimia maupun sifat fisika tanah.
5. Penanaman dengan cara pergiliran tanaman untuk menghindari ketidak seimbangan proses pengangkutan unsur hara dan untuk memperbaiki struktur tanah atau sifat fisika tanah.


Hal penting lainnya untuk meningkatkan produktivitas lahan adalah penerapan teknologi yang tepat, baik cara maupun kebiasaan pengelolaan dan dasar pemeliharaan secara baik dan berkelanjutan, dimana petani harus sejak awal dilibatkan dalam perakitan teknologi.
Tiga aspek untuk menilai produktivitas atau kesuburan tanah yaitu, sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah.  Ketiga aspek tanah ini mempunyai peran yang sama penitngnya. Tanah yang mempunyai sifat fisika yang baik, dapat dikatakan bahwa tanah tersebut mempunyai sifat kimia dan biologi yang baik. Maksudnya sifat fisika yang baik merupakan suau efek dari sifat kimia dan biologi yang baik. 
Hubungan alami antara sifat biologi tanah dengan sifat fisika dan kimia, pada umumnya menunjukan hubungan yang selaras, artinya apabila sifat biologi tanah baik atau tinggi maka akan berpengaruh terhadap sifat fisika maupun kimia tanah yang baik atau tinggi pula, sehingga pertumbuhan tanaman akan baik terutama dengan ditunjang oleh pengelolaan dan pemeliharaan yang optimal.
Adapun sifat-sifat fisika tanah yang baik antara lain terdiri dari :
1. Bobot isi
Bobot isi kering adalah berat bagian padat yang disebut berat tanah kering dibagi dengan isi total, termasuk isi butir-butir padat dan isi ruang pori. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur dan kandungan air tanah.
2. Tekstur
Adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah.
3. Struktur
Adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat.
Struktur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan  tanaman secara tidak langsung, yaitu berupa perbaikan, peredaran air, udara dan panas, aktifitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam.
4. Warna
Adalah campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama yang memberikan jenis warna tertentu.
Urutan warna tanah yang menunjukan penurunan produktivitas tanah adalah hitam, coklat, coklat seperti karat, abu-abu coklat, merah, abu-abu coklat, merah, abu-abu, kuning dan putih.
5. Temperatur
Temperatur sangat berpengaruh kepada proses-proses pelapukan dan penguraian bahan induk, reaksi-reaksi kimia, dll. Serta dapat mempengaruhi langsung pertumbuhan tanaman melalui perubahan kelembaban tanah, aerasi, aktifitas mikrobia, ketersediaan unsur hara, dll.
6. Permeabilitas
Sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori, disebut pula konduktifitas hidraulik.
7. Regim kelembaban  
Adalah ada tidaknya air tanah bebas (ground water) dan atau air yang ditahan oleh tanah dibawah 15 bar dalam beberapa periode tertentu sepanjang tahun yang terdapat dalam Control Section.
8. Total porositas
Adalah besarnya rongga yang dapat diisi oleh air secara maksimal; dengan kata lain jumlah air terbanyak yang dapat mengisi seluruh pori tanah.

Cara-cara memperbaiki sifat-sifat fisika tanah :
Cara untuk memperbaiki sifat fisika tanah adalah dengan melakukan pengolahan tanah yang tepat.  Salah satu bentuk pengolahannya yaitu pemberian bahan organik kedalam tanah.  Tanah dengan kandungan bahan organik yang cukup yang cukup/tinggi akan mempunyai kemampuan mengisap air sampai beberapa kali bobot  keringnya dan juga memiliki porositas yang tinggi. Selain itu bahan organik juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang akan merangsang kegiatan mikroorganisme dalam menciptakan struktur tanah yang baik dan terciptanya suatu lapisan humus pada permukaan tanah.  Cara lain untuk memperbaiki sifat fisika tanah , yaitu pemakaian bahan kimia pemantap tanah (Soil Conditioner) dengan maksud untuk membentuk struktur tanah dengan pori-pori di dalam dan diantara agregat tanah yang mantap/stabil.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN SERTA FAKTOR LINGKUNGAN


A. Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah.
Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air, C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.
B. Perkembangan Tanaman
Perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi.
Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi, pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan.   


Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin. Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.
Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.
Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)

C. Fase -fase pertumbuhan dan karbohidrat
Fase vegetatif; terutama perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi. Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium. Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan; (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.
Fase reproduktif : terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan. Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit; (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan; (6) Pembentukan koloid hidrofilik. Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.
Perimbangan vase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.
Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok:
1.  Tanaman berbatang basah yang memerlukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama hidupnya dan dominansi fase reproduktif selama masa akhir hidupnya.
2.  Tanaman berbatang basah yang tidak memerlukan dominansi dari kedua kedua fase vegetatif maupun reproduktif
3.  Tanaman berkayu yang memeriukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama tiap musim dan dominansi fase reproduktif selama bagian akhir musim.


D. Faktor Lingkungan Dalam Kehidupan Tanaman
  Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya. Peranan tanah tergantung pada kondisi mineral organik, bahan organik tanah, organisme tanah, atmosfer tanah dan air tanah. Dalam hal ini tingkat kesuburan tanah (kimiawi, fisik, dan biologis) sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.
Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.
Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi  pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik.

KESEIMBANGAN AIR DALAM TANAMAN (Bagian II)


Aliran Air dari Tanah ke Jaringan Pembuluh
Aliran air dari medium tanah ke silinder pusat diketahui sebagai transport air sentripital. Ada beberapa kemungkinan yaitu cara apoplas dan simplas. Apoplas terjadi terutama pada jaringan akar yang masih muda yang sel endodermisnya belum mengalami penebalan pita kaspari. Cara ini memegang peran utama pada akar muda. Tetapi bila jaringan akar yang sudah tua yang sel endodermisnya sudah mengalami penebalan pita kaspari, maka aliran air dengan cara apoplas akan terhalang dengan kuat. Akibat dari ini maka akan terjadi peningkatan jumlah air dan bahan terlarut, sehingga menimbulkan aliran balik yang keluar dari akar sebagai kebocoran apoplas. Hal lain juga menimbulkan naiknya potensi air sehingga memungkinkan terjadinya osmosis ke dalam sel dan dilanjutkan secara simplas menuju silinder pusat atau ke jaringan pembuluh.
Terdapat sistem diurnal pada mekanisme aliran air dari tanah-akar dan tanaman yaitu terjadinya proses penyusutan dan pembengkakan akar. Pada keadaan transpirasi tinggi pada siang hari, maka kecepatan aliran air dari akar ke bagian atas tanaman lebih tinggi daripada penyerapan air oleh akar sehingga akan mengalami penyusutan dan sebaliknya bila transpirasi menurun pada sore hari, kekurangan air pada siang hari sebelumnya akan dipenuhi kembali sehingga akar membengkak/mengembang kembali.

Aliran Air ke dalam Xylem
Pembebasan air ke dalam xylem belum sepenuhnya diketahui, diduga diatur secara osmosis dan berkaitan dengan transport ion. Persoalannya apakah ion-ion tersebut disekresi secara aktif atau pasif. Diduga bahwa sel parenkhim xylem memegang peran penting dalam sekresi ion ke dalam pembuluh xylem. Sel metaxylem berbatasan dengan sel parenkhim. Pada penebalan dinding sel metaxylem terdapat lubang/pori, dan pada lubang tersebut antara sel parenkhim dan metaxylem hanya dipisahkan oleh plasmolemma. Dipercaya bahwa sekresi ion dari parenkhim ke metaxylem lewat pori tersebut.      
Sekresi ion ke dalam xylem menyebabkan turunnya potensi air dalam pembuluh xylem dan menginduksi aliran air dalam xylem. Berbeda dengan sel normal pada umumnya, di mana penyerapan air dibatasi oleh volume sel yang bersangkutan, di xylem tidak ada pembatasan penyerapan air, akibatnya akan meningkatkan tekanan hidrostatik, sehingga air akan bergerak ke atas, tidak bergerak ke bawah karena ke bawah belum terbentuk pembuluh xylem karena berakhir pada sel prokambium yang masih aktif membelah.

Transport Lewat Xylem
Kecepatan transport air sepanjang pembuluh xylem ke arah bagian atas tanaman relatif tinggi, berakibat pada kecepatan translokasi bahan-bahan terlarut dalam cairan xylem. Kecepatan aliran melintas akar (Short Distance Transport) dan di dalam pembuluh xylem (Long Distance Transport) ditentukan oleh tekanan akar dan kecepatan transpirasi, meningkatnya transpirasi juga meningkatkan penyerapan dan translokasi elemen mineral di dalam xylem. Ion anorganik yang disekresikan ke dalam pembuluh xylem, kemudian dengan cepat ditransport ke bagian atas tanaman. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara : P (32) label yang diberikan lewat akar segera dapat dideteksi pada bagian atas tanaman dalam waktu yang singkat. Juga dapat dibuktikan bahwa transport utama pada pembuluh xylem menuju ke atas, walau ada juga aliran secara lateral menuju sel-sel yang berdekatan, bahkan secara radial hingga di pembuluh floem.
Mekanisme transport bahan terlarut dalam cairan xylem ini yang menonjol adalah secara aliran massa ( ion-ion K+, NO3-, Ca++ ) yang biasanya cukup tinggi di dalam cairan xylem, kation divalen biasanya diadsorbsi oleh permukaan dinding sel dan dipertukarkan dengan kation lain. Khusus Nitrogen ditransport dalam xylem dalam bentuk NO3-, NH4+ dan asam amino. Proporsi Nitrogen organik lebih tergantung pada potensi enzim reduktase nitrat (NR) di akar. Asam amino yang banyak dijumpai dalam cairan xylem ialah glutamin dan asparagin dan juga prekusornya glutamat dan aspartat. Pada spesies tanaman leguminoceae, senyawa nitrogen lain ialah ureida ( allantoin dan asam allantoat ). Asam amino arginin diabsorbsi secara cepat oleh jaringan batang untuk disimpan, sedang aspartat dan glutamat diabsorbsi kuat oleh semua bagian dan selanjutnya ditransport ke daun untuk sintesis protein atau dipindahkan ke floem dan dikirim ke luar daun. Keberadaan asam amino di dalam cairan xylem ini tergantung juga umur fisiologis jaringan tanaman yang bersangkutan.
Beberapa nutrien anorganik dapat diserap cepat dari sel yang berdekatan ke pembuluh xylem yang selanjutnya ditransport sepanjang xylem misal : NO3-, H2PO4-, K+ dan disisi lain ada nutrien yang diserap lambat dari xylem ke sel sekitar, nutrien ini selanjutnya ditranslokasikan ke pucuk dan tepi daun, dan dalam beberapa kejadian dapat menimbulkan gejala seperti kebakaran pucuk.

Tekanan Akar
Di atas telah disinggung bagaimana mekanisme tekanan akar. Mekanisme tekanan akar ini dapat ditunjukkan adanya eksudasi cairan pada suatu tanaman yang dipotong pucuknya. Laju eksudasi ini sangat tergantung dari kondisi metabolisme umumnya, misalnya suasana anaerob. Ananerob akan menurunkan eksudasi dan akan menekan metabolisme yang diperlukan sebagai mediasi penyerapan ion. Juga dipengaruhi oleh adanya ion tertentu dalam larutan nutrien, misal : eksudasi tertinggi bila KCl diberikan dalam larutan eksternal, sehingga K+ dan Cl- diserap dengan cepat. Eksudat terendah bila larutan eksternal berupa air murni.
Pada tanaman muda, kontribusi tekanan akar terhadap translokasi bahan organik dan anorganik terlarut dapat dilihat bila transpirasinya rendah, misal peristiwa gutasi pada pagi hari, di mana suhu rendah dan transpirasi rendah. Gutasi mengindikasikan betapa intensifnya metabolisme dan tingginya tekanan akar. Penyerapan nutrien (air dan ion terlarut) ke dalam jaringan pembuluh akan meningkatkan kepekatan, pada sel umumnya akan meningkatkan turgor, tetapi pada jaringan pembuluh yang dinding selnya mengalami penebalan akan meningkatkan tekanan hidrostatik dan air akan mengalir ke atas.

Penyerapan Daun
Tekanan akar dan daya kapileritas masih terlalu lemah dalam upaya transport air melewati xylem ke bagian atas tanaman, terutama pada tanaman dengan ketinggian yang cukup (hampir mencapai 100 m). Air dalam medium tanah berhubungan dengan air dalam jaringan tanaman dan batas permukaan daun-atmosfer. Kesinambungan fasa air dan larutan tanah-tanaman-atmosfer ini disebut kesinambungan tanah-tanaman-atmosfer (soil plant atmosphere continue). Antara molekul-molekul air ini dihubungkan oleh daya kohesif. Pada permukaan daun, air berada pada kanal-kanal halus dan ruang antar sel di stomata. Bila berlangsung evaporasi, daya kapileritas dan sifat kohesif dari air memungkinkan terjadi aliran air melewati tanaman menggantikan air yang hilang di permukaan daun akibat evaporasi. Konsep aliran air dari larutan tanah ke akar tanaman sampai terjadi evaporasi di permukaan daun ini disebut sebagai hipotesis kohesi. Kecepatan evaporasi dari permukaan daun ini meningkat dengan lebih tingginya temperatur bila potensi air di atmosfer rendah. Proses evaporasi seperti dijelaskan di ats disebut transpirasi. Hal ini akan menimbulkan desakan tegangan atau sedotan pada saluran xylem, tegangan ini akan lebih tinggi di bawah kondisi transpirasi yang cepat atau tersedianya air yang rendah di medium akar.
Jaringan xylem memiliki perlengkapan yang baik agar tidak terpengaruh oleh pengaruh penyedotan air atau lebih tepatnya pengurangan air di saluran xylem. Elemen kayu dari dinding sel pembuluh xylem bersifat kaku yang dapat mencegah besarnya tekanan oleh sel yang berdekatan. Bila tidak demikian, maka sangat besar penurunan tekanan hidrostatik pada sel xylem yang berakibat retaknya tempat air dan terhalangnya aliran transpirasi oleh gelembung udara. Resistensi aliran air sepanjang pembuluh xylem relatif rendah. Dinding sel xylem adalah permeabel terhadap molekul air. Beberapa air imbibisi ke dalam dinding sel dan ruang antar sel berdekatan. Serapan air oleh sel yang bersebelahan dapat terjadi secara osmosis. Resistensi terhadap aliran air dalam dinding sel xylem lebih tinggi daripada pembuluh xylem sehingga aliran air secara lateral dalam jaringan lebih rendah daripada translokasi ke atas.

Membuka – Menutupnya Stomata
Sebagian besar proses transpirasi pada tanaman lewat stomata, stomata bagian terbesar berada pada permukaan bawah daun yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara yang ada dalam jaringan daun dan di udara. Lubang stomata ini merupakan jalan utama untuk transpirasi, mengingat epidermis bawah dan atas dilapisi oleh lilin sebagai lapisan kutikula yang mengandung bahan lemak dan merupakan penghalang untuk transpirasi.Membuka dan menutupnya stomata penting bagi proses asimilasi CO2 dan juga keseimbangan air dalam tanaman. Membuka menutupnya stomata tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan menyebabkan stomata menutup.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa turgor sel penjaga berkaitan dengan metabolisme penyerapan ion, terutama K+. Meningkatnya konsentrasi K+ pada sel penjaga, stomata membuka lebih lebar sebaliknya ketika menutup tidak terjadi akumulasi K+.Mekanisme membuka menutupnya stomata terutama tergantung pada akumulasi K+ pada sel stomata dan bukan semata-mata oleh adanya hidrolisa amilum menjadi gula sebagaimana dipercaya selama ini, hidrolisa amilum ini hanya faktor sekunder.Untuk akumulasi K+ ini disediakan sebagian oleh vakuola sel lateral dan sebagian lagi oleh sel epidermis. Akumulasi K+ ini akan berbalik bila stomata menutup, yaitu K+ berakumulasi di sel epidermis. Tidak ada perbedaan electro potential yang menyolok antara setiap sel epidermis dan bagaimanapun keadaan stomata, K+ ditransport secara aktif dan ketika stomata membuka atau menutup memerlukan energi.
Temperatur yang tinggi juga mengakibatkan stomata menutup. Hal ini terkait dengan meningkatnya respirasi dan meningkatnya CO2 dalam kantong stomata. Temperatur yang tinggi berkaitan dengan konsumsi air yang tinggi. Stomata menutup untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata secara efisien dengan mengatur keseimbangan air dalam tanaman. Fitohormon sitokinin juga berpengaruh terhadap membukanya stomata sedang ABA kebalikannya.

KESEIMBANGAN AIR DALAM TANAMAN (Bagian I)

Potensi air di atmosfer umunya lebih rendah daripada potensi air dalam tanah. Perbedaan potensi air ini menimbulkan daya dorong terhadap translokasi air dari larutan tanah, melewati tanaman ke atmosfer. Umumnya potensi air pada daun tidak terlalu lebih rendah daripada dalam tanah. Perbedaan yang besar terjadi antara lapisan permukaan daun dan kantong stomata dengan atmosfer di permukaan daun. Kecepatan transfer air melintas permukaan daun-atmosfer secara proporsional ditentukan oleh perbedaan tekanan uap di antara keduanya.
Tanah-tanaman-atmosfer merupakan rangkaian penting dalam penyediaan air bagi jaringan dan organ tanaman. Sepanjang aliran air dari tanah-tanaman atmosfer, air mengalami sejumlah hambatan. Ada tiga tahap penting dalam translokasi air-tanaman-atmosfer : transport sentripetal dari larutan tanah melewati jaringan kortek akar menuju pembuluh xylem, transport vertikal dari akar menuju daun dan pembebasan air dalam bentuk uap air di permukaan tanaman / daun.

Penyerapan Air
Untuk dapat memahami penyerapan air oleh akar tanaman perlu di perhatikan penampang melintang dari akar.

 


 Gambar penampang melintang akar






Pada gambar tampak bahwa akar tersusun atas sel epidermis, sel korteks, sel endodermis dan silinder pusat yang terdapat pembuluh xylem dan floem. Sel endodermis yang memisahkan antara korteks dengan silinder pusat (stele) dicirikan oleh adanya penebalan (lapisan suberin) ke arah radial ataupun transversal dari sel endodermis ini yang dikenal sebagai pita kaspari yang tersusun atas lemak dan lignin yang sangat resisten terhadap transportasi air dan bahan terlarut. Pada bagian tertentu sel perisikel menerobos endodermis yang selanjutnya akan berkembang membentuk akar lateral. Sel perisikel ini dapat berfungsi sebagai sel peresap yang dapat dilewati air dan bahan terlarut.

Transport air dalam jaringan akar dibedakan antara apoplas yang melewati ruang antar sel dan simplas yang melalui sel ke sel lewat plasmodesmata. Seluruh bagian dari dinding sel umumnya terbuka untuk aliran air dan bahan terlarut secara apoplas yang berkaitan dengan adanya ruang bebas (free space). Ruang bebas/pori yang terdapat dalam dinding sel ini disebut sebagai Apparent Free Space (AFS) yang terdiri dari Water Free Space (WFS) merupakan ruang bebas yang dapat diisi air dan ion dan Donnan Free Space di mana berlangsung pertukaran kation dan penolakan terhadap anion.





 






Gambar aliran air secara simplas dan apoplas

Apoplas pada korteks akar berhubungan langsung dengan medium tanah dan meningkat besarnya oleh adanya sejumlah rambut akar dan sel-sel yang relatif besar dengan sejumlah ruang antar sel.
Penyerapan air dari medium tanah ke dalam korteks utamanya oleh daya kapileritas dan osmosis. Daya kapileritas ditimbulkan oleh adanya lubang-lubang halus (pori) dan kanal pada dinding sel. Selanjutnya sebagian air di rongga diikat sangat kuat dan berakibat pada potensi air yang rendah. Rendahnya potensi air ini dengan maksud air dapat ditahan dengan kuat. Hal ini berakibat bahwa ruang bebas pada jaringan akar tersebut nampak sangat resisten terhadap air.
Air dapat diserap dari pori di atas ke dalam sitoplasma melalui cara osmosis melintasi membran semipermeabel. Potensi osmosis dalam sitoplasma tergantung pada metabolisme. Proses-proses seperti penyerapan ion secara aktif, sinteisis asam organik dan sintesis gula akan menurunkan potensi osmosis (air) dalam sel dan berakibat meningkatkan penyerapan air.
Penyerapan air berkaitan dengan metabolisme dan faktor lain yang berpengaruh pada metabolisme sebagai pengaruh tidak langsung. Rendahnya suhu, kurangnya oksigen dan senyawa toksik akan menekan penyerapan air, karena akan mengganggu metabolisme. Demikian halnya aliran air antara vakuola dan sitoplasma dikendalikan oleh perbedaan potensi air.