1. Sejarah Kehilangan Karbon
Tanah merupakan
pol karbon yang penting didunia yang meliputi 1.500-2.000 Pg (1Pg = petagram =
1 milyar ton) dan 800-1.000 Pg sebagai inorganik tanah dalam bentuk karbonat
(Eswaran et al, 1993). Kandungan
karbon organik tanah umumnya tinggi dalam tanah alami di bawah vegetasi rumput
atau hutan. Konversi hutan dan padang rumput menjadi areal budidaya tanaman dan
peternakan mengakibatkan hilangnya karbon organik tanah. Lahan padang rumput
dan hutan mengalami kehilangan karbon organik tanah 20-50% kandungan awalnya
setelah diolah selama 40-50 tahun. Kehilangan karbon organik tanah masa lalu
sering berkaitan dengan tingkat produksi yang rendah, pengolahan tanah yang
intensif, penggunaan pupuk dan amelioran organik yang kurang memadai dan
kurangnya perlindungan tanah dari erosi dan proses degradasi lahan yang lain
(Cole et al , 1993 dan Lal, 1995).
Perkiraan
kehilangan karbon organik tanah pada masa lalu dari lahan pertanian di dunia (crop lands) berkisar dari 41 Pg
(Houghton and Skole, 1990) hingga 55 Pg (Cole, 1996). Perkiraan kehilangan
karbon organiK tanah di atas menjadi level acuan (reverence level) terhadap potensial tingkat pemulihan atau
penyerapan karbon kembali oleh tanah pada lahan pertanian dengan perbaikan
pengelolaan. Dengan asumsi penyerapan kembali 50% dari kehilangan karbon
organik pada masa lampau, potensial penyerapan kembali tanah pertanian di dunia
dalam 50-100 tahun mungkin pada tingkat
20-30 Pg (Cole, 1996). Jumlah tersebut sama dengan 7-11% emisi dari pembakaran
bahan bakar fosil pada tahun 1990 selama 50 tahun.
2. Kecepatan Perubahan Karbon Tanah
Sebagian besar
kehilangan karbon dari tanah pertanian terjadi selama dekade awal setelah
pengolahan tanah. Dengan waktu, kecepatan kehilangan karbon menurun sejalan
dengan semakin menurunnya pol karbon yang mudah terdekomposisi dan adanya
perbaikan secara berangsur pengelolaan lahan. Sebagai konsekuensinya, sebagian
besar tanah pertanian sekarang hampir hampir netral dalam kaitannya dengan
emisi atau penyerap karbon. Berdasarkan simulasi komputer (Smith et al, 1997) menghasilkan bahwa
kehilangan karbon organik dari tanah pertanian di Kanada rata-rata hanya 40
kg/ha/th pada tahun 1990 dan rata-rata kehilangan tersebut terus turun.
Evaluasi terhadap kehilangan karbon telah berkurang dan tanah sekarang sudah
mulai mengakumulasi karbon kembali. Penemuan ini dan dengan analisis tanah
langsung dari peneliti lain, memberikan gambaran potensial untuk mencapai
kembali tingkat kandungan karbon masa lalu yaitu transformasi tanah dari
penghasil menjadi penyerap untuk CO2 atmosfer.
Praktek Pengelolaan (per unit area)
|
Kelayakan *)
|
Relatif perolehan karbon
|
Lahan pertanian
|
|
|
-Adopsi minimum/tanpa olah tanah
|
T
|
S (areal luas)
|
-Perbaikan nutrisi tanaman dan peningkatan produksi
|
T
|
R
|
-Rotasi dengan tanaman pakan ternak.
|
S
|
S
|
-Perbaikan varietas
|
H
|
S
|
-Amandemen bahan organik
|
S
|
S
|
-Irigasi
|
R
|
T
|
Lahan yang
divegetasikan kembali
|
|
|
-Rumput tahunan
|
R
|
T
|
-Vegetasi penutup tanah
|
T
|
T
|
-diubah ke woodland
|
R
|
T
|
Padang gembalaan
|
|
|
-Perbaikan cara gembalaan
|
S
|
S
|
-Aplikasi pupuk
|
T
|
S
|
-Penggunaan spesies/varietas unggul
|
S
|
S
|
-Irigasi
|
R
|
S
|
Lahan terdegradasi
|
|
|
-Diubah ke vegetasi awal
|
S
|
T
|
-Ditanami fast growing crop
|
S
|
T
|
-Aplikasi pupuk
|
T
|
S
|
-Aplikasi amandemen pupuk organik
|
S
|
T
|
-Drainase/pencucian tanah salin
|
R
|
R
|
Keterangan : T =
Tinggi, S = Sedang, R = Rendah
3. Intensifikasi Sistem Pertanaman
Banyak sistem
pertanaman diintensifkan untuk meningkatkan aktivitas fotosintesis. Penggunaan
tanaman penutup tanah rumput-rumputan, semak dan terutama pohon-pohonan dapat
meningkatkan karbon tanah karena tanaman tersebut meningkatkan periode
pertumbuhan aktif dan menghasilkan proporsi yang lebih besar karbon dalam tanah
(Paustian et al, 1997a).
Intensifikasi sistem pertanaman tidak hanya meningkatkan jumlah karbon yang
masuk ke dalam tanah, tetapi juga menekan laju dekomposisi melalui pendinginan
akibat penaungan.
4. Aplikasi Tindakan Agronomi
Aplikasi pemupukan
dan pemberian amelioran bahan organik meningkatkan penyerapan karbon dengan
peningkatan produksi dan jumlah residu yang dikembalikan ke dalam tanah
(Paustian et al, 1976b). Tindakan
agronomi yang lain mampu meningkatkan produksi termasuk perbaikan varietas
tanaman, pengendalian hama yang lebih baik, cara pemberian pupuk yang lebih
efisien, dan perbaikan pengelolaan air dapat meningkatkan karbon tanah dengan
menyediakan jumlah residu yang lebih besar yang dapat dikembalikan ke dalam
tanah.
5. Revegetasi Lahan
Yaitu melalui
rotasi penggembalaan dan penggunaan pupuk, irigasi dan penggunaan benih dari
spesies yang unggul.
6. Peningkatan Karbon pada Lahan Terdegradasi
Problem degradasi
tanah dan lingkungan umumnya lebih parah di daerah tropis daripada temperate,
di daerah kering daripada daerah basah, dan iklim panas daripada dingin.
Diperkirakan diseluruh dunia tanah terdegradasi sekitar 2 milyar hektar dan 75%
berada di daerah tropis (Oldeman, 1994). Degradasi tanah dapat disebabkan oleh
banyak proses, termasuk erosi tanah yang dipercepat, salinisasi, kerusakan
karena pertambangan dan aktivitas perkotaan, penggembalaan berlebih dan
kontaminasi dari polutan industri (Lal, 1997).
Perbaikan terhadap
lahan terdegradasi meliputi penanaman dengan vegetasi asal, penanaman tanaman
penutup tanah yang cepat tumbuh, penggunaan pupuk organik dan anorganik.
Apabila bahan organik tanah keadaannya telah mengalami penurunan yang sangat
drastis, sedangkan kemampuan tanah untuk mengikat bahan organik masih berfungsi
maka perbaikan dengan peningkatan bahan organik tanah. Tingkat penyerapan
karbon melalui restorasi tanah sangat ditentukan oleh sifat-sifat tanah, metode
restorasi yang dilakukan, karakteristik eko-regional, dan pol karbon organik
awal di bawah kondisi alaminya.