Home AD

Wednesday, March 21, 2012

PROSES ADOPSI DAN DIFUSI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN


Pengertian
            Proses perubahan perlaku para petani ke arah yang lebih baik akan selalu memerlukan inovasi-inovasi baru.  Inovasi (innovation) diartikan sebagai penemuan baru, dapat berupa ide-ide atau cara-cara baru.  Pokoknya hal-hal baru yang merupakan hasil teknologi yang terus berubah dan berkembang (Iskandar, 1972),  Sedangkan menurut Hawkins Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir.  Inovasi diperkenalkan kepada para petani guna menggantikan hal-hal yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman.
            Penyebarluasan suatu inovasi selalu memerlukan waktu.  Sampai waktu sasaran melaksanakan anjuran penyuluh (inovasi baru) itu, telah berlangsung suatu proses mental pada diri sasaran.  Jangka waktu yang diperlukan itu bervariasi dan prosesnya terjadi dalam beberapa tahap.  Proses mental yang terjadi pada sasaran sampai melaksanakan anjuran tadi disebut Proses Adopsi.  Menurut Rogers (1960) proses adopsi itu terjadi mulai seseorang mendengar suatu ide baru sampai akhirnya ia melaksanakannya (mengadopsinya).
            Proses difusi merupakan proses perembesan atau merembesnya inovasi ke dalam masyarakat sampai mencapai mengenai sebagian besar anggota masyarakat tersebut.
            Proses adopsi dan difusi mempunyai hubungan yang sangat erat.  Proses adopsi terjadi pada orang-orang secara individual, sedangkan proses difusi terjadinya perembesan inovasi di masyarakat.

 Tahapan-tahapan Adopsi
            Dalam proses adopsi atau penerimaan, kita dapat melihat adanya lima tahap, yaitu :
1.    Tahap kesadaran atau penghayatan (awareness stage).[ Pertama kali mendengar tentang inovasi ]
     Pada tahap ini sasaran sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang baru yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatannya, cara baru dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi).  Hal ini diketahuinya karena hasil berkomunikasi dengan penyuluh.  Tahapan mengetahui adanya inovasi dapat diperoleh seseorang dari mendengar, membaca atau melihat, tetapi pengertian seseorang tersebut belum mendalam.
2.    Tahap Minat atau tertarik (interest stage).    [ Mencari informasi lebih lanjut ]
     Pada tahap ini  sasaran mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang baru tersebut.  Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi.  Sasaran mulai bertanya-tanya.  Hanya keberhasilan dan penjelasan petani golongan early adopterlah yang dapat menghilangkan kebimbangan petani yang telah menaruh minat.
 3. Tahap Penilaian (Evaluation stage). [ Menimbang manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi ]
     Pada tahap ini sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang baru itu.  Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.).  Pertimbangan- pertimbangan atau penilaian terhadap inovasi dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu  teknis, ekonomis dan sosiologis.  Misalkan inovasi yang diperkenalkan adalah jenis padi baru, segi-segi teknis yang dinilai adalah tingkat produktivitasnya, pemeliharaannya mudah atau tidak, umurnya lebig pendek daripada lokal atau tidak, mudah terserang hama dan penyakit atau tidak dsb.  Penilaian berikutnya dilakukan terhadap segi ekonominya; penilaian segi ini dilakukan terhadap semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi untuk satuan luas tertentu pada suatu periode kegiatan berproduksi dan nilai yang diperoleh dari hasil penjualan hasil produksinya.  Selisih antara nilai penjualan dari nilai pengorbanan yang diperlukan dihitung dalam nilai uang, merupakan keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha tani tersebut.  Keuntungan inilah yang akan diperbandingkan dengan keuntungan yang diperoleh jika seseorang menanam padi jenis unggul lokal.  Pertimbangan dari segi sosial ini antara lain manfaat penerapan inovasi tersebut bagi masyarakat di sekitar usaha taninya, apakah penerapan inovasi ini dapat memberikan lapangan kerja baru bagi keluarganya atau masyarakat disekitarnya.  Jika penilaian telah dilakukan dan kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penerapan inovasi tersebut menguntungkan, maka seseorang akan melangkah ke tahap berikutnya.
4.    Tahap Percobaan ( Trial stage)  [  Menguji sendiri inovasi pada skala kecil ]
      Sasaran sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit saja.  Sering juga terjadi bahwa usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi).  Kalau ia sudah yakin tentang apa yang dianjurkan, maka ia kan mengetrapkannya secara lebih luas.  Bila gagal dalam percobaan ini, maka petani yang biasa akan berhenti dan tidak akan percaya lagi.  Tapi petani naju yang ulet akan mengulangi percoabaannya lagi, sampai ia mendapat keyakinannya.
5.    Tahap Penerimaan (Adoption)
     [ Menerapkan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan metoda lama ]
      Sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru itu, maka ia mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu.  Ia juga akan mengajurkannya kepada tetangga atau teman-temannya.
            Dalam prakteknya pentahapan tadi tidak perlu secara berurutan dilaluinya.  Dapat saja sesuatu tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental.  Tidak semua orang mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan yang sama untuk menjalani, kadang-kadang mengulangi proses adopsi sampai sakhir dan mendapat sukses.
            Kegunaan praktis bagi para penyuluh pertanian perihal proses adopsi adalah untuk mengetahui sampai tahap mana sasaran yang dihadapinya itu.  Jadi harus tahu ciri-ciri dari tiap tahap, dan pengetahuan ini digunakan untuk dapat memberikan bahan-bahan penyuluhan yang tepat dan sesuai kepada orang-orang tertentu pada masing-masing tahap dan pada waktu-waktu tertentu pula.  Juga untuk dapat memilih metoda penyuluhan yang tepat pada kesempatan (tahap) tertentu.
            Bagi para penyuluh pertanian tiap tahap dari proses adopsi itu akan memberikan indikasi golongan usaha penyuluhan yang harus digunakan, umpamanya :
1.    Pada tahap kesadaran yang dilakukan adalah usaha untuk menimbulkan perhatian atau kesadaran.  Cara-caranya lebih banyak di lapangan komunikasi massal, seperti  siaran melalui radio (siaran pedesaan), surat kabar, majalah, film, televisi, poster, dan lain-lain.
2.    Pada tahap minat maka usaha yang dilakukan adalah  upaya-upaya hubungan secara perorangan, baik lisan maupun tertulis.  Orang-orang yang sudah sadar dan memperlihatkan sedikit minat terhadap perubahan, supaya lebih banyak diberi penjelasan agar minatnya dapat tumbuh dan berkembang.
3.    Pada tahap penilaian maka usaha para penyuluh adalah memberikan bahan-bahan pertimbangan kepada sasaran.  Dapat berbentuk kunjungan rumah yang lebih sering, pameran, darmawisata, demonstrasi, latihan, surat-surat selebaran dll.
4.    Pada tahap percobaan penyuluh akan memberikan data teknis yang dapat meyakinkan sasaran.  Juga sasaran akan dapat kesempatan untuk mencoba atau melakukan demonstrasi di tanahnya sendiri, di bawah bimbingan penyuluh.  Darmawisata kepada orang-orang yang telah berhasil akan menambah keyakinan tadi.
5.    Pada tahap penerimaan atau pengetrapan maka penyuluh akan terus mendampingi atau membimbing sasaran, yang sudah melaksanakan anjuran secara lebih luas dan kontinu itu.  Biasanya pada tahap ini sasaran sudah diakui sebagai petani maju.  Mungkin selanjutnya juga dijadikan petani teladan, terus kontak tani pada akhirnya.
            Antara tahap-tahap dalam proses komunikasi dan proses metoda penyuluhan pertanian terdapat banyak sekali hubungannya, seperti terlihat pada bagan di bawah ini :

                 Metoda Penyuluhan                                 Tahap Komunikasi                                             Tahap Adopsi


 
                       

                       cara
                       perorangan                          -  menggerakkan usaha                                    -  adopsi / pengetrapan
                                                            -  menyakinkan                                                -  percobaan
                   cara kelompok                           -  membangkitkan keinginan                -  penilaian
                                                            -  menggugah hati                                -  minat
                   cara massal                                   -  menarik perhatian                             -  kesadaran
                       
                                   
            Dalam proses penerimaan inovasi oleh seseorang terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi tersebut.  Kemampuan indera manusia untuk menerima sesuatu inovasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
ð  indera mata atau dengan melihat    =  83%
ð indera pendengaran atau dgn mendengar    =  11%
ð indera penciuman atau dengan mencium  =    3,5%
ð indera perasa atau dengan meraba  =    1,5%
ð indera pengecap atau dengan mengecap   =    1,0%


KLASIFIKASI SASARAN DALAM PROSES ADOPSI
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses adopsi, dari tahap kesadaran sampai tahap penerimaan atau pengetrapan, maka kita dapat membagi sasaran itu dalam lima golongan, yaitu :

1.    GOLONGAN PELOPOR atau INOVATOR.  [ 2,5% ]
Golongan ini merupakan golongan yang paling cepat melewati proses adopsi.  Orang yang termasuk golongan ini jumlahnya tidak banyak dalam suatu daerah, satu atau dua orang saja, mungkin juga tidak ada.  Mereka merupakan orang yang maju sekali, pandai, pengetahuannya luas, usahanya maju, penghasilannya tinggi, kaya dan pengalamannya luas.  Tanah usahanya luas, mempunyai kegemaran dan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru.  Sifat istimewanya adalah selalu ingin tahu dan aktif mencari keterangan kemana-mana.  Petugas penyuluhan sering dibuat kewalahan.  Biasanya mereka kurang memperdulikan orang-orang sekitarnya, tidak aktif menyebar-luaskan innovasi atau pengetahuan dan pengalamannya.  Umumnya berumur setengah baya (40) dan mempunyai hubungan yang erat dengan pihak luar (PT, Balai penelitian dan instansi tingkat pusat).  Dengan demikian golongan ini lebih bersifat “cosmopolite” apabila dibandingkan dengan golongan-golongan pengadopsi lainnya, maka dalam proses penyebaran inovasi golongan ini tidak banyak membantu.
           
2.    GOL. EARLY ADOPTER (PENGETRAP DINI / pengadopsi )  ----   13,5%
ð 25 - 40 tahun
ð sasaran yang cepat ikuti inovator, pendidikan diatas masyarakat sekitar, dan mempunyai faktor produksi sehingga mudah untuk praktekkan hal-hal baru.
ð aktif dalam masyarakat dan supel dalam pergaulan
ð sumber advis dan informasi bagi petani lain, mau berbagi pengetahuan sehingga cocok untuk dijadikan petani teladan yang selanjutnya menjadi kontak tani.
ð bersifat “localite”
ð dalam proses penyebaran inovasi, golongan ini paling membantu penyuluh pertanian.

3.    GOL. EARLY MAJORITY (PENGETRAP AWAL / mayoritas awal ) --------    34%
ð proses adopsi lebih lambat dibandingkan golongan penerap dini
ð biasanya merupakan para tokoh masyarakat setempat, dimana biasanya tidak mau usahanya gagal untuk menjaga agar citranya tidak buruk.
ð tingkat pendidikan, pengalaman, dan kondisi sosio ekonominya sedang.

4.    GOL. LATE MAJORITY (PENGETRAP  AKHIR / mayoritas lambat )  -------  34%
ð petani yang kurang mampu, pendidikan rendah bahka masih buta huruf
ð sifatnya kurang giat dalam mengetrapkan inovasi baru, harus melihat contoh dari golongan terdahulu
ð kurang menggunakan media massa sehingga lambat mengetahui informasi terbaru
ð hubungan dengan penyuluh relatif kecil

5.    GOL. LAGGARD (PENOLAK / lamban ) ------   16%
Ÿ  disebut juga non adopter 
Ÿ  tuan-tuan tanah, petani yang berpandangan kolot (tradisional), tidak senang terhadap perubahan, kalau-pun menerima akan terjadi paling akhir.

Berdasarkan aliran informasi atau sebagai sumber informasi maka :
Lembaga penelitian (PT, BPTP, dll) merupakan sumber informasi bagi golongan inovator, early adopter, dan penyuluh pertanian.  Golongan inovator biasanya sudah maju, mampu, penemuan-penemuan baru selalu didengar dengan cepat dan kurang perhatian thd masyarakat sekitar maka tidak perlu menjadi perhatian (pembinaan) penyuluh pertanian.
            Sumber informasi golongan early majority adalah golongan Early adopter dan penyuluh pertanian.  Golongan inilah yang harus memperoleh perhatian utama para penyuluh.  Pada umumnya golongan ini menjadi tokok masyarakat, sehingga tindakannya banyak diikuti oleh golongan late majority.  Golongan ini biasanya dekat dengan golongan late majority dan laggard.
            Sumber informasi golongan late majority adalah early majority, golongan late majority baru mau mengadopsi inovasi baru setelah golongan early majority mengadopsinya, sehingga golongan inipun tidak usah menjadi perhatian yang utama dari penyuluh.
            Yang paling mudah mempengaruhi golongan laggard adalah golongan late majority, itupun sangat sulit terjadi.  Dari uraian di atas dapat disumpulkan bahwa yang harus menjadi perhatian utama para penyuluh adalah golongan early adopter.


 PROSES DIFUSI
            Penyuluhan pertanian tidak ditujukan hanya kepada satu atau dua orang saja, tetapi kepada semua petani.  Dengan demikian agar proses difusi dapat berjalan sesuai dengan harapan, maka dalam proses difusi tersebut diperlukan faktor-faktor berikut : (elemen difusi untuk proses adopsi) :
1.    Innovasi atau pembaharuan itu sendiri.
Terdapat berbagai macam inovasi yang harus diperhatikan oleh agen penyuluhan, sbb :
a.    Metode baru untuk membantu keputusan mengenai pengelolaan
b.    Sistem usaha tani baru,
c.     Organisasi sosial baru seperti serikat kerja petani atau koperasi
2.    Proses komunikasi melalui berbagai saluran.  Kalau tidak ada komunikasi antara individu satu dengan lainnya, maka tidak akan terjadi proses difusi.
3.    Waktu  -- proses difusi memerlukan waktu cukup lama dan terjadi secara perlahan-lahan.
4.    Sistem sosial / masyarakat,  karena difusi adalah merembesnya inovasi baru ke dalam sistem sosial.

KECEPATAN PROSES DIFUSI dipengaruhi oleh :
1.  ciri-ciri innovasi.
     Elemen-elemen innovasi yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah :
a.    Kompatibilitas atau keselarasan, yaitu kesesuaian dengan yang ada sekarang.  Misalnya penggunaan traktor pada daerah yang sama sekali belum mengenal traktor, maka tingkat kompatibilitinya rendah
b.    Kompleksitas, yaitu tingkat kesulitan
c.     Triabilitas, yaitu kemudahan untuk dicoba
d.    Keuntungan relatif, dibandingkan dengan cara yang lain
e.     Observabilitas, yaitu mudah atau tidaknya dilakukan pengamatan
2.    Komponen-komponen komunikasi, yaitu :  S/K -M- C- E
3.    Waktu memperkenalkan inovasi, yaitu mengenai tepat atau tidaknya inovasi itu diperkenalkan, misalnya pada saat harga gabah jatuh kurang tepat memperkenalkan pupuk baru yang mahal harganya.
4.    Sistem sosial,  misalnya masyarakat tradisional, tertutup, sikap mental kurang baik terhadap perubahan merupakan sistem sosial yang menghambat proses difusi.

Peranan penyuluh pertanian dalam proses adopsi dan difusi adalah :
1.    Sebagai pemberi keterangan / informasi
2.    Sebagai penghubung antara beberapa sistem sosial, misal antara lembaga penelitian dengan masyarakat.

No comments:

Post a Comment