Di Indonesia terdapat dua musm dalam setahun, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Perbandingan sifat cuaca kedua musim ini adalah sebagai berikut :
Pada musim hujan, persediaan air untuk tanman cukup akan tetapi sinar matahari untuk proses fotosintesis akan kurang karena terhalang oleh awan dan hujan. Sementara itu kelembaban yang tinggi dapat merangsang timbulnya penyakit tanaman, penjemuran hasil panen terganggu. Sebaliknya pada musim kemarau sinar matahari melimpah, kelembaban rendah sehingga penyakit tanaman berkurang, akan tetapi curah hujan sedikit sehingga hal ini menjadi faktor pembatas (limiting factor). Bilamana kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi melalui irigasi, maka dapat dicapai hasil panen yang tinggi, apalagi pasca panen seperti penjemuran sangat ideal karena penyinaran yang banyak.
Kriteria datangnya musim hujan :
Musim hujan sudah tiba apabila curah hujan dalam satu dekade dan dekade-dekade selanjutnya lebih besar dari 50 mm. Satu bulan dibagi dalam 3 dekade. Dekade I = 10 hari, dekade II=10 hari dan dekade III=10,11,8, atau 3 hari.
Kriteria datangnya musim kemarau :
Musim kemarau sudah mulai bila curah hujan dalam satu dekade dan dekade-dekade selanjutnya kurang dari 50 mm.
Pengertian antara kedua musimn ini dianamakan musmi peralihan (masa pancaroba, transisi) yang ditandai dengan tiupan angin yang tidak menentu arahnya.
Musim hujan dinamakan juga musim Barat karena pada musim itu bertiup angin barat (west monsoon) yang banyak membawa uap air dan banyak menimbulakn hujan di Indonesia. Sebaliknya pada musim kemarau bertiup angin Timur (East monsoon) yang tidak cukup mengandung uap air karena terasal dari tengah-tengah kontinen Australia yang kering sifat daerahnya.
Hujan buatan (Cloud seeding) :
Hujan buatan merupakan suatu upaya memodifikasi cuaca karena adanya kekurangan air bagi pertanian, sebagai akibat tidak ada kurangnya presipitasi.
Dalam operasi hujan buatan, agar dapat berhasil, maka diperlukan beberapa persyaratan antra lain, RH paling sedikit 70% dan angin jangan sampai menguapkan atau membawa awan yang terbentuk ke tempat lain yang bukan tujuan hujan buatan.
Pada pagi hari, pesawat terbang menyebarkan serbuk (kristal) NaCl ditambah dengan sertbuk Urea ke atmosfir. Beberapa waktu kemudian terbentuklah awan-awan kecil karena inti kondensasi itu menyerap uap air sehingga terbentuk air kecil yang berkumpul sebagai awan. Awan-awan kecil tersebut kemudian bergabung satu sama lain, sehingga terbentuk awan besar. Pada waktunya pesawat masuk ke dalam awan itu dan menyemprotkan “dry ice” (Co2 yang dipadatkan) yang berfungsi medinginkan awan. Segera setelah itu berubahlah awan itu menjadi hujan.
No comments:
Post a Comment