I. MANFAAT BETERNAK PUYUH (Quail)
a. Telur Konsumsi
Jenis Unggas | Protein (%) | Lemak (%) | Karbohidrat (%) |
Ayam Ras | 12.7 | 11.3 | 0.9 |
Ayam Buras | 13.4 | 10.3 | 0.9 |
Itik | 13.3 | 14.5 | 0.7 |
Puyuh | 13.1 | 11.1 | 1.0 |
Sumber : Woodard, et all, 1973 dan Sastry, et all, 1982
Keunggulan Lainnya :
- Cepat menghasilkan telur dan produksi cukup tinggi (umur 45 hari sudah mulai bertelur dengan produksi telur/tahun antara 250 – 300 butir).
- Masa produksi bisa mencapai umur 18 bulan.
b. Telur Tetas
Diupayakan apabila peternak ingin memulai beternak puyuh dari mulai penetasan telur. Telur tetas artinya telur yang fertil (dibuahi) dengan perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 3. telur tetas ini dapat diusahakan sendiri oleh peternak dari induk yang peternak miliki dengan catatan induk tersebut bukan merupakan satu keturunan/rumpun keluarga (inbreeding).
c. Daging
Nilai daging puyuh tidak kalah dibanding ternak unggas lainnya, daging puyuh mengandung 21,1% protein dengan kadar lemak yang rendah, yaitu 7,7%.
d. Kotoran
Puyuh termasuk salah satu ternak yang banyak mengeluarkan kotoran, sehingga kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan pakan ternak/konsentrat ternak besar.
e. Bulu
Dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak (EM = 3.407 Kkal/kg dan protein kasar 86,5%) dan isi bantal sebagai pengganti kapuk.
f. Bibit dan Afkir
Bibit dimanfaatkan untuk dipelihara peternak yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan telur tetas sehingga nantinya dihasilkan puyuh dengan hasil penetasan dari induk peternak sendiri dengan tanpa harus membeli lagi dari peternak lain, bahkan kita dapat menjual DOQ (Days Old Quail) kepada peternak lainnya.
Afkir puyuh biasanya betina yang sudah berkurang atau tidak berproduksi lagi. Disamping itu juga pejantan yang tidak digunakan dapat dijual sebagai puyuh afkir setelah usia 4 minggu. Puyuh afkir ini harganya bervariasi antara Rp 500,- Rp. 750/ekor.
II. JENIS-JENIS PUYUH DAN BIBIT
a. Cortunix cortunix japonica
Merupakan puyuh yang biasa diternakan peternak selain puyuh albino. Umumnya berwarna coklat, hitam dan gabungan keduanya (borontok)
b. Puyuh albino (Bob White)
Kelemahan : warna putih bersih dengan mata merah menyala mengakibatkan tembus pandang bila ada cahaya yang menyorotinya sehingga pandangannya kurang awas akibatnya pada saat makan/minum akan tampak meraba-raba.
Keunggulan : produksi telur lebih tinggi dari puyuh biasa sekitar 75 – 80% serta bisa dijadikan sebagai puyuh hias.
Dalam pemeliharaannya diusahakan dipisah dari puyuh normal untuk menghindari keusilan puyuh normal tersebut yang suka mematuk mata yang merah menyala karena sangat menarik perhatian mereka.
Pembedaan jenis kelamin (sexing) dapat dilakukan pada saat dewasa kelamin (42 hari). Cara lain yaitu pada waktu umur 3 – 4 minggu dengan melihat warna bulu di sekitar dada. Betina memiliki bercak abu-abu yang samar, sedangkan yang jantan putih polos.
Pengadaan DOQ
Asal DOQ
Dapat diperoleh dengan cara :
a. membeli dari pembibit,
- langkah paling mudah karena tidak perlu mengatur perkawinan
- harus tahu sentra-sentra peternakan puyuh
- harus tahu kualitas DOQ yang baik : bulu bersih, lincah, mata bersinar, kloaka bersih, tidak cacat, sudah divaksinasi
b. membeli telur puyuh untuk ditetaskan sendiri,
- pilih telur tetas yang kerabangnya tidak cacat, berat standard 10,5 gram, asal induk yang berkualitas baik.
- Harus tahu teknik penetasan yang baik
- Butuh modal untuk membeli mesin tetas.
c. membeli bibit puyuh : Dara à stress perjalanan dan keguguran
III. PERENCANAAN USAHA.
Perencanaan Usaha : Sebagai pedoman kemana suatu usaha akan di arahkan, maka rencana yang baik adalah yang rasional dan masih dapat dicapai dengan segala sumber daya yang dimiliki. Rencana usaha yang baik memuat beberapa hal.
1. Tujuan Usaha
Tujuan usaha dibuat dengan mempertimbangkan modal yang dimiliki. Oleh karena itu tujuan usaha dikelompokkan ke dalam tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Apakah usaha akan ditujukan untuk menghasilkan : telur konsumsi, telur tetas, daging puyuh atau untuk menjual DOQ dan puyuh layer. Selain tujuan usaha juga harus ditetapkan target khusus, misalnya angka kematian DOQ sampai layer tidak lebih dari 5% dan tingkat produktivitas telur tidak kurang dari 60%.
2. Sasaran Pemasaran Produk.
Pertama lakukan survei pasar (tradisional, swalayan, pedagang asong, tepung telur (industri) untuk mengetahui daya serap terhadap produk yang akan dipasarkan karena telur adalah produk yang mudah rusak dan tidak tahan lama.
3. Skala Usaha
Skala Usaha Pemeliharaan
1. Skala rumah tangga : pemeliharaan < 250 ekor
2. Skala usaha kecil : pemeliharaan 250 – 2.400 ekor
3. Skala menengah : pemeliharaan 2.400 – 8.000 ekor
4. Skala besar : pemeliharaan > 8.000 ekor
Disamping jumlah pemilikan, semakin besar skala usaha akan semakin beragam produk yang dihasilkan dan dipasarkan.
4. Identifikasi kelemahan dan Kendala : misal penyakit à peternak harus menjaga dengan ketat kebersihan pakan, peralatan dan kandang puyuh untuk pencegahan dan mengenal cara pengobatan.
5. Identifikasi Kekuatan Penunjang Kelancaran Usaha.
Kemampuan modal, pengetahuan beternak puyuh, hubungan atau relasi, membaca pasar. Tujuannya agar peternak tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan.
6. Evaluasi.
Lakukan untuk mengukur keberhasilan usaha yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan setiap minggu(mortalitas DOQ, konsumsi pakan, tingkat pertumbuhan, tingkat produktivitas), bulan atau tahun (parameter ekonomi : perputaran modal, keuntungan)..
a. Kandang Starter
Berkisar umur 1 – 21 hari. Pada kandang ini memerlukan adanya pemanas buatan atau indukan (brooder). Luas kandang yang dibutuhkan adalah per m2 untuk 100 ekor untuk puyuh yang berumur 1 – 10 hari, dan 60 ekor untuk puyuh umur 11 – 20 hari
b. Kandang Grower
Puyuh lepas listrik (pemanas) mulai dipindahkan ke kandang grower yang biasanya kandang unit yang bertingkat. Umur 20 – 45 hari luas kandang 50 ekor/m2. Pada umur tersebut dapat dilakukan sexing dan untuk puyuh pedaging dapat dibesarkan hingga umur 35 hari.
c. Kandang Layer
Diperuntukkan bagi puyuh yang mulai berproduksi yaitu sekitar umur 45 hari ( 6 – 7 minggu) sampai dengan masa afkir. Pada dasarnya kandang layer masih merupakan kandang grower juga, jadi tidak perlu dipindahkan hanya tinggal mengurangi atau menyesuaikan tingkat kepadatannya saja.
Catatan :
Jarak antar kandang susun :
V. PAKAN
Sumber Pakan : a. Beli jadi / siap pakai
b. Meracik sendiri.
Berdasarkan kebutuhan pakan, ada 2 fase pemeliharaan puyuh :
1. Fase pertumbuhan
a. Starter ( 0 – 3 minggu ) : butuh protein 25% ; EM 2.900 Kkal/kg
b. Grower ( 3 – 5 minggu ) : butuh protein 20% ; EM 2.600 Kkal/kg
2. Fase Produksi, usia lebih dari 5 minggu : butuh protein 18 – 20% ; EM 2.500 Kkak/kg
Rata-rata kebutuhan ransum puyuh yang sedang berproduksi per ekor per hari adalah 20 gram atau 0,02 kg. Cara pemberiannya bisa dilakukan 1 kali (pagi) maupun 2 kali pemberian (pagi dan sore). Sebagai patokan umum dapat dilihat jumlah ransum yang dibutuhkan berdasarkan tingkatan umur puyuh :
Umur Puyuh (Minggu) | Jumlah Ransum Yang Diberikan (gr/ekor/hari) |
1hari – 1 minggu | 2 (3) |
1 – 2 | 4 (6) |
2 – 4 | 8 (10) |
4 – 5 | 12 (17) |
5 – 6 | 15 (20) |
> 6 | 19 (20) |
Sumber : Gema Penyuluhan Pertanian, 1984.
VI. PENETASAN
Pelaksanaan ( selama + 17 – 19 hari)
- Mesin tetas terlebih dahulu harus difumigasi dengan desinfektan
- Ruang mesin tetas harus stabil pada suhu 39,50C
- Telur di dalam mesin tetas dibiarkan tanpa dibolak balik sampai hari ke-3
- Hari ke-4 telur dibolak balik hingga hari ke-14 selama 2 kali sehari
- Hari ke-15 hingga menetas tidak perlu dilakukan pembalikan
VII. PENYAKIT
Penyakit yang umumnya menyerang puyuh adalah tetelo/ND dan Snot, disamping penyakit puyuh yang lainnya.
VIII. ANALISIS USAHA TERNAK PUYUH (SECARA SEDERHANA) PER 500 EKOR
A. Modal Investasi :
a. Kandang unit 5 buah @ Rp. 100.000,- = Rp. 500.000,-
b. Bibit puyuh siap telur 500 ekor @ Rp. 5.000,- = Rp. 2.500.000,-
Total = Rp. 3.000.000,-
B. Pengeluaran per Bulan :
a. Pakan 0,02 kg x Rp. 1.500,- x 500 ekor x 30 hari = Rp. 450.000,-
b. Vitamin + obat-obatan Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,-
Total = Rp. 475.000,-
C. Pemasukan per Bulan
Asumsi produksi telur 75% x 500 ekor = 375 butir/hari
Asumsi harga jual Rp. 80,-/butir
Penghasilan per bulan adalah (bruto) 375 x Rp. 80,- x 30 hari = Rp. 900.000
Penghasilan Netto / bulan : C – B = Rp. 900.000,- - Rp 475.000 = Rp. 425.000
Asumsi kematian sampai afkir 20% (kematian 100 ekor)
Asumsi harga puyuh afkir Rp. 750,-/ekor
Hasil penjualan puyuh afkir di akhir tahun 400 ekor x Rp 750 = Rp. 300.000,-
(Merupakan hasil tambahan atau tabungan).
waw sangat bermanfaat trimkasih sudah berbagi info pertanian online,
ReplyDeletekunjungi balik Cara budidaya porang