Kemandirian pangan
terus diupayakan pemerintah termasuk dalam hal swasembada daging. Untuk melihat
lebih dekat implementasi hasil riset dan teknologi pada sektor peternakan
berupa pengembangan dan pembiakan sapi unggul baru hasil kerja sama Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada dengan PT. Widodo Makmur Perkasa dan
University of Liege Belgia, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
Mohamad Nasir meninjau peternakan sapi PT. Widodo Makmur Perkasa di Desa
Jambakan, Klaten, Jawa Tengah. Pola hulu hilir yang sudah dijalankan UGM saat
ini sangat didukung Kemenristekdikti untuk dapat dikembangkan menjadi pola
pemberdayaan baik untuk perkotaan maupun pedesaan agar menggerakan roda ekonomi.
Peternakan sapi
kerjasama UGM dan industri tersebut memang ditujukan dalam rangka membangun
sebuah Center of Exelence. Dekan Fakultas Peternakan UGM, Ali Agus menyatakan
bahwa saat ini sudah lahir 12 ekor generasi pertama persilangan Belgian Blue Cattle
dengan sapi Brahman. Kemudian sapi generasi pertama keturunan Belgian Blue ini
akan dikawinkan dengan generasi pertama keturunan Brahman dengan pejantan Sapi
Wagyu. Hasil ketiga darah keturuan Brahman, Wagyu dan Belgian Blue inilah yang
nanti akan dinamakan Lembu Gama, sebagai breed composit ke tiga darah sapi
unggul tersebut. Dari keunggulan breed composit ini diharapkan akan lahir
sapi-sapi yang adaptif dan produktif pada kondisi iklim tropik basah dari darah
tetuanya yaitu sapi Brahman, kemudian juga memiliki daging yang empuk/tender
meat (tetua Wagyu) dan ototnya doble (tetua Belgian Blue).
Sapi Gama dengan ciri
adaptif-produktif penghasil daging yang empuk dan melimpah inilah harapan kita
sehingga akan membantu mencukupi kebutuhan daging sapi di masa yang akan
datang. Secara ringkas, kami berharap Lembu Gama akan menjadi produsen daging
sapi prime quality (kualitas prima), ungkap Ali Agus. Rektor Universitas Gadjah
Mada, Dwikorita Karnawati, menyatakan untuk mendorong kemandirian secara pesat
tidak cukup dibutuhkan model kerjasama triple helix saja melainkan harus penta
helix. Artinya, kerjasama dalam mewujudkan swasembada daging ini butuh unsur
akademisi, pemerintah, industri, masyarakat dan filantropi. "Kedepan,
kerjasama ini dapat melahirkan produksi massal, menguatkan jejaring dengan yang
lain," ujarnya. Dwikorita juga mengemukakan pihaknya tengah mengembangkan
teknologi digital untuk mengurangi kesenjangan kota dan desa di bidang ilmu
pengetahuan terutama soal pertanian dan peternakan. Mentristekdikti merasa
bangga pada inovasi yang dilakukan UGM ini. Apabila ingin mewujudkan swasembada
daging di tanah air, maka kebutuhan sapi yang harus dipenuhi tiap tahunnya
meningkat sebesar 3 juta ekor/tahun. "Maka breeding harus kita rencanakan
dengan baik. Oleh karena itu melalui Dirjen Risbang kita nanti bisa melakukan
konsorsium pengembangan sapi Indonesia," imbuhnya. Kementerian Ristekdikti
akan terus mendukung transfer teknologi tepat guna dari kampus yang menyentuh
kehidupan ekonomi pedesaan, termasuk dengan menjadikan bisnis hulu-hilir
peternakan, yang mampu menjadi total solution menuju penguatan ekonomi
masyarakat desa.
Dunia usaha juga harus
didorong guna memanfaatkan inovasi tersebut untuk mengembangkan bisnis yang
berbasis teknologi. Selain itu, Menristekdikti juga berkeinginan mendorong
sarjana masuk desa untuk membimbing masyarakat desa dan mengedukasi teknologi.
Usulan program tersebut akan diajukan bekerjasama dengan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Pemerintah Kabupaten Klaten
menyatakan pihaknya siap berupaya membantu pemerintah dalam menjaga kecukupan
stok daging sapi dan mengurangi impor. "Kami harap ke depan Klaten dapat
menjadi sentra percontohan daging sapi," imbuhnya.
No comments:
Post a Comment