II
URGENSI MAKANAN HIJAUAN BAGI HEWAN TERNAK.
Makanan hijauan ialah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (gramineae), leguminose dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nagka, aur, gamal, daun waru dan lain sebagainya.
Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk pakan hijauan segar ialah rumput segar, leguminose segar dan silage. Sedangkan hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering.
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan ternak, khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar. Kesemuanya ini dapat dibuktikan, bahwa ternak seperti kerbau, sapi, domba dan kambing yang diberi makanan hijauan sebagai bahan makanan tunggal, masih bisa mempertahankan hidupnya, bahkan mampu tumbuh dan berkembang biak dengan baik.
A. Perbedaan Mutu Hijauan Makanan Ternak.
Pada dasarnya perbedaan mutu hijauan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat genetis (pembawaan) dan lingkungan.
1. Faktor Genetis.
Telah diketahui bahwa bangsa rumput-rumputan (gramineae) mempunyai sifat genetis atau pembawaan yang berbeda dengan tumbuhan bangsa leguminose. Rumput memerlukan nitrogen yang diperoleh dari dalam tanah dengan jalan menghisap nitrat atau amonia yang larut dalam air. Sebaliknya tumbuhan leguminose menambahkan nitrogen ke dalam tanah, karena adanya bekteri-bakteri pada bintil-bintil akar. Leguminose umumnya kaya akan protein, kalsium dan fosfor bila dibandingkan dengan bangsa gramineae atau hijauan lain. Sesama bangsa leguminose tidak akan memiliki mutu yang sama, masing-masing memiliki nilai gizi yang berbeda. Misalnya hijauan daun lamtoro lebih kaya akan unsur protein bila dibandingkan dengan daun turi, demikian selanjutnya.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai peranan sangat penting. Mutu yang ada pada setiap jenis hijauan yang diwariskan oleh sifat genetis, hanya mungkin bisa dipertahankan atau ditingkatkan apabila faktor lingkungan seperti keadaan tanah, iklim dan perlakuan manusia sendiri memadai.
a. Keadaan tanah atau daerah
Mutu hijauan makanan ternak pada setiap tempat akan berbeda menurut daerah atau jenis tanahnya. Hal ini masing-masing dipengaruhi oleh subur tidaknya tanah, kaya tidaknya unsur hara yang terdapat di dalamnya. Semakin tanah kaya akan unsur hara, maka tanaman hijauan akan semakin menjadi subur, bermutu dan berproduksi tinggi, sebab zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan bisa terpenuhi. Kesuburan tanah dapat dipelihara atau ditingkatkan dengan cara pengelolaan yang baik, termasuk pemberian pupuk hijau, kompos, pupuk kandang dan pupuk buatan.
b. Pengaruh iklim
Indonesia terletak di daerah tropis, sehingga pada garis besarnya tidak begitu banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim, seperti halnya di daerah sub-tropis. Namun demikian, karena luasnya negara kita dan terdiri dari banyak pulau, maka dalam kenyataannya timbul perbedaan-perbedaan kondisi. Misalnya di daerah pantai dan pegunungan, bagian timur (NTT) lebih kering daripada bagian barat. Hal ini mengakibatkan pula perbedaan kondisi tanah serata vegetasinya. Sehubungan dengan keadaan iklim yang berbeda-beda ini dapat dicatat adanya :
- Iklim yang sangat basah
Daerah ini kurang baik bagi ternak. Hijauan yang dihasikan kurang mengandung protein dan mineral, serta lebih banyak kadar seratnya tetapi bahan keringnya rendah, apalagi bila tanaman ini pemotongannya lambat.
- Daerah yang tidak begitu basah
Di daerah ini terdapat banyak padang rumput yang luas, rumput tumbuh tinggi dan pepohonan kurang. Daerah semacam ini dikenal sebagai daerah sabana. Daerah inilah yang baik untuk mengusahakan peternakan.
- Daerah kering
Daerah yang beriklim kering hanya ditumbuhi oleh rumput pendek-pendek. Daerah ini dikenal sebagai daerah stepa atau hutan belukar. Di daerah yang beriklim kering ini matahari bersinar sangat terik, udara kering, cuaca terang, perbedaan suhu dalam sehari sangat menyolok, curah hujan kurang walaupun kadang-kadang terdapat hujan lebat. Disini ternak sering menghadapi kesulitan mendapatkan makanan dan air. Di daerah semacam ini usaha ternak akan lebih cocok daripada pertanian khusus, misalnya di Madura dan Nusa Tenggara. Jika daerahnya kering lebih baik dipiara sapi, atau daerah yang sangat kering kambing masih bisa bertahan.
Dengan demikian, secara tidak langsung, iklim dapat pula mempengaruhi kehidupan ternak. Iklim bisa menentukan jumlah serta mutu bahan makan. Di daerah basah, tanaman hijauan dewasa cepat menjadi mundur mutunya. Kadar air hijauan terlalu tinggi, sehingga ternak tidak cukup banyak mencari makanan yang kandungan bahan keringnya tinggi.
c. Perlakuan manusia (management)
Perlakuan yang dimaksud disini ialah menyangkut pengaturan waktu pemotongan serta cara-cara pengelolaan yang baik dan teratur.
- Pengaturan waktu pemotongan
Semakin lambat suatu tanaman itu dipotong, kandungan serat kasarnya akan semakin meningkat tinggi. Sebaliknya nilai gizinya semakin merosot, karena banyak zat makanan yang hilang, atau diubah menjadi buah/biji.
Demikian pula sebaliknya, apabila pemotongannya dilakukan agak awal atau dilakukan dalam interval pemotongan yang pendek, hijauan itu akan selalu dalam keadaan muda. Hijauan muda kandungan proteinnya cukup tinggi, tetapi kadar airnya juga tinggi, sedang kandungan bahan keringnya rendah. Oleh karena itu perlu dipikirkan waktu pemotongan (defoliasi) yang optimal, sehingga nilai gizi hijauan tersebut cukup tinggi.
- Cara pengelolaan yang baik
Semakin teratur cara pengelolaan suatu tanaman akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan, produksi dan mutu hijauan. Pengelolaan tanaman hijauan yang dimaksud disini adalah merupakan perlakuan manusia sendiri seperti pemilihan lokasi, pemilihan bibit sebagai bahan penanaman, pengolahan tanah dan penanaman, pemeliharaan, defoliasi dan peremajaan.
B. Kebutuhan Hijauan Makanan Ternak Bagi Setiap Jenis Hewan.
Kebutuhan hijauan makanan pada setiap jenis hewan berbeda-beda. Hewan-hewan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing memerlukan jumlah hijauan yang lebih banyak dari pada hewan-hewan seperti babi dan bangsa unggas. Perbedaan ini terutama terletak pada sistem alat pencernaan yang berlainan.
Hewan ternak babi dan bangsa unggas memiliki sistem alat pencernaan monogastrik atau perut tunggal, kebutuhan bahan makanan yang berasal dari jenis hijauan sangat terbatas atau sedikit sekali. Sebab alat pencernaan yang dimiliki oleh jenis hewan tersebut tidak mampu menampung jumlah makanan yang banyak, serta tak mampu mencerna makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Sedangkan bahan makanan hijauan tergolong bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi sehingga bahan makanan hijauan ini hanya sebagai makanan tambahan saja.
Hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, domba dan kambing memiliki sistem pencernaan yang khas, dimana lambungnya terbagi atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum sehingga ternak ruminansia mampu menampung jumlah bahan makanan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan makanan yang mengandung serat kasar tinggi.
Makanan pokok ternak ruminansia adalah hijauan, sedangkan kebutuhan akan makanan penguat hanya untuk tambahan saja. Jumlah hijauan makanan ternak yang dapat diberikan pada seekor ternak sekitar 10 % dari berat hidup ternak tersebut, sedangkan makanan penguat atau konsentrat cukup diberikan satu persen.
Ternak sapi perah memerlukan hijauan hampir 80% dari seluruh makanan yang diperlukan, sedangkan domba mendekati 90%. Tetapi perlu diketahui, ternak ruminansia yang diberi makanan hijauan berasal dari jenis leguminose, tidak boleh diberikan dalam jumlah besar, apalagi jika hijauan leguminose yang akan diberikan masih muda. Jenis hijauan leguminose hanya dapat diberikan paling banyak dengan perbandingan antara rumput 50% dan leguminose 50%, hal ini karena jika ternak diberi pakan hijauan leguminose dalam jumlah terlalu banyak dapat menyebabkan ternak mudah menderita bloat.