Home AD

Tuesday, April 12, 2016

KEPEMIMPINAN DALAM PERUSAHAAN/WIRAUSAHA

Pemimpin merupakan unsur pokok dan sumber yang langka dalam setiap perusahaan. Statistik perkembangan perusahaan menunjukan bahwa setiap 100 perusahaan yang baru berdiri, kira-kira 50% gagal dalam tempo 2 tahun dan pada akhir tahun kelima hanya tinggal 30% yang masih jalan. Pada umumnya kegagalan itu disebabkan oleh kepemimpinan yang tidak efektif’ mereka tidak mampu memimpin karyawan, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain atau mereka tidak bisa menguasai, mengendalikan diri sendiri. Berbagai kekeliruan terjadi di bawah kepemimpinannya. Misalnya karyawan tidak dimotivasi untuk bekerja lebih baik, kurang disiplin, demikian pula dengan relasi perusahaan tidak terjalin kerjasama yang baik, dan juga perilaku pemimpin sendiri yang tidak bisa menjadi contoh (Alma,2001;127). 
Jerald Greenberg, (1996;207) menyatakan bahwa leadership as the process by which an individual influences others in ways that help attain group or organizational goals. Menurut Robbins (2004; 39) kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Definisi kepemimpinan menurut  Sarros dan Butchatsky dalam Sumarsono (2010; 181)  leadership is defined as the purposful behaviour of benefit of individual as well as the organization or common goal. Menurut definisi tersebut  kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu prilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut  Anderson (1998) leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance.


Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukan para ahli diantaranya George R. Terry serta Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalam Alma (2001;127),  leadership is the activity of influencing people to strive willingly for group objectives. Koontz, state that leadership is influenceing people to follow in the achievement of a common goal. (Hersey &Blanchard, 1977; 84)
Sifat-sifat kepribadian yang harus dimiliki para pemimpin menurut Andy Undap (1983; 29) adalah sebagai berikut :
1.  Pendidikan umum yang luas, seorang yang berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
2.     Kematangan mental, seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya
3.    Sifat ingin tahu, sifat ini mendorong seorang pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif.
4.      Kemampuan analisis, seorang pemimpin harus mampu menganalisis gejala-gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat mengambil keputusan yang positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya.
5.    Memiliki daya ingat yang kuat, seorang pemimpin akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat perilaku sehingga diperlukan kemampuan untuk mengingat.
6.    Integratif, seorang pemimpin harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia tidak terombang-ambing
7.  Keterampilan berkomunikasi, hal ini diperlukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya.
8.   Keterampilan mendidik, harus mampu memberikan petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Kadang-kadang juga ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
9.   Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil harus didasarkan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional.
10.   Pragmatisme. Keputusan-keputusan harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Keputusan jangan bersifat teoritis sehingga sulit dalam pelaksanaanya.
11.  Ada naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka harus mampu menerapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dahulu. Sehingga demikian semua pekerjaan dan proyek akan dapat berjalan secara bertahap.
12. Pandai mengatur waktu, harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien.
13.  Kesederhanaan, harus mampu menampilkan kesederhanaan dan bekerja dengan penuh efisien.
14. Sifat keberanian. Walaupun seorang pemimpin punya banyak karyawan, akan tetapi hanya hanya beberapa karyawan saja yang dapat diajak bicara. Oleh karena itu harus mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dengan mengajak beberapa karyawan inti.
15.   Kemauan mendengar, harus mampu menggali informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dar para karyawannya. Segala informasi ini merupakan barang berharga untuk mengambil keputusan.
Rensis Likert mengembangkan teori kepemimpinan dalam dua dimensi yaitu orientasi tugas dan orientasi bawahan, yang dijabarkan dalam empat tingkat model efektivitas kepemimpinan yaitu sebagai berikut (Alma 2001; 131) :
1.  Exploitative authoritative, bercirikan tidak ada kepercayaan kepada bawahan. Pemimpin ini selalu menggunakan ancaman dan hukuman kepada karyawan
2.   Benevolent authoritative, sedikit kepercayaan kepada bawahan tetapi hubungan seperti tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan ancaman dan hukuman dalam melaksanakan tugas. Komunikasi ada sedikit terbuka tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan.
3.  Consultative, berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak penuh. Proses pengambilan keputusan untuk hal yang penting tetap berada ditangan pimpinan, tetapi kepercayaan sudah merupakan dassar komunikasi.
4.   Partisipative, merupakan sitem yang ideal ada kepercayaan penuh dari atasan. Percaya diri dan kreativitas karyawan merupakan unsur penting. Komunikasi sangat terbuka hubungan antar karyawan lancar dan suasana perusahaan segar dan sehat.
Ordway Tead mengemukakan 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut : (Kartini Kartono 1983; 37)
1.    Energi jasmaniah dan mental, seorang pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa seperti tidak akan pernah habis. Demikian pula semangat, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, daya tahan batin, kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi
2.    Kesadaran akan tujuan dan arah, memiliki keyakinan teguh akan kebenaran dan kegunaan dalam mencapai tujuan yang terarah.
3.  Antusiasme, dia yakin tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan sukses dan membangkitkan semangat optimisme dalam bekerja.
4.   Keramahan dan kecintaan. Sifat ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kasih sayang, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk mencapai kesuksesan perusahaan
5. Integritas. Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib sepenanggungan dengan para karyawannya dalam menjalankan perusahaan. Integritas pribadi dan rumah tangga pemimpin merupakan tauladan yang dapat dicontoh oleh karyawannya
6.      Penguasaan teknis, agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai sesuatu pengetahuan atau keterampilan teknis.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness). Dia harus memiliki kecerdasan dalam mengambil keputusan sehingga mampu meyakinkan bawahan, dan mendukung kebijakan yang telah diambil dalam pelaksanaannya.
8.      Kecerdasan. Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara yang efektif
9.   Keterampilan mengajar (teaching skill). Seorang pemimpin adalah seorang guru yang mampu mendidik, mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu yang menguntungkan perusahaan. Dia harus mengatur pelatihan-pelatihan, mengawasi pekerjaan rutin sehari-hari dan mengevaluasi pekerjaan karyawan.
10.   Kepercayaan (Faith). Jika seorang pemimpin disenangi oleh bawahan  maka akan muncul kepercayaan dari bawahan kepada pemimpin. Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua perintah, disiplin dalam bekerja untuk menjalankan roda perusahaan
Di samping harus memiliki sifat-sifat seperti tersebut di atas seorang pemimpin harus memiliki keterampilan kepemimpinan (leadership skills).
1.  Technical skills, berarti suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan teknis. Maksudnya dapat melakukan pekerjaan tersebut agar dia mampu melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya, misalnya keterampilan pembukuan keuangan, mengetik, pekerjaan komputer dasar, menggunakan beberapa alat sederhana dan sebagainya.
2.    Human skills, berarti kemampuan untuk bekerja sama dan membangun tim kerja bersama orang-orang lain
3.    Conceptual skills, berarti kemempuan berfikir dan mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk model kerangka kerja dan konsep-konsep lain dalam memudahkan pekerjaan
Keterampilan kepemimpinan (leadership skills) seseorang tidak serta merta dapat terbentuk  tanpa memiliki pengalaman luas, seperti dikemukakan oleh Hughes (2002 : 59), memperkaya pengalaman adalah kata kunci untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan seseorang. Dengan kata lain, pengembangan kepemimpinan tidak hanya tergantung pada satu jenis pengalaman saja tetapi juga pada bagaimana seseorang menggunakan pengalaman-pengalaman tersebut untuk mendorong pertumbuhan.
Sebuah studi sebagaimana diungkap Mc Call, Lombardo & Marrison (1998 : 122)  tentang para eksekutif yang berhasil, mereka menemukan bahwa satu kualitas kunci yang ditandai diantara para eksekutif tersebut adalah kekuatan luar biasa mereka dalam menggali sesuatu yang berharga dari pengalaman mereka sehingga memberikan kesempatan mereka untuk berkembang. Lombardo & Eichinger dalam Hughes (2002 : 61), akan lebih efektif sebagai sarana pengembangan kepemimpinan jika lingkungan pekerjaan tersebut terus menantang, dinamis yang mengakibatkan dibutuhkan selalu solusi yang selalu terbaru dan kreatif, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan rencana strategis dan peramalan pada situasi tidak menentu di masa mendatang dapat meningkatkan kualitas dari seorang pemimpin atau calon pemimpin.
Tolb dalam Hughes (2002 : 49), berpendapat bahwa seseorang akan belajar banyak pada pengalamannya jika orang tersebut meluangkan waktu untuk memikirkannya (reflection). Pendapat tersebut kemudian dikembangkan dalam sebuah model kepemimpinan Action – Observation – Reflection (A-O-R), menunjukan bahwa pengembangan kepemimpinan akan berkembang ketika faktor pengalaman dilibatkan dalam proses AOR tersebut. Jika seseorang bertindak akan sesuatu namun tidak mengamati atau tidak memikirkan konsekuensi dan arti dari tindakannya, maka orang tersebut tidak belajar dari pengalamannya, karena hanya seorang yang mengamati dan memikirkan konsekuensi dan arti dari tindakannya saja yang dapat menjadikan mereka pemimpin yang lebih baik, dikarenakan pengembangan kepemimpinan dihasilkan secara lebih efektif oleh terjadinya pengulangan proses kegiatan yang melalui ketiga proses tersebut (AOR) dari pada hanya sekedar oleh lamanya orang tersebut menjadi seorang pemimpin.
Perbedaan antara kepemimpinan dengan manajemen menjadi perdebatan di antara para ahli. Beberapa penulis seperti Bennis & Nanus, Zaleznik dalam Gerry Yukl (2005 : 6-7) berpendapat bahwa kepemimpinan dan manjemen adalah berbeda secara kualitatif dan saling meniadakan. Manajer menghargai stabilitas, keteraturan dan efisiensi, sementara pemimpin menghargai fleksiblitas, inovasi dan adaptasi. Pakar lainnya (seperti Bass, 1990; Hickman, 1990; Kotter, 1988; Mintzberg, 1973; Rost, 1991) memandang memimpin dan mengelola sebagai proses yang berbeda, tetapi mereka tidak berasumsi bahwa pemimpin dan manajer merupakan jenis orang yang berbeda, tetapi para pakar tersebut memiliki pebedaan dalam mendefinisikan kedua proses tersebut. Mintzberg (1973) menggambarkan kepemimpinan sebagai salah satu dari peran manajerial, kepemimpinan meliputi memotivasi bawahan dan menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam melaksanakan pekerjaan. Kepemimpinan dipandang sebagai peran manajerial yang penting meliputi peran-peran lain.
Kotter (1990) membedakan antara manajemen dan kepemimpinan dalam hal proses inti dan hasil yang diharapkan. Manajemen berusaha untuk membuat perkiraan dan aturan dengan: 1). Menetapkan sasaran operasional, membuat rencana tindakan berdasarkan jadwal dan mengalokasikan sumber daya; 2). Mengorganisasi dan menugaskan (menentukan struktur, menugaskan orang ke berbagai pekerjaan); dan 3). Memantau hasil dan menyelesaikan masalah. Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam organisasi dengan: 1). Menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat perubahan yang dibutuhkan, 2). Mengkomunikasikan dan menjelaskan visi, dan 3). Memotivasi dan menginspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi. Rost (1991) medefinisikan manajemen sebagai hubungan wewenang yang ada antara manajer dan bawahan. Sedangkan kepemimpinan sebagai hubungan pengaruh ke berbagai arah antara pemimpin dan bawahannya yang mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai perubahan yang sebenarnya.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang lain kearah tujuan organisasi (Bartol, 1991 dalam Tika, 2006:63). Variabel kepemimpinan ini secara operasional diukur dengan menggunakan 4 (empat) indikator yang diadopsi dari teori kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard dalam Robbins (2004:45) dan Wirjana dan Supardo (2005:48) yaitu sebagai berikut: (1) Kemampuan untuk memberitahu anggota apa yang harus mereka kerjakan (Telling), (2) Kemampuan menjual/memberikan ide-ide kepada anggota (Selling), (3) Kemampuan berpartisipasi dengan anggota (Participating), dan (4) Kemampuan mendelegasikan kepada anggota (Delegating).

Berdasarkan teori-teori di atas,  penulis menarik garis besar bahwa seorang pemimpin harus memiliki peran sebagai :1). pengarah untuk memberi arahan tentang tujuan perusahaan yang harus searah dengan tujuan individu dalam perusahaan; 2). motivator untuk pencapaian tujuan perusahaan maupun individu; 3). komunikator yang baik sehingga tercipta suasana yang menyenangkan; 4). inisitor dalam menciptakan pengembangan usaha; 5). evaluator dalam pencapaian sasaran kerja; 6). mencari solusi  terbaik dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 

No comments:

Post a Comment