Home AD

Wednesday, March 21, 2012

ANGIN


                Angin adalah gerakan udara pada arah horisontal maupun vertikal. Gerakan udara dalam arah vertikal disebut aliran udara. Massa udara yaitu udara dengan ukuran sangat besar yang difat-sifat fisisnya (suhu dan kelembaban) sama dalam arah horisontal.
Massa udara yang terbentuk di suatu daerah dan berpindah ke daerah lain sampai berubah ke dalam bentuk lain, ditentukan oleh 3 faktor :
1.         Sifat daerah pembentukan m. u. (massa udara).
Daerah yang basah sperti laut, samudra, hutan, rawa, dll, akan membentuk m.u. yang banyak mengandung uap air. Sebaliknya daerah yang kering seperti padang pasir akan membentuk m.u. yang sedikit mengandung uap air.
2.        Jalan yang ditempuh m.u. :  m.u. yang terbentuk di suatu daerah akan bergerak ke daerah lain atau daerah tekanan rendah. Apabila jalan yang dilaluinya btersifat basah (laut, hutan) maka akan bertambahlah uap air m.u. itu. Namun bila daerah yang dilaluinya bersifat kering, maka m.u. itu akan kehilangan sebagian uap airnya.
3.       Umur m.u. :  makin lama umru m.u. makin banyak perubahan-perubahan yang dialaminya. Angin mempunyai arah dan kecepatan.
Arah angin :
                Arah angin dinyatakan dari mana angin itu datang. Angin utara yaitu angin yang datang dari utara. Arah angin dapat dinyatakan dengan arah mata angin atau derajat lingkaran.
Kecepatan angin :
Satuan kecepatan terdiri dari beberapa macam, yaitu :
·         Meter/detik (m/det)
·         Kilometer/jam (km/jam)
·         Mile/hour
·         Knots (1 knots=1,8 km/jam)
Dengan demikian kecepatan angin diperhitungkan dengan jarak yang ditempuh angin itu dalam satu satuan waktu tertentu.

SKALA BEAUFORT
                Skala beaufort yaitu suatu skala (ukuran) yang memuat tentang perkiraan kecepatan angin berdasarkan akibat-akibat yang ditimbulkannya.  Beaufort menaksir kecepatan dan jenis angin, seperti yang tercantum dalam skala itu.
Skala Beaufort hanya digunakan untuk menaksir kecepatan angin. Untuk pengukuran kecepatan angin digunakan alat anemometer.
                Arah dan kecepatan angin memegang peranan penting dalam bidang proteksi tanaman. Penyebaran serangan hama penyakit banyak dibantu oleh arah angin. Begitu pula penyemprotan pestisida perlu memperlihatkan arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin yang besar dapat menyebabkan banyak bahan pestisida ikut diterbangkan angin. Demikian pula dalam bidang perikanan yang menggunakan perahu layar. Angin bertindak sebagai energi penggerak.

Sistem angin utama di dunia.
                Seandainya permukaan bumi ini mulus seperti permukaan laut, maka angin yang bertiup ditentukan oleh garis lingtang (latitude) dan tidak ada variasi yang disebabkan oleh garis bujur (longitude). Untuk membayangkan angin yang terjadi, maka bayangan kita yaitu bahwa permukaan bumi mulus dan dengan komposisi yang seragam. Maka terjadilah angin seperti pada gambaran di bawah ini.
Akan tetapi pada kenyataannya, permukaan bumi yang bermacam-macam bentuknya, kontinen, samudra, pulau-pulau, gunung, padang pasir, menyebabkan terjadinya pelbagai jenis angain yang akan mempengaruhi cuaca dan iklim di suatau daerah, baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil, seperti diuraikan di bawah ini :

Sifat-sifat angin laut
1.       Lembab, sejuk karena mengandung banyak uap air.
2.       Angin lemah, dapat masuk ke daratan sejauh ±50 km.
3.       Dapat menyebabkan hujan orografis, bila dihadang oleh gunung (Contoh Bogor, Bukit Barisan yang menghadap Samudra Hindia).
4.       Dapat digunakan oleh nelayan dengan perahau layarnya untuk naik ke darat pada siang hari.

Malam Hari :
1.       Darat lebih cepat menjadi angin (t<), tekanan tinggi.
2.       Laut tetap hangat (t>), tekanan rendah.
3.       Angin bertiup dari darat ke laut -> angin laut.
4.       Digunakan oleh nelayan dengan perahu untuk turun ke laut pada malam hari.
Angin Lembah dan Angin Gunung

Siang hari :
1.       Bagian lereng/puncak gunung mendapat sinar matahari lebih dulu dari pada bagian lembah.
2.       Lereng/puncak gunung akan panas tekanan rendah (L).
3.       Lembah tetap dingin tekanan tinggi (H).
4.       Aliran massa udara bergerak dari lembah ke lereng yang disebut angin lembah.

Malam hari :
1.       Bagian lereng/puncak lebih dulu menjadi dingin daripada bagian lembah.
2.       Tekanan udara di lereng/puncak lebih besar (H) daripada di lembah (L).
3.       Massa udara bergerak dari puncak ke lembah yang disebut angin gunung.
4.       Karena pengaurh gaya gravitasi maka angin gunung akan lebih besar kecepatannya.

Angin Musim (Monsoon)
                Angin musim di Indonesia disebabkan oleh tekanan udara yang berbeda antara benua Asia dan Australia. Sebab utamanya adalah karena pemanasan dari matahari yang tidak sama karena posisi matahari yang seakan-akan bergeser ke utara dan ke selatan pada waktu-waktu tertentu.
                Posisi matahari berada di belahan bumi Selatan. Dengan demikian benua Australisa terutama bagian tengah kontinen ini akan menjadi panas. Hal ini umum terjadi bagi tengah-tengah kontinen, yaitu sangat panas kalau musim panas dan sangat dingin pada musim dingin.
                Jadi keadaan sangat pans di kontinen Australisa menyebabkan udara naik dan terjadilah keadaan bertekanan rendah (L). Sebaliknya kontinen Asia akan sangat dingin, terutama bagian tengahnya, dan bertekanan tinggi (H). Massa udara akan bergerak dari Asia ke Australia melewati Indonesia. Angin ini mengalami perubahan arah sehingga sesakan-akan berasal dari barat. Oleh karena itu disebut angin Barat (West monsoon).
                Angin ini yang cukup mengandung uap air dan dalam perjalanannya melewati  Samudra Hindia yang luas maka mkain banyak uap air yang dikandungnya.
                Di Indonesia angin musim Barat ini banyak medatangkan hujan,sehingga musim Barat ini disebut juga musim hujan.
                Bila posisi matahari berada di belahan bumi Utara, maka kontinen Asia akanmendapat penyinaran yang lama dan intensitas yang besar. Udara di atas kontinen itu akan mengambang sehingga terdapat tekanan udara rendah (L). Sebaliknya di kontinen Australia terdapat suhu udar yang rendah dan tekanan tinggi (H). Massa udara yang sifatnya kering bergerak dari Australia ke Asia melewati Indonesia. Karena laut yang dilewatinya relatif sempit (L. Arafura), maka terutama waktu mencapai kepulauan Nusa Tenggara tdiak cukup mengandung uap air untuk menjatuhkan hujan. Pada waktu angin Timur ini bertiup terjadilah musim kemarau di Indonesia. Bagian yang lebih dekat dengan Australia sifatnya lebih kering seperti Timor Timur, NTT, NTB dan Jawa Timur.

Angin Fohn
                Istilah angin Fohn berasal dari Eropa, namun angin sejenis ini terdapat banyak di bagian lain permukaan bumi dengan nama yang berbeda-beda.
Proses terjadinya
1.       Massa udara dan titik A dipaksa naik lereng gunung (Wind ward side).
2.       Pada titik B (ketinggian misal 2000m) uap air yang dipaksa naik lereng berkondensasi. Batas ketinggian itu disebut batas kondensasi (condensation level). Terjadi awan dan hujan orografis.
3.       Massa udara yang sudah kehilangan uap airnya didorong terus ke puncak gunung untuk selanjutnya menurun lereng “lee ward side”

Sifat angin Fohn :
1.       Panas (t besar)
2.       ??? (RH kecil)
3.       Kecepatan besar karena udara turun.
Sifat-sifat tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi. Kelangkaan air dalam musim kemarau di Indonesia dibarengi dengan bertiupnya angin Fohr disaat membuat tanaman tanaman layu karena persediaan air dalam tanah tidak dapat mengimbangi layu evapostranspirasi.
Angin Fohn dapat pula menyebabkan penyakit ???. Di Eropa penyakit ini dinamakan Fohn zieke. Namun beberapa jenis tanaman seperti bawang merah menginginkan cuaca dengan angin Fohn, manakala kebutuhan airnya dicukupi dengan pengriman yang cukup. Tanaman bawang merah cocok pada cuaca panas, kering dan penyinaran matahari yang banyak.
        Di Indonesia nama daerah angin Fohn ialah angin Bahorok di Deli Serdang, Sumatra Utara, angin kumbang di Brebes, Tegal, Cirebon, angin gending di Probolinggi, Jawa Timur, Angin brubu di Sulawesi  Selatan.
        DI negara-negara lainnya angin Fohn ialah :
·         Chinook di Amerika Serikat
·         Zonda di Argentina
·         Sirocco di Laut Tengah

PRESIPITASI

                Di atmosfir terdapat uap air sebagai hasil dari evaporasi dan transpirasi. Terjadinya proses-proses fisika di atmosfir, maka uap air ini mengalami perubahan, baik menjadi cair (air, embun) atau padat (es dan salju). Produk-produk tersebut jatuh ke permukaan bumi dan disebut sebagai presipitasi.
Selama butir-butir es, salju, air masih melayang-layang di atmosfir karena kecilnya, dan belum sampai ke permukaan bumi belum disebut sebagai presipitasi.
                Presipitasi dalam bentuk padat (es, salju) banyak terjadi di daerah dimana terdapat musim dingin, yaitu di daerah beriklim sedang (temperate) dan beriklim dingin.
·         Salju  :  Bentuk presipitasi dari air beku, berbentuk kristal heksagonal bercabang atau bintang. Pada suhu rendah sekali, kristal itu kering. Bentuk dan ukurannya ditentukan oleh proses terjadinya sublimasi.
·         Sleet  :  Salju yang mencair atau campuran dari hujan dan salju. Banyak bentuk presipitasi seperti ini terjadi di daerah lintang tinggi dan pertengahan. Mulainya sebagai salju di lapisan atas, berubah menjadi “Sleet” pada dan di bawah batas mencair dan jatuh ke bumi sebagai hujan.. sebaliknya bila hujan jatuh melewati udara dingin di dekat bumi, air ini tidak berubah menjadi salju tapi berubah menjadi butir-butir es.
·         Glaze (Hujan Beku)  :  Terjadi bila hujan jatuh melewati lapisan udara dingin dan membela waktu mencapai tatah, pohon-pohon dan kawat listrik banyak menimbulkan kelrusakan.
·         Hujan Es (Hailstone)  :  Bongkah-bongkah es berdiameter antara 5-55 mm atau lebih. Biasanya terjadi bila terjadi hujan guntur karena awan besar naik dengan kecepatan besar, seperti Cumulonimbus (Cb).
·         Hujan  :  Presipitasi berbentuk cair, amat umum di daerah tropis karena suhunya yang tinggi. Diameter butir airnya antara 0,5-4,0 mm. kecepatan jatuhnya tergantung dari besarnya butir air yang berbentuk, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Kecepatan jatuh butir hujan dan butir-butir awan dalam udara tenang.
Jatuhnya butier air akan dipercepat dengan gaya tarik bumi. Bila kecepatan meningkat, gesekan dengan udara disekitarnya juga membesar dan sesudah itu kedua gaya tersebut seimbang. Akhirnya butiran itu jatuh dengan kecepatan konstan (terminal velocity).
·         Drizzle (Gerimis)  :  Terdiri dari butiran air sangat kecil hampir seragam berdiameter kurang dari 0,5 mm. butiran begitu kecil sehingga seakan-akan mengapung dan mengikuti gerakan aliran udara. Kalau menggunakan payung, butiran air akan berputar-putar di bawah payung. Butiran air ini juga banyak selain kecil-kecil.
·         Embun (dew)  :  Terbentuk secara langsung dengan kondensasi di tengah, daun, batu dll. Pada malam hari pada benda (obyek) yang mendingin melalui radiasi kembali. Di daerah banyak hujan peranan embun kurang berarti dibandingkan pada daerah kering bagi pertumbuhan tanaman. Apalagi pada steppe yang berada dekat pantai. Uap air dari laut akan mengembun pada malam hari.
Klasifikasi genetis presipitasi
                Berdasarkan sifat genetisnya ada 3 macam presipitasi, yaitu :
·         Presipitasi berkesinambungan (intermittent) : Hujan dan salju, jatuh lebih kurang merata dari awan altostratus dan nimbostratus. Presipitasi ini terjadi karena gerakan ke atas secara meluas dan menyebar dari suatu massa udara yang besar. Biasanya pada hujan frontal dan hujan konvergen (siklon).
·         Hujan Lebat (Shoer)  :  Presipitasi jangka pendek dengan interval dan lebat. Biasanya terjadi dari awan Cumulonimbus yang tidak stabil dan mengalami gerakan ke atas yang cepat.
·         Gerimis (drizzle)  :  Butiran air kecil dan banyak berasa dari kabut atau stratus bagian bawah. Ciri dari suatu stratifikasi yang stabil tanpa gerakan ke atas yang berarti.
Proses terjadinya hujan
                Ada dua proses yang menyebabkan awan menjadi hujan, yaiut proses kristal es (ice-crystal process) dan proses tangkapan (capture process).
Pertama  : 
Proses kristal es : Bila udara mendingin dengan cara mengambang, sementara mendingin, RH udara akan naik. Kalau udara itu jenuh terbentuklah butir-butir kecil awan. Butir ini tidak membeku sampai suhu jauh dibawah titik leleh (0oC). Pada suhu antara 32-10oF, awan masih berisi butir-butir air kecil. Pada suhu 10o sampai -20oCF terdapat campuran antara butir air dan kristal es. Butir air kecil akan menguap dan uapnya akan bersatu dengan kristal es dan menjadi besar dan jatuh. Ini disebut juga Bergeron Effect (Pengaruh Bergeron).
Kedua :
Proses tangakapan (Capture process), terjadi benturan antara butir-butir air. Butir yang lebih besar jatuh dan menangkap butiran lainnya dan makin membesar kemudain jatuh sebagai hujan.
Hujan konveksi :
Adanya pemansan pada permukaan bumi, membuat udara di atasnya menjadi panas dan ringan. Bersamaan itu pula terjadi evabrasi, dan uap air terdorong ke atas dan membentuk awan. Huja konveksi ini cukup lebat.
Hujan orografis :
Masa udara dari suatu daerah dipaksa naik ke gunung oleh dorongan angin. Pada batas ketinggian tertentu terbentuklah awan karena kondensasi (Batas kondensasi atau “condensation level”). Hujan yang terjadi cukup lebat.

Hujan frontal :
Udara panas bertemu dengan udara dingin dari arah berlawanan. Tidak lebat, terjadi di daerah lintang pertengahan. Di tropis jarang terjadi karena suhu masa udara hampir seragam.
Hujan konvergen :
Hujan berasal dari awan yang terbentuk karena adanya daerah konvergensi. Masa udara dair berbagai arah masuk ke suatu pusat tekanan rendah, hujannya cukup lebat.
Siklus Air (Hydrologic Cycle)
Air dari laut, sungai, danau, tanah akan menguap (evaporasi). Penguapan air dari tumbuhan disebut transpirasi. Udap air ini akan masuk ke atmosfir dan membentuk awan bila terjadi kondensasi. Awan yang mengalami pendinginan karena gerakan naik akan menguap lagi, mengali permukaan (run off) dan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi). Air infiltrasi akan diserap akar, sedangkan air perkolasi akan menjadi  air tanah (ground water) dan keluar lagi melalui mata air, menuju sungai dan akhirnya ke laut. Demikian peredaran air di permukaan bumi yang disebut siklus air.
                Air yang beredar dalam sistem ini sebenarnya hanaya sebagian kecil saja dari air yang terdapat di muka bumi. Sebanyak 97,5% air terdapat di lautan dan samudra, 2% berbentuk es dan salju terjebak di kedua kutub, dan sisanya adalah air untuk penunjang hidup mahkluk di daratan. Jumlah air yangmemang relatif sedikit ini juga tidak terbagi merata di setiap tempat di muka bumi (daratan).
                Berdasarkan siklus air di atas, maka upaya manusia untuk melestarikan air sepanjang musim adalah memperbesar resapan air ke dalam tanah, memperkecil limpahan permukaan (run-off), memperkecil evaporasi.
Inilah yang dinamakan dengan upaya konservasi tanah dan air seperti :
·         Pembuatan sengkedan
·         Penutupan lahan dengan mulsa
·         Penghijauan dan reboisasi
·         Pemberian bahan organik pada tanah
·         Tanaman penutup tanah (LCC = Leguma Cover Crops).
Tanah-tanah yang gundul akan menjadi korban untuk erosi, karena pukulan-pukulan butir hujan, apalagi yang diameternya besar. Agregat tanah akan rusak, butiran tanah akan menutupi pori-pori tanah, sehingga air hujan sulit meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi). Aliran permukaan (run-off) akan berlangsung efektif dan partikel-partikel tanah di permukaan akan tererosi, masuk sungai sehingga terjadi pelumpuran dan pendangkalan.
Satuan curah hujan :
                Curah hujan yang jatuh dinyatakan dengan satuan milimeter (mm) atau inch (inci). Berarti seakan-akan air hujan itu tergenang saja di permukaan, padahal air hujan yang jatuh akan mengalami :
·         Peresapan
·         Penguapan
·         Aliran permukaan (limpahan) = run-off.
Dengan demikian, maka banyaknya air hujan yang jatuh pada suatu areal tertentu dapat dihitung volumenya.
                Banyaknya hujan sebagai hasil pengukuran dengan alat penakar hujan (ombrometer) dijumlahkan tiap bulan dan tiap tahun sehingga dapat diketahui sifat (karakteristik) curah hujan di suatu tempat. Apabila diambil nilai rata-rata curah hujan selama 30 tahun, maka nilai rata-rata curah hujan itu disebut curah hujan normal. Angka ini digunakan sebagai patokan untuk mengevaluasi apakah curah hujan suatu waktu berada di atas normal (AN) atau dibawah normal (BN).
Curah hujan tahunan yang terendah di Indonesia berada di lembah Palu (Sulawesi Tengah) (530 mm/tahun) dan yang tertinggi di baturaden (Jawa Tengah) yaitu ±7200 mm/tahun.
Intensitas hujan :
                Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan yang jatuh per satuan waktu, dinyatakan dalam mm/jam. Intensitas hujan menunjukkan lebat tidaknya hujan. Intensitas hujan yang besar, berarti air yang dicurahkan jumlahnya banyak dalam waktu singkat, butiran air yang dicurahkan jumlahnya banyak dalam waktu singkat, butiran airnya besar, dan akan menyebabkan erosi lebih besar lagi, karena limpasan permukaan yang besar, sementara resapan air akan terhambat.
Distribusi hujan (penyebaran hujan) :
                Untuk mengetahui sifat hujan, diantaranya perlu dilihat distribusinya dalam jangka waktu tertentu, yaitu distribusi hujan dalam sebulan dan distribusi hujan dalam setahun.
·         Distribusi hujan dalam sebulan  :  Dapat dilihat dari banyaknya hari, hujan (rainy day) yaitu suatu hari dengan curah hujan yang lebih dari 0,5 mm. dari hari hujan dalam sebulan dapat dilihat bagaimana merata dan tidaknya distribusi hujannya. Bagi pertumbuhan tanaman diperlukan distribusi yang merata, tapi bagi pemasokan buat tidak lagi diperlukan curah hujan yang banyak.
·         Distribusi hujan dalam setahun  :  Penyebaran curah hujan dalam setahun dicirikan dengan banyaknya bulan basah (BB) dan bulan kering (BK). Yang juga dapat menggambarkan persediaan air untuk tanaman. Pengertian BB dan BK tercantum pada tabel di bawah ini.
Kriteria BK dan BB dari Mohr (1933( dan Schmidt-Ferguson (1951) didasarkan pada pengertian evaporasi. Bila angaka evaporasi bulanan lebih besar dari angka presipitasinya (curah hujan) maka tidak ada air tersisa dan disebut Bulan Kering. Bila ada air tersisa dan angka evaporasi maka disebut Bulan Basah.
Oldeman (1975) mendasarkan kriteria BK dan BB pada angka evapotranspirasi. Bila curah hujan ≥200 mm per bulan orang dapat bertanam padi sawah, sedangkan paling sedikit diperlukan curah hujan 100 mm/bulan apabila bertanam di lahan kering.
                Distribusi hujan dalam setahun ini sangat penting bagi penentuan pola tanam di suatu daerah yang hanya mengandalkan air hujan saja dengan melihat karakteristik curah hujannya. Distribusi hujan ini dapat digambarkan dalam bentuk histogram.
Dengan melihat bentuk histogram itu dapat ditentukan waktu tanam, urutan jenis tanaman yang diusahakan, dan waktu panennya. Tergantung dari distribusinya, pola tanam dapat berbentuk :
                Padi – padi – palawija
                Padi – palawija – beras
                Palawija – beras

Musim di Indonesia


Di Indonesia terdapat dua musm dalam setahun, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Perbandingan sifat cuaca kedua musim ini adalah sebagai berikut :
Pada musim hujan, persediaan air untuk tanman cukup akan tetapi sinar matahari untuk proses fotosintesis akan kurang karena terhalang oleh awan dan hujan. Sementara itu kelembaban yang tinggi dapat merangsang timbulnya penyakit tanaman, penjemuran hasil panen terganggu. Sebaliknya pada musim kemarau sinar matahari melimpah, kelembaban rendah sehingga penyakit tanaman berkurang, akan tetapi curah hujan sedikit sehingga hal ini menjadi faktor pembatas (limiting factor). Bilamana kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi melalui irigasi, maka dapat dicapai hasil panen yang tinggi, apalagi pasca panen seperti penjemuran sangat ideal karena penyinaran yang banyak.
Kriteria datangnya musim hujan :
Musim hujan sudah tiba apabila curah hujan dalam satu dekade dan dekade-dekade selanjutnya lebih besar dari 50 mm. Satu bulan dibagi dalam 3 dekade. Dekade I = 10 hari, dekade II=10 hari dan dekade III=10,11,8, atau 3 hari.
Kriteria datangnya musim kemarau :
Musim kemarau sudah mulai bila curah hujan dalam satu dekade dan dekade-dekade selanjutnya kurang dari 50 mm.
Pengertian antara kedua musimn ini dianamakan musmi peralihan (masa pancaroba, transisi) yang ditandai dengan tiupan angin yang tidak menentu arahnya.
                Musim hujan dinamakan juga musim Barat karena pada musim itu bertiup angin barat (west monsoon) yang banyak membawa uap air dan banyak menimbulakn hujan di Indonesia. Sebaliknya pada musim kemarau bertiup angin Timur (East monsoon) yang tidak cukup mengandung uap air karena terasal dari tengah-tengah kontinen Australia yang kering sifat daerahnya.
Hujan buatan (Cloud seeding) :
                Hujan buatan merupakan suatu upaya memodifikasi cuaca karena adanya kekurangan air bagi pertanian, sebagai akibat tidak ada kurangnya presipitasi.
                Dalam operasi hujan buatan, agar dapat berhasil, maka diperlukan beberapa persyaratan antra lain, RH paling sedikit 70% dan angin jangan sampai menguapkan atau membawa awan yang terbentuk ke tempat lain yang bukan tujuan hujan buatan.
                Pada pagi hari, pesawat terbang menyebarkan serbuk (kristal) NaCl ditambah dengan sertbuk Urea ke atmosfir. Beberapa waktu kemudian terbentuklah awan-awan kecil karena inti kondensasi itu menyerap uap air sehingga terbentuk air kecil yang berkumpul sebagai awan. Awan-awan kecil tersebut kemudian bergabung satu sama lain, sehingga terbentuk awan besar. Pada waktunya pesawat masuk ke dalam awan itu dan menyemprotkan “dry ice” (Co2 yang dipadatkan) yang berfungsi medinginkan awan. Segera setelah itu berubahlah awan itu menjadi hujan.

The Effect Ration contain of Earth-Worm Meal (Lumbricus rubellus) to Performance of Japanese Quail (Coturnix Coturnix japonica) Growth Phase


The objective of this research is to know the effect ration contain various earth-worm meal (Lumbricus rubellus) storey; level to performance of Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) growth phase.
Realization this research in Karangmulya Village, District of Telukjambe, Karawang during is six-month, starting from  May 01  to October 31 2004.
Amount of used  quail counted 120 Coturnix coturnix japonica species quail tail old age one day. Quail divided at random into 24 cage provided with feeding  trough, dringking  trough and lamp 15 watt as heater.
These Research method used laboratoris eksperimental method and use Completely Randomized Design with four treatment of ration that is T0 :  ration contain 0 % earth-worm meal + 12,5% fish meal, T1 : ration contain 10,0% earth-worm meal + 0% fish meal, T2 : ration contain 12,5% earth-worm meal + 0% fish meal and T3 : ration contain 15,0% earth-worm meal + 0% fish meal and repeated [by] counted 6 times. To know difference between treatment used by Duncan Multiple Range Test at level 5%.
Result of the research indicate that showed of the effect ration contain 12,5% earth-worm meal (Lumbricus rubellus) yielding performance of Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) optimal growth phase.