Home AD

Thursday, March 22, 2012

Matematika Dasar Sedekah Bag.2 : Keajaiban Sedekah


(Ust. Yusuf Mansyur)
(SAMBUNGAN)

2.5 % Tidaklah Cukup

Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga ke sedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasa diangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkalian sepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruh yang signifikan.

Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji 1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian dia bersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapat perhitungannya sebagai berikut:

Sedekah: Sebesar 2,5%
2,5% dari 1.000.000 = 25.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 25.000 = 975.000

Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:

975.000 + 250.000 = 1.225.000

Lihat, "hasil akhir" dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, "hanya" jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesar Rp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika dia sedekahnya "hanya" 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencari sisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya.

Coba Jajal Sedekah 10 %

Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketika diterapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt dan pengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb, yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.

Sehingga "skor" akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp. 1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.
Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.

Sedekah: Sebesar 10%
10% dari 1.000.000 = 100.000
Maka, tercatat di atas kertas:
1.000.000 – 100.000 = 900.000

Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengan kita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlah hasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar 1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:
900.000 + 1.000.000 = 1.900.000

Dengan perhitungan ini, dia "berhasil" mengubah penghasilannya, menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh 100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan.

2.5 % Itu Cukup, Kalau ...

Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang saya kagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatab selalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahas pelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkan tentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk.

Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita, haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punya kebutuhan, akan tercukupi.

Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwa ketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt, maka "pertambahannya" menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp. 975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambah dengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya. Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punya pengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuh Rp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekah jangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.

Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwa katanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebih hebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selain sedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukan selalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya; qabliyah ba'diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungan dengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawan sekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukan sedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akan segala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yang kita lakukan.

Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal, dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skor akhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu, malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri. Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.
Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita

Matematika Dasar Sedekah Bag.1


Oleh : Ust. Yusuf Mansur

Apa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?

10 – 1 = 19

Pertambahan ya? Bukan pengurangan?
Kenapa matematikanya begitu?
Matematika pengurangan darimana?
Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?
Kenapa bukan 10-1 = 9?

Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dari apa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyak lagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambil dari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik.

Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yang satu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.

Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah, tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedar sepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.

Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pasti membalas dengan balasan yang pas buat kita.

Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak

Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2x lipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikan gantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.

Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:

Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:

10 - 1 = 19

Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:
10 - 2= 28
10 - 3= 37
10 - 4= 46
10 - 5= 55
10 - 6= 64
10 - 7= 73
10 - 8= 82
10 - 9= 91
10 - 10= 100

Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyak penggantian dari Allah.

Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah, meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allah tidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.

Sedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh, inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi para pelakunya.

Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.

Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah minta kita memperhatikan jika ingin diperhatikan.

Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dan segala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yang melihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya, saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga, kawan dan sahabat Saudara.

Barangkali ada kebaikan bersama yang bisa diambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikan hadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengan sedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.

Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorong diri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakan fadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampai kepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis, adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi, kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalah pedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal.

Kepada Allah juga semuanya berpulang.
Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerus membukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampai kepada derajat "mukhlishiina lahuddien", derajat orang-orang yang mengikhlaskan diri kepada Allah.

MENGENALI TYPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEORANG PEMIMPIN

Umumnya kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan dengan orang dan posisi yang didudukinya, yang merupakan dasar kekuatan bagi pemimpin untuk dapat mempengaruhi orang lain (karyawan/bawahan). Dalam manajemen, kekuasaan meliputii kemampuan seseorang mendapatkan sumber daya serta menggerakan sumber daya yang tersedia untuk dapat mencapai tujuan.
Setiap manusia lahir dibekali oleh sikap dan karakter masing-masing, hal ini yang membedakan menusia dengan mahluk lainnya. Dari latar belakang ini melahirkan tipe dan gaya tertentu dari seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi  yang satu dengan yang lainnya berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan situasi dan bawahan yang di hadapi.

Menurut George Terry alih bahasa Sukarna (1992:86) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan yaitu :
1.      Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)  
Dalam tipe ini pemimpin mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim.
2.   Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin tidak mengadakan hubungan langsung dengan para bawahannya sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul kontak pribadi. Hubungan antara pimpinan dengan bawahannya melalui planning dan instruksi-instruksi tertulis.
3.   Kepemimpinan Otoriter (Auothorotarian Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin memperlakukan bawahannya dengan sewenang-wenang, karena menganggap dirinya paling berkuasa.  Para bawahan dalam melakukan pekerjaannya bukan karena rasa tanggung jawab melainkan karena rasa takut.
4.   Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership)
Dalam tipe ini para bawahan tidak berani mengambil keputusan sendiri, segala sesuatu yang sulit selalu diserahkan kepada bapak untuk menyelesaikannya. Dengan demikian bapak banyak pekerjaanya, yaitu ikut serta menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawab anak buahnya.
5.   Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin selalu mengadakan musyawarah dengan para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sukar, sehingga para bawahan merasa dihargai  pemikiran dan pendapatnya serta mempunyai pengalaman yang baik.

Kartini Kartono (1992:69), menggolongkan tipe-tipe kepemimpinan yaitu :
1.      Tipe Kharismatis   
Tipe kepemimpinan kharismatis ini memiliki kekuatan daya tarik yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin kharismatis adalah seseorang yang di kagumi, dia banyak memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendiriannya.
2.   Tipe Pathernalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :
a.       Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang/tidak belum dewasa.
b.      Dia bersikap terlalu melindungi (over protective)
c.       Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk  mengambil keputusan sendiri.
d.      Tidak pernah memberikan kesempatan pada bawahannya untuk berinisiatif.
e.   Tidak memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas.
3.      Tipe Militeristis
Hendaknya diperhatikan bahwa tipe kepemimpinan militeristis ini berbeda sekali dengan seorang pemimpin organisasi militer. Adapun sifat-sifat pemimpin militeristis antara lain :
a.       Lebih banyak menggunakan sistem peritah/komando terhadap bawahannya.
b.      Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya.
c.       Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.
d.      Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya.
e.       Komunikasi  berlangsung hanya searah saja.
4.      Tipe Otokratis
Otokrat berasal dari kata Autos artinya sendiri atau kratos yang artinya kekuatan. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan tidak pernah diberikan informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang ingin dilakukan. Sikap dan prinsipnya ketat dan kaku. Prinsip yang dipegangnya selama ini merupakan sesuatu yang harus dipatuhi bawahannya.
5.      Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan Laissez Faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin sebab dia memberikan kelompoknya berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya. Pada hakeketnya tipe pemimpin seperti ini tidak akan mampu untuk membimbing dan membina bawahannya kearah kemajuan organisasi.
6.      Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya “The Third World” mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme.
7.      Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis ini memberikan bimbingan yang efisien kepada pengikutnya sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan, dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik.

Dari uraian di atas kita akan bertanya kepada diri kita sendiri, termasuk type dan gaya kepemimpinan yang mana pemimpin kita sekarang ini ?
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.


Daftar Pustaka

Kartini Kartono, 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Penerbit CV. Rajawali,  Jakarta.

Terry. George. R., 1992. Dasar–Dasar Manajemen. Cetakan ke lima. Bumi Aksara, Jakarta.