Home AD

Sunday, February 24, 2013

Produksi Buah Nenas



Tanaman nenas (Annanas comosus), mempunyai petumbuhan dan perkembangan yang sehat dan akan memiliki daun sempurna melebihi 35 helai pada umur sekitar 12 bulan setelah tanam. Pada masa ini tanaman telah siap untuk memasuki tahap generatif. Dalam kondisi alami rampak bunga atau saat keluarnya bunga nanas biasanya tidak seragam.  Oleh karena itu perlu adanya perangsangan pembungaan nanas agar bunga keluar serempak. Perangsangan pembungaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Kalsium Karbit (Karbit) dan hormon Etilen (Ethrel 40 PGR). Pemberian karbit sebaiknya dilakukan pada tengah malam atau pagi hari sebelum matahari terbit karena pemberian karbit pada siang hari tidak efektif, tindakan pemberian karbit memerlukan bantuan air atau embun yang terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang dapat merangsang pembungaan nenas. Pemberian karbit tidak dianjurkan pada malam hari berangin karena akan menyulitkan penempatan karbit.  

Cara Pemberian Karbit :

  1. Penggunaan bubuk karbit. Batu karbit dihancurkan sehingga membentuk butiran-butiran. Sekitar 0,5 g karbit dimasukan ke bagian tengah (hati) tanaman nenas yang berembun.
  2. bubuk atau batu karbit dilarutkan dalam air sehingga membentuk larutan. Konsentrasi larutan karbit yang digunakan 0,5 – 1 %. Pembuatan larutan jangan diaduk, biarkan larut dengan sendirinya. Larutan siap digunakan apabila gelembung udara hampir habis.  Larutan harus secepatnya digunakan pada bagian hati setiap tanaman disirami dengan 50 ml larutan karbit.

Cara Pemberian Ethrel :
Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Ethrel dapat juga merangsang pembungaan nenas. Pada nenas bali, penggunaan 50 ml larutan Ethrel dengan konsentrasi 600 – 1000 ppm menghasilkan rampak bunga yang lebih cepat dibandingkan dengan larutan karbit, yaitu sekitar 5 minggu setelah aplikasi, tetapi buah yang dihasilkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan aplikasi larutan karbit.

KUBIS



Asal Mula Tanaman Kubis

  1. Bentuk liar kubis terdapat di sepanjang pantai laut tengah dan atau jazirah Asia kecil atau Turki.
  2. Perbedaan tempat evolusi yang terjadi ribuan tahun yang lalu menghasilkan bentuk yang berbeda misalnya kaelan telah dibudidayakan di Yunani sejak tahun 600 sebelum masehi.
  3. Bentuk bentuk liar yang vterdapat di daerah Laut Tengah dalam kurun waktu terakhir ini merupakan bentuk-bentuk semusim (annual) yang tumbuh di daerah dengan musim yang lembab dan hangat.
  4. Bentuk-bentuk terdahulu yang menyebar ke Eropa Barat Daya, terseleksi menjadi bentuk dwi musim (biennial) yang lebih tahan terhadap musim dingin yang ekstrim.
  5. Kemudian suhu dingin ini selalu diperlukan oleh tipe ini sebagai syarat untuk pembentukan bunganya. Suhu dingin yang diperlukan untuk merangsang pembungaan disebut vernalisasi. Tipe dwi musim ini diduga sebagai hasil persilangan dengan tipe-tipe dwimusim kubis-kubis liar di daerah tersebut.
  1. Kedua tipe ini  dibudidayakan di Indonesia
1)  Tipe semusim (annual type), ialah tipe kubis yang dapat tumbuh dan berkrop, berbunga, dan berbiji di daerah tropika pada umumnya dan di Indonesia khususnya tanpa periode pendinginan terlebih dahulu.
2) Tipe Dwimusim (biennial type) adalah tipe kubis yang dapat tumbuh dan berkrop di daerah tropika, namun tidak mampu berbunga secara alami di daerah tropika karena ketiadaan musim dingin untuk merangsang pembungaannya.
Padahal tipe dwimusim ini banyak permintaan karena kropnya yang keras, padat, tidak rapuh dan tidak renyah seperti kubis semusim.  Sebenarnya di Indonesia pernah dilakukan vernalisasi pada tanaman dewasa, namun tidak ekonomis.
Contoh jenis kubis
a)    Semusim : Krop Pujon, Tawangmangu, Yoshin dan Seigon
b)   Dwimusim : KK-Cross, KY-Cross, Gloria Osena, Green Coronet.

Perbedaan Sifat-sifat kubis Semusim dan Dwi musim

No
S I F A T
TIPE KUBIS
SEMUSIM
DWIMUSIM
1.
Kemampuan berbunga secara alami
Dapat
Tidak
2.
Kemampuan berbiji secara alami
Dapat
tidak
3.
Kepadatan Krop
Relatif kurang
Padat sampai padat sekali
4.
Batang
Tinggi
Rendah
5.
Daun
Renyah
Agak liat
6.
Rasa
Agak manis Kadang-kadang juga getir
Tawar
7.
Ketahanan terhadap penyakit
Tahan
Agak tahan
8.
Keseragaman bentuk tanaman
Kurang seragam
Seragam (hibrida)
9.
Umur panen
Lambat
Relatif lebih cepat

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kubis

Pertumbuhan vegetative

Biji yang disemai menghasilkan kecambah dengan hipokotil yang agak kemerahan, beberapa cm panjangnya dengan dua buah kotiledon. Daun-daun pertamanya mempunyai tangkai daun (petiole), dan kemudian tangkai daun berikutnya memendaek dan akhirnya menjadi daun duduk (sessilis), daun kubis pada umumnya berlapis lilin. Jarak antara daun pertama dengan daun-daun berikutnya makin lama makin pendek dan menjelang pembentukan krop, antara daun-daun duduk sudah rapat sekali (roset). Pembentukan primordia daun terus berlangsung sementara daun duduk sebelumnya mulai melengkung ke dalam, sehingga mencegah daun-daun muda berikutnya untuk membuka, demikian seterusnya sehingga akhirnya terbentuk krop.  Suhu optimal pembentukkan krop antara 15 – 25 OC

Perkembangan generative

Perkembangan ke arah generatif dapat terjadi karena pengaruh lingkungan terutama suhu. Tanaman kubis mempunyai stadium remaja (juvenil Stage) yang lamanya ± 1 bulan sejak biji disemai, yang secara morfologi terjadi bila diameter batang kira-kita 0.5 cm atau bibit telah berdaun 8 – 10 helai. Apabila pada stadium ini diberi suhu rendah (± 4OC) selama 2 – 3 bulan dan setelah itu ditanam ditempat yang berhawa dingin, maka tanaman tidak akan membentuk krop melainkan akan mengalami pemanjangan batang, membentuk kuncup bunga dan berbunga, akhirnya menghasilkan biji.

PERIMBANGAN ZAT PENGATUR TUMBUH :



  1. Pada umumnya sitokinin sintetik tidak mendorong atau menghambat pembentukan akar adventif.  Penelitian pada kecambah kacang kapri, sitokinin dengan konsentrasi rendah mendorong pertumbuhan akar, namun pada konsentrasi tinggi adalah menghambat.
  2. Stek daun merupakan bahan yang menarik dalam mempelajari pengaruh timbal-balik antara sitokinin dan auksin.  Hasil penelitian pada pada   tanaman  hias  Begonia  sp.  Yang  diberi  konsentrasi  cukup  tinggi (15 ppm) memacu pertumbuhan tunas, namun menghambat pertumbuhan akar.  Sedangkan auksin dengan konsentrasi tinggi memberikan efek yang berlawanan.
  3. Selanjutnya terdapat interaksi antara auksin dan sitokinin. Pada konsentrasi rendah (2 ppm), IAA mendorong pertumbuhan tunas, sehingga mendukung kerja sitokinin. Sebaliknya, sitokinin pada konsentrasi rendah (0.8 ppm) mendukung kerja auksin, yaitu pertumbuhan akar.
Inisiasi Pembungaan dan pembuahan Pembungaan terjadi karena :
  1. Musim/Kekeringan
  2. C/N ratio (Nisbah C/N)
  3. Penumpukan fotosintat
  4. Tanaman tidak tergantung musim.

PENGATURAN C/N RATIO UNTUK MEMPERCEPAT TANAMAN BERBUAH



Tanaman yang saatnya berbuah, tetapi belum muncul juga buahnya, bisa segera berbuah dengan jalan mengatur keseimbangan C/N ratio dalam tanaman tersebut.  C/N ratio ini mempengaruhi fase vegetatif dan fase reproduktif dalam tanaman.  C adalah jumlah karbohidrat dalam daun dan N adalah jumlah nitrogennya.  C/N ratio tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah.

Dengan C/N ratio yang tinggi maka akan terjadilah penumpukan karbohidrat, yang akhirnya akan terbetuklah bungan dan buah.
C/N ratio ini bisa diatur dengan cara :
1.     Pemangkasan,
2.     Pelilitan/pencincinan/pengikatan,
3.     Pelukaan batang, akar atau umbi,
Pemotesan ujung tunas cabang (pinching)