Dalam marxisme yang kita kenal dengan materialisme sejarah (historical materialism) , ada anggapan bahwa yang mengubah sejarah, masyarakat dan bangsa bukanlah ide atau gagasan tetapi teknologi, struktur ekonomi atau penggunaan alat-alat produksi . Marx membagi struktur masyarakat ke dalam dua bagian Supratrukur adalah bagian yang soft dari sebuah kebudaayan. Sedangkan infrastuktur bagian yang hard. Perbandingan keduanya bisa disamakan dengan soft ware dan hard were pada computer. Softwere adalah program yang digunakan sedangkan hardwere adalah peralatan computer . Begitu juga dalam kebudayaan, harus dibedakan antara program kebudayaan (software) dan kebudayaan itu sendiri (hardwere)
Yang termasuk infrastuktur suatu kebudayaan, misalnya, struktur ekonomi atau teknologi kebudayaan itu sendiri ; sedangkan suprastuktur adalah ideologi, kepercayaan, agama, ideas dan lain-lain
Menurut Marx Suprastruktur ditentukan oleh infrastruktur.
Ideologi akan sangat ditentukan oleh ekonomi. Keadaan ekonomi misalnya, akan menentukan kesadaran kelas; bukan sebaliknya . Agama kita sangat ditentukan oleh posisi ekonomi kita ditengah masyarakat.Versi-versi keberagamaan kita sangat ditentukan oleh letak kita dalam status social ekonomi. Apa yang dirumuskan Marx sebetulnya merupakan antitesis dari apa yang akan dibicarakan.
Bahwa Ideas yang akan menentukan perubahan.
Kekuatan sejarah akan sangat ditentukan oleh ideas (gagasan-gagasan). Ideologilah yang akan menentukan perubahan ekonomi,sistem social dan struktur politik. Jika suatu ideologi masayarakat berubah, berubah pulalah infrastruktur masyarakat itu. Berbeda dengan pandangan Marx, teori ini menganggap bahwa ideas-lah yang paling menentukan perubahan masyarakat. Teori yang sekaligus menjadi kritik terhadap Mark ini dikemukakan oleh Max Weber.
Max Waber sebagai pendiri dari apa yang kita sebut Sociologi humanis yang menempatkan perananan manusia dalam perubahan masyarakat, yang berbasis pada teori Humanist sociology yakni bahwa kita, sebagai manusia dapat mempengaruhi perubahan masyarakat. Waber berpendapat bahwa superstruktur, soft bilief system, ideology adalah factor yang sangat aktif dan efektif dalam mengubah sejarah. Tesis Waber terbukti dengan munculnya kapitalisme.
Kapitalisme adalah sebuah sisiem social yang ditegakan di atas dasar pencarian keuntungan dalam tindakan-tindakan rasional. Kata Max waber Kapitalisme adalah pengantar menuju masyarakat moderen, Bersamaan dengan lahirnya kapitalisme lahir pula institusi-institusi dan pengusaha-pengusaha baru yang independent. Pandangan baru tentang pasar (market) juga muncul kepermukaan .
Sebagai suatu system social kelahiran Kapitalisme di Eropa Barat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manusia. Ada perubahan dalam tingkah laku (human action) manusia menjelang kelahiran kapitalisme. Ada sekelompok orang yang prilakunya berbeda dengan kebanyakan orang pada zaman itu.
Kapitalisme muncul karena sekelompok orang- yang disebut waber sebagai New entrepreneur (pengusaha-pengusaha baru) melakukan serangkaian tindakan (human action). Tindakan ini didasarkan pada semangat yang disebut semangat kapitalisme (spirit of capitalism)
Semangat kapitalisme terdiri dari tiga rukun :
1.Motif memperoleh laba (profit motif)
2.Hidup zuhud atau sederhana (ascetic orientation)
3.Semangat misi (ideas of calling)
Profit Motif
Dalam motif laba, perolehan uang digunakan sebagai tujuan akhir kehidupan, disini teradilah peralihan dari instrumental ke tujuan akhir
Ascetic Orientation
Keinginan untuk menangguhkan kepuasan kebutuhan untuk waktu yang akan datang . Jadi, ketika mereka bekerja dan memperoleh keuntungan itu tidak segera dipakai untuk memuaskan kebutuhan ,tetapi ditangguhkan untuk waktu yang akan datang. Mereka menjalani kehidupan secara sederhana, hanya makan atau minum; itu pun sepanjang diperlukan.
Ideas of Calling
Semangat misi. Gerakan sekelompok orang yang didasarkan pada suatu keyakinan bahwa mereka adalah sekelompok pilihan Tuhan yang mempunyai misi untuk memperoleh keberhaslan di dunia ini.
Tesis Max waber kemudian diturunkan menjadi beberapa teori lainya tentang pengaruh ideas pada perubahan masyarakat .Everest Hegen salah seorang murid Max Waber, mencoba menjelaskan keadaan dunia sekarang ini : Mengapa ada bangsa-bangsa yang maju ? Mengapa ada bangsa-bangsa yang terbelakang ? Mengapa ada bangsa-bangsa yang inovatif ? Mengapa pula ada bangsa-bangsa yang terjebak dalam perkembangan yang stagnan.
Hegen lalu berbicara tentang dua keperibadian, yaitu keperibadian otoriter dan keperibadian inovatif, sedangkan bangsa-bangsa yang terbelakang adalah bangsa-bangsa yang mempunyai keperibadian otoriter. Kalau kita ingin merubah masyarakat maka yang kita harus lakukan adalah mengcangkokan kepribadian inovatif atau menyebarkannya ditengah-tengah masyarakat sebagai ideas. Suatu saat nanti ketika sudah diserapi keperibadian inovatif, orang akan bergerak mengubah system social.
Everest Hegen membagi perbedaan dua keperibadian ini. Pertama, dari sikap mereka dalam memandang realitas . Kepribadian otoriter ditandai dengan kepasrahan terhadap realitas sebagaimana yang telah dirumuskan oleh tradisi, misalnya agama. Setiap bangsa mempunyai pandangan tertentu yang biasanya sudah kita warisi secara tradisional. Orang Indonesia , sejak dulu , misalnya berpandangan bahwa kekuasaan ditentukan oleh kehendak yang maha kuasa. Mereka yang akan menjadi raja biasanya memperoleh legitimasi dengan mendapatkan wangsit.. Semua tergantung pada kehendak Tuhan. Orang menerima pandangan dunia tanpa dipertanyakan lagi. Sebaliknya, orang yang berkepribadian inovatif memandang realitas dengan penuh kritis. Dalam dirinya selalu ada rasa ingin tahu (inquisitive mind) ingin bertanya, ingin mempersoalkan , ingin mempermasalahkan.
Itu ciri yang pertama . Ciri yang kedua adalah pandangan mereka di tengah-tengah masyarakat . Keperibadian otoriter menganggap peran mereka ditengah-tengah masyarakat itu tidak ada . Mereka hanyalah bidak-bidak kecil yang harus tunduk pada tuntutan-tuntutan social. Biasanya mereka juga tidak bertanggung jawab terhadap nasibnya sendiri. Sebaliknya orang inovatif beranggapan bahwa seluruh kegagalan dan keberhasilan adalah tanggung jawabnya secara personal. Jadi dalam dirinya ada sense of responsibility . Pada keperibadian otoriter, tipe kepemimpiananya kaku (frigid) , tidak terbuka , suka mendikte. Ia menuntut kepatuhan yang mutlak kepada pemimpin. Pada kepribadian inovatif, tipe kepemimpinanya terbuka, toleran terhadap perbedaan, dan memberikan dorongan untuk berpikir kritis, untuk mempertanyakan dan menghidupkan jiwa (inquisitive). Tidak jarang seorang dosen tidak toleran terhadap perbedaan dan merasa terganggu oleh pikiran-pikiran kritis.
Lalu apa implikasi dari teori Hegen ini ?. Implikasinya kalau ingin melakukan perubahan masyarakat kita harus mengkampanyekan kepribadian inovatif, sehingga muncul keperibadian yang memberikan keterbukaan (inquisitive mind) dan menghargai kreativitas. Setelah keperibadian ini tersosialisasikan (tranmision of value) barulah orang akan bergerak untuk mengubah system social dan melahirkan masyarakat yang lebih maju dan demokratis.
Sumber : - Prof . Drs Onong Uchjana Efendy , MA. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek , PT Remaja Rosda karya, Bandung,1992.
- Dr. Jalaludin Rakhmat , Rekayasa Sosial , PT Remaja Rosda karya,
1999.
No comments:
Post a Comment