Home AD

Thursday, May 20, 2010

TIPS Menghilangkan Malas

TIPS Menghilangkan Malas

Tugas kuliah masih menumpuk di meja, Menghafalkan surat, yah…… hanya dapat ayat pertama saja sudah bosen, mau membaca tetapi mengantuk akhirnya buku-buku kajian beralih fungsi menjadi bantal, kasur empuk selalu menyapaku di malam hari, hmm… apa yang biasa diperbuat agar malas jauh dari diriku?! Akankah hidup yang bagaikan musafir ini disia-siakan begitu saja? Tidak… tidak boleh hal itu terjadi padaku, aku harus bisa memusuhi 5 huruf itu yaitu MALAS.”

Malas bisa kita hindari ketika ia datang menyerang kemauan dan semangat kita, di bawah ini ada beberapa tips antara lain:

1. Membasuh muka atau mandi ketika kantuk menyerang.
2. Mengubah posisi duduk ketika membaca. Misalnya dari duduk berubah menjadi berdiri, namun disarankan jangan dari duduk terus berbaring bisa berbahaya atau bisa kebablasan tidur.
3. Berpindah dari ruang baca ke kamar yang lain. Kalau sebagai anak kos bisa disiasati, berpindah dari kamar kita ke beranda kos, ruang tamu atau bahkan bisa juga ke dapur.
4. Menghirup udara yang segar dengan cara berdiri di dekat jendela atau membuka jendelajendela kamar lain untuk menambah kesegaran. Sebagai anak kos bisa disiasati dengan menciptakan aroma terapi, misalnya dengan menyemprot ruangan dengan wangiwangian dan jika ada kipas angin, bisa menyetel kipas untuk menyebarkan wangiwangian tersebut ke segala ruang. Karena mungkin tidak semua anak kos mempunyai jendela kamar.
5. Berjalan-jalan sebentar di sekeliling rumah. Bisa diganti dengan kegiatan yang lain misalnya merapikan rak yang berantakan, atau kegiatan yang lain yang bias menggerakkan otot-otot kita.
6. Berbincang-bincang sebentar dengan keluarga atau teman sekos namun mengenai hal mubah bukan keharoman. Hati-hati jangan sampai lupa tujuan utama dalam berbincangbincang yaitu untuk menumbuhkan semangat, bukan untuk ngobrol bahkan mengghibah.
7. Berdiri membuat secangkir kopi, teh, susu atau juice untuk menghilangkan kebosanan dan menjernihkan akal.
8. Mengubah kegiatan ketaatan. Misal bosan menghafalkan surat berganti dengan membaca, jika membaca bosan bisa diganti dengan mendengarkan kajian lewat CD.

Itulah beberapa tips agar kita bisa terjauh dari penyakit malas. Akan tetapi yang paling utama jangan sampai kita lupa berdo’a agar Alloh senantiasa memberi kita semangat dan agar menjauhkan diri kita dari penyakit malas tersebut. Wallohu A’lam bishowab.

Semoga tips di atas dapat bermanfaat bagi penulis ataupun bagi pembaca. Selamat tinggal Malas…

Maraji’: Kaifa Tatahammas

Artikel www.muslimah.or.id

SEMUT USIR HAMA

Kalau Anda pernah digigit semut ketika memanjat pohon mangga atau nangka, mungkin Anda akan kesal oleh serbuan semut-semut yang begitu gencar. Seringkali gigitannya membuat kita mengaduh-aduh. Serangga kuning & ramping ini membangun sarangnya di daun-daun. Jumlah mereka bisa mencapai ratusan, mempunyai teritori & terkenal agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Itulah semut Rangrang (Oecophylla smaragdina).

Semut Rangrang bukan sembarang semut. Mereka unik dan berbeda dari jenis semut lainnya. Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton (China), semut ini digunakan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Orang mengambil sarang-sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikannya, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini. Di perkebunan kopi di Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut Rangrang. Produksi kopi pun jadi lebih meningkat.

Para pakar serangga di Ghana telah menggunakan jenis semut Rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini kita kenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.

Biokontrol dan Bioindikator
Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian penduduk Indonesia, meskipun tidak besar-besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan semut-semut Rangrang ke pohon tersebut.

Sebenarnya bukan itu saja manfaat yang diberikan semut Rangrang kepada manusia. Dengan sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan udara, manusia dapat menggunakan semut ini sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan.

Semut Rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih. Jangankan asap pabrik atau asap kendaraan bermotor, asap yang berasal dari pembakaran sampah di kebun saja dapat membuat mereka menyingkir. Tak heran, jika di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya kita semakin sulit menemukan sarang mereka di pepohonan.

Adakalanya jarang pula kita mendapati mereka di daerah perkebunan. Karena sekarang pemberantasan hama dengan pestisida lebih banyak digunakan, sehingga bukan saja hama yang mati tetapi banyak serangga lain yang berguna turut terbunuh. Belum lagi perburuan yang dilakukan manusia terhadap semut Rangrang. Banyak orang mengambil sarang-sarang mereka untuk mendapatkan anak-anak Rangrang (“kroto”) sebagai makanan burung peliharaan. Tentunya hal ini akan menjadikan kian menyusutnya populasi semut Rangrang. Padahal keberadaan semut ini penting sebagai musuh alami serangga hama, sekaligus sebagai indikator biologis (hayati) terhadap kualitas udara di suatu daerah.

Ratu Dilindungi
Mengenal kehidupan serangga yang berjasa ini memang cukup mengesankan. Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan-hutan tropis sampai kebun-kebun kopi maupun cokelat. Mereka membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor, terdiri atas ratu yang sangat besar, anak-anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut-semut jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan wedding fight yaitu terbang untuk mengawini sang ratu, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.

Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Sekitar setiap satu menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu menghasilkan ratusan telur per hari. Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan telur-telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva halus jika telah menetas.

Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang-ruang yang rumit dan menyerupai kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus yang diambil dari larva mereka sendiri. Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun lainnya membentuk anyaman.

Makhluk asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan asam format yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut Rangrang justru sebaliknya. Mereka berusaha mati-matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada pohon tempat sarang mereka berada. Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini.

Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia.

Pesan Kimiawi
Semut ternyata mempunyai semacam kelenjar yang menghasilkan cairan khusus yang digunakan untuk menandai wilayah mereka. Kelenjar itu disebut kelenjar dubur. Cairan khusus yang dihasilkannya (disebut pheromone) mereka sapukan ke tanah dan hanya para anggota sarang saja yang dapat mengenali baunya. Jadi semut penganyam ini menggunakan pesan kimiawi untuk menuntut rekan satu sarang menuju daerah baru mereka.

Tentu saja jejak bau itu tidak hanya mereka tinggalkan ketika mencari daerah baru dan ketika mempertahankannya, tetapi juga digunakan saat mereka mencari makan. Jika seekor semut menemukan seonggok makanan, dia akan mengerahkan teman-temannya untuk mengangkuti makanan itu ke sarang. Kelenjar duburnya akan meninggalkan jejak bau di sepanjang jalan antara sarang dan lokasi temuan itu. Ketika berpapasan dengan temannya, semut ini memberi rangsangan dengan memukulkan antenanya seraya memuntahkan sedikit makanan yang ditemukan tadi ke mulut rekannya itu.

dicopy dari "Lestari Mandiri"

Mengusir Keong Mas

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)Diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Sayangnya, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Mengapa Keong Mas Harus Dikendalikan? Keong mas memakan tanaman padi muda yang baru ditanam (system tapin) serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal. Serangan keong mas yang parah dapat mengakibatkan tanaman padi yang baru di tanam habis total pada populasi keong mas yang tinggi.

Saat-saat Penting untuk Mengendalikan Keong Mas
Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.

Bagaimana Mengendalikan Keong Mas?
• Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak serta dimakan.
• Pemungutan: Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat bambu untuk menarik keong dewasa agar meletakkan telurnya.
• Penggunaan umpan: Tempatkan dedaunan yang menarik perhatian keong agar membuat pemungutan keong lebih mudah (tanaman yang memungkinkan adalah: pisang dan pepaya).
• Pengelolaan air: Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/diam dan karenanya, perataan tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat membantu mengurangi kerusakan. Saluransaluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) juga dapat dibuat, setelah persiapan lahan tahap akhir. Buat saluran-saluran kecil dengan menarik kantung berisi benda berat dengan interval 10-15 m atau di sekitar sudut-sudut sawah. Saluran-saluran kecil ini memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik focus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual dengan lebih mudah. Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).
• Pengunaan tanaman beracun: Tempatkan tanaman beracun (misalnya daun Monochoriavaginalis, daun tembakau, dan daun Kalamansi pada bidang-bidang sawah atau di saluran-saluran kecil.
• Pencegahan masuk ke sawah: Tempatkan penyaring dari kawat atau anyaman bambu padasaluran keluar dan masuk irigasi utama untuk mencegah masuknya keong. Bagaimanapun, manfaat dari tindakan ini agak terbatas karena kebanyakan keong mengubur dirinya sendiri dan “hibernasi” di sawah ketika tanah mengering.
• Tanam pindah: Tanam bibit-bibit yang sehat dengan anakan yang sehat. Terkadang, tanam pindah dapat ditunda (misalnya bibit berumur 25- 30 versus 12-15 hari), atau tanam bibit ganda per rumpun.
• Pengendalian secara kimia seperti pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan deris mungkin dibutuhkan bila praktek-praktek lainnya gagal. Cek produk-produk yang tersedia secara lokal yang memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan. Pertimbangkan untuk menggunakan produk-produk untuk tempattempat rendah dan kanal-kanal kecil, bukan ke seluruh bidang sawah. Selalu pastikan penggunaan yang aman.

Di Kutip dari:
http://www.knowledgebank.irri.org

Sunday, February 21, 2010

PERMASALAHAN DALAM PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN HAMA TERPADU UNTUK PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN DI INDONESIA


Pendahuluan
Indonesia dinilai berhasil dalam menerapkan dan mensosialisasikan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) melalui Proyek Nasional PHT.  Negara ini juga termasuk pelopor dalam pelaksanaan PHT sebab telah lama mempunyai undang-undang yang menyebutkan secara eksplisit bahwa sistem PHT merupakan satu-satunya sistem untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, dan undang-undang ini telah 13 tahun umurnya.  Apakah dalam penerapan sistem PHT di tingkat petani, khususnya tentang pengelolaan penyakit tumbuhan terdapat permasalahan ? kalau memang adapermasalahan, bagaimana solusinya ? 
Ilmu Penyakit Tumbuhan
Seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan dapat terkena penyakit. Ilmu yang mempelajari penyakit pada tumbuhan disebut sebagai Ilmu Penyakit Tumbuhan atau Fitopatologi.
Pada dasarnya, tidak ada satupun tumbuhan di alam ini yang bebas dari gangguan penyakit.  Gejala penyakit pada tumbuhan dapat berupa bercak, hawar (seperti tersiram air panas), gosong, mengeriting, bengkak, bahkan beberapa penyakit dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan, misalnya busuk akar,  busuk pangkal batang, rebah kecambah, dan layu. 
Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah, karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak yang sulit ditentukan penyebabnya karena gejalanya banyak yang mirip satu sama lain. Apalagi penyebabnya kebanyakan adalah jasad renik yang sukar dilihat dengan mata telanjang.
Kerugian Akibat Penyakit Tumbuhan
Kehilangan hasil akibat serangan penyakit pada tanaman padi rata-rata mencapai 15,1 % dari potensi hasilnya, dengan kerugian di seluruh dunia mencapai 33 milyar USD selama 1988-1990. Kehilangan hasil akibat penyakit tumbuhan rata-rata mencapai 11.8% dan karena hama mencapai 12,2 % pada berbagai tanaman penting di seluruh dunia.
Kerugian di tingkat petani karena hama dan penyakit tumbuhan pada delapan tanaman hortikultura unggulan tahun 2005 diperkirakan lebih dari Rp. 734 milyar (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2005).  Perkiraan kerugian pada lima tanaman perkebunan (kelapa, karet, kopi, kakao dan cengkeh) selama triwulan 1 tahun 2005 akibat gangguan hama dan penyakit tumbuhan mencapai Rp. 195 milyar lebih (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2005a).  Luas serangan penyakit blast dan tungro pada tanaman padi di Indonesia tahun 2004 mencapai 12.370 Ha dengan puso mencapai 322 Ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2005).
Pengendalian Penyakit Tumbuhan
Secara umum, tindakan pengendalian dapat dikelompokkan menjadi enam cara, yaitu sistem perundang-undangan atau peraturan agar dapat dicegah terjadinya wabah, cara fisik dengan dibakar dan dijemur, cara mekanik, cara kultur teknis yaitu cara-cara bercocok tanam, cara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama dan patogen, dan cara kimia menggunakan pestisida. 
Walaupun demikian, ternyata cara kimia atau pestisidalah yang paling sering digunakan petani di lapangan.  Bahkan biasanya, diaplikasikan secara berjadwal.  Penggunaan pestisida hampir menjadi satu-satunya cara pengendalian karena pestisida bekerja sangat efektif, praktis serta cepat membunuh patogen dan hama.
Dampak Penggunaan Pestisida
Namun, ternyata penggunaan pestisida mengakibatkan dampak yang sebelumnya tidak diperhitungkan. Pestisida dapat menyebabkan terjadinya resistensi pada patogen tumbuhan dan hama, populasi hama dapat meningkat setelah disemprot pestisida berkali-kali, bahkan dapat terjadi ledakan hama yang dulunya dianggap tidak penting. Dan yang lebih penting lagi adalah dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia dan pelestarian lingkungan.
Aspek Legal PHT di Indonesia
Karena ternyata permasalahan hama dan penyakit pada tumbuhan tetap tinggi setelah kebijakan subsidi pestisida, dan kekhawatiran pencemaran lingkungan meningkat karena penggunaan pestisida, pemerintah Indonesia kemudian mengambil keputusan untuk menerapkan konsep PHT dengan dikeluarkannya Inpres no. 3 pada tahun 1986. Berikutnya, subsidi pestisida dicabut secara bertahap, sampai tahun 1989. Kemudian dikeluarkan Undang-undang no. 12 tahun 1992 tentang budidaya tanaman yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu.
PHT sebagai Solusi Mengurangi dampak Pestisida
PHT secara konsep adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengen­dalian hama dan penyakit tumbuhan yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi hama dan patogen tumbuhan dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pa­da aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Dalam PHT, penggunaan pestisida masih diperbolehkan, tetapi aplikasinya menjadi alternatif terakhir bila cara-cara pengendalian lainnya tidak mampu mengatasi wabah hama atau penyakit.  Pestisida yang dipilihpun harus yang efektif dan telah diizinkan.
Keberhasilan PHT di Indonesia
Program PHT nasional di Indonesia dinilai berhasil.  Lembaga internasional seperti FAO telah mengakui hal ini. Bahkan Indonesia kemudian dijadikan contoh pelaksanaan PHT bagi negara-negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Keberhasilan pelaksanaan PHT pada tanaman terlihat nyata pada dua hal yaitu menurunnya penggunaan pestisida dan meningkatnya rata-rata hasil panen.
Pemasyarakatan PHT melalui Sekolah Lapang bagi Petani
PHT kemudian disebarluaskan ke petani dengan pola Sekolah Lapang PHT (SLPHT). Sebagai catatan, ternyata Program Nasional PHT dari tahun 1989-1999 telah berhasil melatih lebih dari  satu juta petani padi melalui penerapan SLPHT.  Komoditi yang dicakup pada kegiatan PHT yaitu padi, kedelai, kubis, kentang, cabe, dan bawang merah. PHT di bidang perkebunan telah berhasil melatih  106.000 petani pada komoditas kopi, kakao, dll.
Empat Prinsip bagi Petani untuk menerapkan PHT
Ada empat prinsip penerapan PHT pada tingkat petani. Empat prinsip tersebut yaitu 1) budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, 3) pengamatan mingguan secara teratur, dan 4) petani sehagai ahli PHT.
Permasalahan Penerapan PHT di Tingkat Petani
1.        Kurang meratanya informasi mengenai ketahanan tanaman terhadap penyakit pada berbagai komoditas tanaman.  Apalagi masih banyak petani yang menggunakan benih tidak bersertifikat yang ketahanannya tidak diketahui.
2.        Penelitian tentang ras patogen juga kurang di Indonesia padahal ras selalu berkaitan dengan ketahanan tanaman.  Tanaman yang tahan terhadap ras tertentu dapat menjadi sangat rentan terhadap ras lainnya. 
3.        Aspek budidaya, mulai perencanaan tanam, persiapan tanam, pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan lain belum disengaja agar tingkat penyakit tertekan.  Selama ini,  aspek budidaya masih lebih ditujukan agar tanaman tumbuh subur, dan berproduksi tinggi, bukan menjadi lebih tahan.
4.        Musuh alami yang dimaksud dalam prinsip PHT kurang berkaitan dengan musuh alami patogen tumbuhan. Permasalahannya adalah bahwa patogen yang renik juga mempunyai musuh alami yang renik pula, sehingga tidak mudah dipahami petani.  Demikian juga, ternyata belum banyak penelitian yang mengungkap tentang bahaya pestisida terhadap kelestarian musuh alami patogen tumbuhan. 
5.        Masalah lainnya adalah bahwa pengamatan mingguan tidak mudah diterapkan untuk penyakit tertentu yang menyebabkan kerusakan secara cepat dan keberadaannya sangat tergantung cuaca, seperti hawar daun kentang dll.  Untuk kasus demikian justru yang diperlukan adalah pengamatan terhadap cuaca untuk meramalkan kapan datangnya penyakit. Ternyata,  teknologi peramalan penyakit tumbuhan masih sangat minim dikembangkan di Indonesia.  Nampaknya teknologi peramalan nasib justru lebih berkembang di negara kita.
6.        Untuk menjadikan petani sebagai ahli PHT dengan metode SLPHT ternyata terbentur pada kurangnya materi tentang aspek patogen, penyakit dan pengendaliannya terutama untuk komoditas tertentu.
Usulan Berdasar Permasalahan
      Untuk itu, saya mengusulkan beberapa hal untuk penyempurnaan penerapan PHT dari aspek penyakit tumbuhan sebagai berikut:
1.      Perlu diperbanyak dan digali informasi ketahanan berbagai macam komoditas pertanian, terutama terhadap penyakit tumbuhan agar dapat digunakan petani dalam melaksanakan PHT. Penelitian juga perlu digalakkan untuk mengembangkan varietas tahan penyakit.
2.      Perlu dikembangkan teknologi sederhana untuk deteksi dini dan peramalan penyakit, dan menggali lebih banyak teknologi setempat untuk pengendalian penyakit yang aman bagi lingkungan.  Selain itu, perlu digalakkan penelitian tentang dampak aplikasi pestisida tertentu terhadap keberadaan musuh alami patogen.
3.      Perlu lebih banyak ahli penyakit yang menekuni bidang PHT dan terjun ke lapang bersama petani untuk lebih tahu permasalahan yang dihadapi petani, sehingga dapat disusun buku sederhana teknologi PHT untuk pengendalian penyakit yang dapat dipahami oleh petani pada umumnya.
4.      Pada dasarnya PHT merupakan konsep menyeluruh dalam aspek kesehatan tanaman, pelestarian lingkungan, serta aspek ekonomi. Untuk mencetak sarjana yang memahami PHT, menurut pendapat saya, diperlukan pengetahuan yang cukup bukan hanya tentang masalah hama dan penyakit tumbuhan, tetapi juga tentang biologi tanaman, agronomi, ekologi, serta sosial ekonomi pertanian dalam porsi yang seimbang. Bukan dipecah-pecah menjadi keahlian yang terspesialisasi seperti sekarang ini, misalnya sarjana keahlian hama dan penyakit, tetapi kurang paham tentang agronomi, tanah dan sosial ekonomi pertanian.  Dengan kata lain, diperlukan pemahaman menyeluruh tentang tanaman dan lingkungan sehat seperti layaknya seorang dokter yang tidak hanya paham tentang penyakit dan orang sakit, tetapi terlebih lagi harus sangat paham tentang orang yang sehat dan normal. 
Penutup
Dengan demikian, masih banyak yang perlu dikerjakan, khususnya di bidang Pengelolaan Penyakit Tumbuhan apabila kita menginginkan Undang-undang no. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, khususnya tentang perlindungan tanaman yang dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh petani secara lebih luas.  Sistem PHT apabila dilaksanakan akan dapat membantu melestarikan lingkungan, meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi resiko dampak pestisida pertanian terhadap kesehatan.

Sumber : Abdul Latief Abadi (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Penyakit Tumbuhan pada Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya)

Friday, February 19, 2010

POLA USAHA TANI KONSERVASI

Kekeringan berkepanjangan saat ini sangat erat hubungannya dengan kesalahan penanganan pengelolaan lahan daerah aliran sungai (DAS) bagian hulu yang kurang mengikuti kaidah konservasi tanah dan air, sehingga pasokan dan cadangan air tanah menurun. Pengelolaan DAS bagian hulu sering kali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Misalnya kesalahan penggunaan lahan daerah hulu (seperti: Wonogiri, Boyolali, dan Purwodadi) akan berdampak pada masyarakat di daerah hilir. Terbukanya lahan yang berbukit di daerah hulu baik karena penebangan hutan ataupun penerapan cara pengelolaan tanah dalam usaha tani yang keliru menyebabkan terjadinya erosi tanah. Sedimentasi dari tanah yang tereosi akan menyebabkan daya tampung sungai berkurang, yang menyebabkan terjadinya banjir di daerah hilir. Disamping itu karena pasokan air hujan ke dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air dimusim kemarau berkurang akan menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air seperti banyak terjadi sekarang ini.

Indonesia sebagai daerah tropis, erosi tanah oleh air merupakan bentuk degradasi tanah yang sangat dominan. Praktik deforesterisasi merupakan penyebab utamanya baik di hutan produksi ataupun di hutan rakyat, yang menyebabkan terjadinya kerusakan hutan dan lahan. Di samping itu, praktek usaha tani yang keliru di daerah hulu yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi akan menyebabkan terjadinya kemerosotan sumberdaya lahan yang akan berakibat semakin luasnya lahan kritis kita. Hal ini terbukti pada tahun 1990-an luas lahan kritis di Indonesia 13,18 juta hektar, namun sekarang diperkirakan mencapai 23,24 juta hektar, sebagian besar berada di luar kawasan hutan (65%) yaitu di lahan milik rakyat dengan pemanfaatan yang sekedarnya atau bahkan cenderung diterlantarkan. Keadaan ini justru akan membawa dampak lahan semakin krtis dan kekeringan panjang terjadi dimusim kemarau. Hal ini menandakan bahwa petani masih banyak yang belum mengindahkan praktek usaha tani konservasi.

Usaha Tani Konservasi

Konservasi tanah dan air bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan serta menurunkan atau menghilangkan dampak negatip pengelolaan lahan seperti erosi, sedimentasi dan banjir. Upaya konservasi ini dapat dilakukan secara sipil teknik (mekanis) dan secara vegetatip. Pengendalian erosi secara mekanis merupakan pengendalian erosi–sedimentasi yang memerlukan beberapa sarana fisik antara lain pembuatan teras, rorak, saluran pembuangan air dan terjunan air. Sedang pengendalian erosi secara vegetatif, merupakan pengendalian erosi yang didasarkan pada peranan tanaman yang ditanam atau tumbuh dan berkembang bertujuan untuk mengurangi daya pengikisan dan penghanyutan tanah oleh aliran permukaan. Dalam praktek konsevasi tanah, kedua cara diterapkan secara terpadu, seperti pembuatan teras dengan penanaman ganda, dan sangat efektif dalam menekan laju erosi.

Terkait dengan peran tanaman, tanaman dapat berfungsi melindungi permukaan tanah terhadap pukulan air hujan, melindungi daya transportasi aliran permukaan, dan menambah infiltrasi tanah, sehingga pasokan air dan cadangan air dalam tanah meningkat. Disamping itu, dapat memasok bahan organik dan hara N, serta dapat menyediakan pakan untuk ternak. Cara ini dapat dilakukan dengan cara penanaman tanaman penutup tanah, penanaman sistem lorong, dan penghijauhan. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan menekan laju erosi, dapat menerapkan pola usaha tani konservasi melalui sistem penanaman ganda (Multiple cropping), dan sistem pertanian terpadu.

Sistem Penanaman Ganda (Multiple Cropping)

Sistem penanaman ganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Sistem ini dapat menunjang strategi pemerintah dalam rangka pelaksanaan program diversifikasi pertanian yang diarahkan untuk dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap memperhatikan kelestariannya.

Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani kita dengan lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Selain itu keuntungan lain dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau kehilangan tanah-olah, (b) memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, (d) mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat pula, (e) mampu menghemat tenaga kerja, (f) menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus menerus, (g) pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali, (h) mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman, dan (i) memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.

Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan. Sistem tumpang sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun dengan beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen dapat ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien.

Agar diperoleh hasil yang maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh kompetitif yang sekecil-kecilnya. Sehingga jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling melengkapi. Dalam pelaksanaannya, bisa dalam bentuk barisan yang diselang seling atau tidak membentuk barisan. Misalnya tumpang sari kacang tanah dengan ketela pohon, kedelai diantara tanaman jagung, atau jagung dengan padi gogo, serta dapat memasukan sayuran seperti kacang panjang di dalamnya.

Sistem penanaman ganda yang lain yaitu sistem tumpang gilir, yang merupakan cara bercocok tanaman dengan menggunakan 2 atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dengan pengaturan waktu. Penanaman kedua dilakukan setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga nantinya tanaman bisa hidup bersamaan dalam waktu relatif lama dan penutupan tanah dapat terjamin selama musim hujan.

Agroforestry

Program penghijauan atau penghutanan perlu terus dilakukan baik di lahan petani maupun di kawasan hutan. Sistem penanaman dalam pelaksanaan penghutanan kebali baik di dalam dan diluar kawasan dapat dilakukan dengan dua pola yaitu murni tanaman kayu (bisa satu jenis tanaman kayu atau campuran) maupun agroforestry. Sebenarnya agroforestry juga merupakan pola tumpang sari, yang memadukan tanaman tahunan dengan tanaman pertanian. Pola ini mampu menutup tanah dengan sempurna sehingga berpengaruh efektif terhadap pengendalian erosi dan peningkatan pasokan air tanah.

Menyadari keberadaan masyarakat sekitar hutan sangat menentukan baik dan buruknya hutan. Perhutani dalam rangka pelaksanaan program pembangunan hutan, menerapkan pola agroforestry dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk ikut berpartisipasi. Pada saat tanaman tahunan masih kecil petani sekitar hutan dapat mengusahakan lahan untuk budidaya tanaman semusim. Sehingga program pembangunan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang dulu dikenal sebagai perhutanan sosial, akan berdampak positip ganda, disamping dapat membantu masyarakat secara ekonomis (dari hasil tanaman semusim dan rumput untuk pakan ternak) juga kelestarian tanaman hutan akan terjamin, karena tumbuh kesadaran petani untuk memeliharanya. Secara teknis konservasi, adanya variasi antara tanaman pertanian semusim dan /atau dengan rumput di antara tegakan tanaman tahunan, akan meningkatkan penutupan lahan secara sempurna. Komposisi penutupan ini secara efektif akan menekan laju erosi dan sedimen dan mengurangi evaporasi sehingga cadangan air tanah akan tersedia lebih banyak.

Pertanian Terpadu

Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman terbukti sangat efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan masyarakat. Siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi akan terbentuk dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi.

Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini, sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. Sistem tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah perkebunan. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.

Praktek penerapan pola usaha tani konservasi ini hendaknya dilakukan secara terpadu, seperti sistem multiple croping (pertanaman ganda / tumpang sari), agroforestry, perternakan, dan dipadukan dengan pembuatan teras. Misalnya dalam praktek PHBM, tanaman pangan ditanam pada bidang teras meliputi kedelai, kacang tanah, jagung dan kacang panjang yang di tanamn diantara tanaman tahunan (misal: jati, mauni atau pinus sebagai tanaman pokok). Pada tepi teras ditanami dengan tanaman penguat teras yang terdiri dari tanaman rumput, lamtoro dan dapat ditanami tanaman hortikultura seperti srikaya ataupun nanas dan pisang. Tanaman rumput pada tepi teras disamping berfungsi sebagai penguat teras juga sebagai sumber pakan ternak (sapi atau kambing).



Sumber : Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS.

Thursday, February 18, 2010

Software KuTahu

KuTahu, merupakan aplikasi untuk pembelajaran mandiri dan kolaborasi. Dengan kata lain KuTahu merupakan aplikasi yang dapat dipakai untuk sistem pembelajaran jarak jauh secara elektronik (eLearning).
Pemakai aplikasiKuTahu dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Penulis dan Pengguna. Penulis bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti administrasi sistem termasuk pembuatan materi ajar. SedangkanPengguna hanya bisa melakukan pembelajaran terhadap isi materi ajar saja.

 Spesifikasi Software
 Jenis   Aplikasi Perkantoran
 Sifat  Free / GNU Lisensi 
 Bahasa  PHP / JScript
 OS Server  Unix/Linux/Windows
 Web Server  PWS/IIS/Apache
 Database Server  MYSQL
 Browser  IE5 dan Ns4.5 Keatas

Software dan dokumentasi Aplikasi KuTahu dapat di " download" , pada tabel dibawah ini:
 
 Nama File
Tipe
 Software KuTahu zip
 Nama Dokumen
Tipe
 Manual Author / Administrator pdf
 Manual Pengguna pdf
   
 
 

Tantangan meringkas tulisan ilmiah on-line cukup dengan 140 karakter.

Sepotong cuplikan judul tulisan yang dimuat dalam situs blog resmi journal peer-to-peer Faculty 1000 tengah bulan Jan yl sungguh menggelitik; “How do you summarise Science Online 2010 in 140 characters” ?
Lebih dari pada sekedar cuplikan tersebut dijadikan ajang kompetisi berhadiah sejumlah uang, maka hal yang lebih menarik agaknya betapa posting on-line ternyata semakin kini semakin merasuk kedalam tatanan aktivitas ilmiah yang hakekatnya pada umumnya bersifat seurieus. Khalayak pengguna layanan blog on-line yang kini marak mestilah mahfum bahwa tantangan menulis seperti diatas berkenaan dengan aktivitas Twitter.

Seperti halnya aktivitas blog ---istilah yang disingkat dari sepasang padanan kata web log--- sebagai suatu aktivitas menuliskan rangkaian tulisan singkat layaknya diary on-line untuk kepentingan berbagi informasi beragam aktivitas ataupun pengalaman seseorang blogger dengan sesama pengguna lainnya, maka layanan Twitter yang dikategorikan lebih spesifik sebagai micro-blogging bahkan mempersyaratkan batasan hanya 140 karakter untuk setiap kali mengetengahkan tulisan jurnal on-line. Munculnya layanan on-line Twitter berkaitan dengan tuntutan kebutuhan aktivitas bekerja mobile masa kini serta kepentingan akan informasi up-to-dates yang benar-benar berlangsung real-time : berubah setiap detik !
Dan andaikata di tanah air kebanyakan khalayak pengguna Internet yang paling mahir dan amat aktif sekali pun dalam aktivitas blog bakal kerepotan mengaktualisasikan dengan untaian tulisan kata yang pas dalam posting gaya bahasa gaul anak muda ---gaya bahasa alay--- maka tentu saja dapat terbayangkan kesulitan tingkat tinggi bagi kebanyakan ilmuwan untuk dapat membiasakan membuat rangkaian tulisan ilmiah yang serba ringkas untuk posting micro-blogs yang boleh jadi memuat banyak singkatan tulisan dan kata yang bersumber dari bahasa yang amat spesifik dalam suatu disiplin keilmuan.
Oleh karenanya patut diduga bahwa sekiranya pun ada kompetisi lomba menulis posting entah model micro-blogging Twitter pada situs F1000.net ataupun kompetisi “Research Blogging Awards 2010” yang ada di situs: www.researchblogging.org ; maka pada realitanya memang kompetisi akan berjalan yakni khususnya bagi kalangan pengguna Twitter ataupun Blogger para ilmuwan dari bidang keahlian ilmu tertentu saja. Situs F1000 versi Twitter akan sama halnya dengan situs jejaring sosial Friend-Feed yang jelas-jelas menjadi tempat berhimpun dan berbagi kalangan ilmuwan berkeahlian Ilmu Biologi.

Survey Nature-com pada bulan Maret 2009 yl memuat paparan yang cukup mengagetkan mengingatkan bagaimana dunia jurnalisme Sains di negeri AS khususnya yang tengah mengalami kemerosotan amat drastis sebagai dampak dari maraknya muncul media informasi ilmiah dan digitalisasi publikasi/buku ilmiah melalui Internet on-line. Dan salah satu media menonjol yang muncul sebagai yang terdepan sebagai saluran berbagi aspirasi bermuatan tulisan jurnal ilmiah adalah aktivitas blog : “Rise of the Blogs”.
Sebuah trend yang berlangsung yang dengan serta merta sesungguhnya menyangkut dengan sejumlah persoalan tata kelola publikasi ilmiah yakni, batasan yang seolah menjadi kabur perihal kepatutan dan kelayakan apabila andaikan sesosok ilmuwan selaku individu peserta ajang konferensi temu ilmiah, dengan menenteng seperangkat perlengkapan IT hi-tech ---smartphones, kamera digital, netbook/laptop--- tahu-tahu dengan melalui layanan hotspots lalu menyiarkan langsung muatan rinci sesi per sesi presentasi yang tengah berlangsung ---rekaman berupa gambar grafik ataupun video multi-media--- tanpa sepengetahuan dan seizin pemrasaran presentasi dan organisasi penyelenggara ajang temu ilmiah. Suatu hal yang menurut kajian survey Nature-dot-com telah sering terjadi dan boleh jadi selain bersinggungan dengan kepemilikan copy right atau bahkan berkaitan dengan kelayakan publikasi yang bisa dipertanyakan terlebih apabila muatan presentasi ilmiah tersebut belum melewati tahapan kajian “peer-to-peerreview dari kalangan ilmuwan yang benar-benar memiliki otoritas serta kompetensi berbobot.
Betapa pun demikian ajakan bagi kalangan ilmuwan untuk semakin terbiasa untuk menuliskan jurnal ilmiah yang serba ringkas model posting Twitter adalah sebuah ajakan bermuatan tantangan positip yang pantas disambut segenap kalangan ilmuwan Sains maupun perekayasa Iptek guna selalu tanggap atas perkembangan tatanan dunia komputasi Abad Digital yang berlangsung dengan amat serba cepat.


Sumber: Up-dates ragam info situs sains. / Rizal Aachtung

Daya elektrik rahasia dibalik daya gerak keaktifan sperma.

Dengan mengukur muatan arus listrik yang melewati membran sel sperma, para peneliti di UCSF : Universitas California, San Francisco, AS berhasil mengidentifikasi suatu bagian batang ekor pada sel sperma yang menghamburkan proton ketika bermula terjadinya pergerakan sperma di saluran fallopian tube untuk memasuki indung telur dalam rahim selepas terjadinya proses copulation. Yang diamati dalam eksperimen yakni kanal voltage-sensor-only (Hv1) dengan penerapan teknik Yuriy Kirichok yang telah dikembangkan sejak tahun 2006. Protein bermuatan Hv1 ini terdapat pada ekor sperma : sperm flagellum yang menjadi aktif bergerak sebagai daya pendorong gerakan ekor sperma saat seakan saling berlomba menuju indung telur. Dengan demikian eksperimen ini untuk pertama kalinya menerapkan metode patch-clamp pada sperma manusia. Teknik yang dilakukan dengan mengkontakkan seberkas elektrode kaca berukuran miniaturistik pada sel sperma untuk mengukur arus fluks ion yang melintasi membran plasma sel. Langkah ini memungkinkan para peneliti untuk mengamati terjadinya proton yang berhamburan keluar dari sel melalui kanal penghantar proton secara real time.
Tidak banyak kalangan ahli berbicara tentang muatan listrik ketika membahas perihal riset sel sperma, demikian pendapat Dejian Ren seorang Psikolog di Universitas Pennsylvania sebagai pihak luar yang tidak terlibat dalam studi penelitian di atas. Dan eksperimen ini adalah pertama kalinya sekelompok Peneliti benar-benar berhasil membuktikan fenomena proses elektrik dalam pengamatan pada pergerakkan sperma manusia dalam skala sel, hingga hal ini pantas dipandang menjadikan kemajuan besar dalam tatanan riset sel sperma dalam skala berdimensi seluler.
Terlepas dari keberhasilan dalam pengamatan atas proses yang terjadi, pada sesungguhnya para ilmuwan belum tahu persis apakah yang mendorong kanal untuk menjadi aktif terbuka. Dugaan kesatu memperkirakan bahwa perubahan kadar pH ketika bergerak dari lingkungan organ pria tempatnya semula berasal kedalam organ reproduktif wanita adalah penyebab muncul aktifnya pergerakkan ion dalam kanal tersebut. Prakiraan alternatif lainnya adalah pendapat bahwa kanal Hv1 sangat dipengaruhi kandungan zat seng ( zinc ) yang secara alamiah terkandung pada sel sperma ---keadaan yang membuat kanal seolah tidak aktif--- dan ketika kandungan zinc ini berkurang berhubung terserap dengan mudah pada organ dalam vagina serta lendir selaput fallopian mucus, maka terpicu aktif kanal penghantar elektrik diatas. Dan kanal penghantar pun diamati menjadi aktif terbuka apabila terdapat komposisi zat endocannabinoid yang secara alamiah terdapat baik pada organ dalam reproduksi kaum pria mau pun wanita.

Selama beberapa dekade banyak ilmuwan yang telah mencoba berupaya untuk melakukan percobaan model seperti ini; sementara sejumlah peneliti lain telah menerapkan metode yang sama pada beberapa jenis sel lain, sedangkan dalam upaya untuk menerapkan pada sperma manusia ---yang relatif berukuran kecil dibandingkan dengan sel sperma tikus--- sejauh ini mendapatkan hasilnya adalah kegagalan semata.
Kirichok sendiri berkomentar bahwa hasil riset ini bernilai penting pada masa depan dan pada tahapan selanjutnya untuk dapat menggugah penerapan dalam pembuatan zat kontrasepsi bagi pria maupun terapi untuk meningkatkan kesuburan pada kaum lelaki.


Sumber: Up-dates situs TheScientist-dot-com / Rizal AK.

Wednesday, April 15, 2009

Bagaimana menjaga API SEMANGAT HIDUP tetap berkobar-kobar?

1. Punya tujuan hidup yg jelas

Ada orang yg lumpuh di umur 18 tahun. Dia hanya bisa tiduran tidak bisa berbuat apa2. Dia tidak bisa melihat kebaikan di hidupnya, sehingga makin lama semangat hidupnya pun pudar. Akhirnya, dia stress dan mencoba bunuh diri. Mungkin orang ini kaya raya, mungkin dia pintar, tapi krn tujuan hidupnya tidak ada, dia kehilangan semangat hidup.

Set Goal anda, 1 tahun kedepan, 2 tahun ke depan, bahkan dalam sisa hidup anda.
Bangun pagi, anda akan bersemangat, krn anda tahu hari ini adalah hari dimana anda mengerjakan SMALL STEPS untuk mencapai GOAL anda

Keinginan anda adalah tenaga anda. Bila anda benar-benar menginginkan sesuatu, anda akan benar-benar bertenaga.
Maka inginkanlah, dan bertenagalah
(MT)



2. Selalu belajar hal-hal baru

Istri saya sangat menyukai tanaman. Seringkali dia pergi ke toko tanaman, dan berbincang2 ringan dengan penjaga toko. Saat pulang, dengan penuh semangat, dia bercerita kepada saya. Dia baru belajar, bagaimana dia selama ini salah dalam memberi pupuk, dan kini dia sudah tahu. Dia langsung mempraktekkannya hari itu juga. Dia bersemangat.

Kita akan selalu bersemangat, saat belajar hal2 yang baru. Jangan malas mencoa hal2 baru, jika selama ini belum pernah berkebun, coba berkebun. Anda akan bersemangat.

Rutinitas membunuh semangat.
Jadi, pastikan, tiap harinya anda belajar hal-hal baru.



3. Harus mengalami kemajuan

Salah satu pendiri restoran ayam siap saji pernah membagikan pengalamannya. Ternyata di awal perjuangannya, dia menawarkan resepnya ke investor & setelah + 1000 penolakan, akhirnya dia berhasil. Saat ditanya kenapa tidak menyerah padahal sering ditolak?

Jawabnya, “Saat ditolak, itu artinya saya makin dekat pada diterima, jadi saya semakin semangat !”

Semangat muncul jika kita mengalami kemajuan.



4. Bergaul dengan lingkungan yang ber-semangat hidup

Di kantor, sales yang gagal, sering berkumpul dengan sesama sales yg juga gagal. Hasilnya, mereka makin stress, mereka mulai menyalahkan pasar, menyalahkan perusahaan, produk yg kurang bagus kualitasnya, harga kemahalan, bos yg galak dll. Tidak lama dari situ, mereka pun resign.

(MTGW)

Tuesday, April 14, 2009

TEKNIK PEMBUATAN BOKASI

Pada tahun 1980-an, Prof Dr. Teruo Higa memperkenalkan konsep EM atau Efektive Mikroorganisms untuk praktek pertanian alami. Teknologi EM ini telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokashi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokashi tersebut adalah sebagai berikut:

- memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman

- memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah

- meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman

- menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik

- meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk

Berdasarkan kenyataan di lapangan, persediaan bahan organik pada lahan pertanian sedikit demi sedikit semakin berkurang. Jika hal tersebut tidak ditambah dan segera diperbaiki oleh petani maka penurunan produksi akan terjadi pada tanaman-tanaman pertanian, seperti padi, palawija dan sayuran.

Berbicara mengenai masalah penurunan produksi, tentunya bukan saja menjadi masalah petani atau masyarakat, tetapi juga merupakan masalah bagi pemerintah daerah dalam rangka mempertahankan ketahanan pangan dan ekonomi rakyat. Hal ini seyogyanya harus menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam mengatasinya secara bijak.

Untuk dapat mengatasi hal tersebut, pada tahun anggaran 2003 ini Pemda Kabupaten Pandeglang secara khusus mengalokasikan dananya melalui Proyek Peningkatan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. Pada kegiatan Proyek ini terdapat pertemuan teknis yang berisikan materi pengaruh penggunaan pupuk bokashi terhadap produksi padi palawija dan sayuran, dan materi tehnik pembuatan bokashi. Kegiatan ini tentunya bertujuan untuk menambah wawasan dan keterampilan petani dalam masalah penggunaan pupuk bokasi secara praktis di lapangan.

Manfaat Bokashi

Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Tehnologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian.

Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokashi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokashi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokashi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman.

Bahan dan Cara Pembuatan Bokashi

a. Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang

- Bahan-bahan untuk ukuran 500 kg bokashi :

1.

Pupuk kandang

=

300 kg

2.

Dedak

=

50 kg

3.

Sekam padi

=

150 kg

4.

Gula yang telah dicairkan

=

200 ml

5.

EM-4

=

500 ml

6.

Air secukupnya

- Cara Pembuatannya :

1. Larutkan EM-4 dan gula ke dalam air

2. Pupuk kandang, sekam padi, dan dedak dicampur secara merata

3. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %

4. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan susah pecah (megar)

5. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm

6. Kemudian ditutup dengan karung goni selama 4-7 hari

7. Petahankan gundukan adonan maksimal 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik

8. Kemudian tutp kembali dengan karung goni

9. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan

10. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali

11. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik

b. Pembuatan Bokashi Jerami Padi

- Bahan-bahan untuk ukuran 1000 kg bokashi :

1.

Jerami padi yang telah dihaluskan

=

500 kg

2.

Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang

=

300 kg

3.

Dedak halus

=

100 kg

4.

Sekam/Arang Sekam/Arang Kelapa

=

100 kg

5.

Molase/Gula pasir/merah

=

1 liter/250 gr

6.

EM-4

=

1 liter

7.

Air secukupnya

- Cara Pembuatannya:

Membuat larutan gula dan EM-4

1. Sediakan air dalam ember sebanyak 1 liter

2. Masukan gula putih/merah sebanyak 250 gr kemudian aduk sampai rata

3. Masukan EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian aduk hingga rata.

Membuat pupuk bokashi

1. Bahan-bahan tadi dicampur (jerami, pupuk kandang, arang sekam dan dedak) dan aduk sampai merata

2. Siramkan EM-4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %

3. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal

4. Adonan digundukan diatas ubin yang kering dengan ketinggian minimal 15-20 cm

5. Kemudian ditutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari

6. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C turunkan suhunya dengan cara membolak balik

7. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan

8. Setelah 4-7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

c. Pembuatan Bokashi Cair

- Bahan-bahan untuk ukuran 200 liter bokashi cair :

1.

Pupuk kotoran hewan/pupuk kandang

=

30 kg

2.

Molase/Gula pasir/merah

=

1 liter/250 gr

3.

EM-4

=

1 liter

4.

Air secukupnya

- Cara Pembuatannya:

1. Isi drum ukuran 200 liter dengan air setengahnya

2. Pada tempat yang terpisah buat larutan molase sebanyak 1 liter, dengan cara mencampurkan gula putih/merah sebanyak 250 gram dengan air sebanyak 1 liter

3. Masukan molase tadi sebanyak 1 liter bersama EM-4 sebanyak 1 liter ke dalam drum, kemudian aduk perlahan-lahan hingga rata

4. Masukan pupuk kandang sebanyak 30 kgdan aduk perlahan-lahan hingga ersatu dengan larutan tadi

5. Tambahkan air sebanyak 100 liter hingga drum menjadi penuh, kemudian aduksampai rata dan tutup rapat-rapat

6. Lakukan pengadukan secara perlahansetiap pagi selama 4 hari. Cara pengadukan setiap hari cukup lima putaran saja. Setelah diaduk biarkan air larutan bergerak sampai tenang lalu drum ditutup kembali

7. Setelah 4 hari bokashi cair EM-4 siap untuk digunakan.

Catatan:

* Bila tidak ada molase, setiap macam gula dapat digunakan sebagai penggantinya. Beberapa bahan pengganti tersebut adalah nira tebu gula, sari (juice) buah-buahan,dan air buangan industri alkohol

* Jumah kandungan air adalah merupakan petunjuk. Jumlah air yang perluditambahkan tergantung pada kandungan air bahan yang digunakan. Jumlah air yang paling sesuai adalah jumlah air yang diperlukan membuat bahan-bahan basah tetapi tidak sampai berlebihan dan terbuang.

Penggunaan Pupuk Bokashi untuk Padi, Palawija dan Sayuran

Bahan bokashi sangat banyak terdapat di sekitar lahan pertanian, seperti misalny jerami, pupuk kandang, rumput, pupuk hijau, sekam padi, sebuk gergaji, dan lain-lain.

Semua bahan organik yang akan difermentasi oleh mikroorganisme frmentasi dalam kondisi semi anaerobik pada suhu 40-500 C. Hasil fermentasi bahan organik berupa senyawa organik mudah diserap oleh perakaran tanaman.

a. Cara penggunaan secara umum :

- 3-4 genggam bokasi (150-200 gram) untuk setiap mtr persegi tanah disebar marata diatas permukaan tanah. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.

- Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak. Penggunaan penutup tanah (mulsa) dari jerami atau rumput-rumputan kering sangat dianjurkan pada tanah tegalan. Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan tanah.

- Biarkan bokashi selama seminggu, setelah itu baru bibit ditanam.

- Untuk tanaman buah-buahan, bokasi diebar merata dipermukaan tanah/perakaran tanaman dan siramkan 3-4 cc EM-4 perliter air setiap minggu sekali.

b. Cara penggunaan secara khusus :

- Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk melanjutkan fermentasi penutup tanah (mulsa) dan bahan organik lainnya di lahan pertanian juga banyak digunakan pada tanah swahkarena ketersediaan bahan yang cukup.

- Bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang baik dipakai untuk pembibitan/ menanam bibit yang masih kecil.

- Bokashi expres baik digunakan sebagai penutup tanah (mulsa) pada tanaman sayur dan buah-buahan.