Home AD

Wednesday, March 21, 2012

KLASIFIKASI IKLIM


                Klasifikasi iklim merupakan usaha manusia untuk membeda-bedakan antara keadaan iklim suatu tempat dengan tempat lainnya di permukaan bumi. Dibagi-bagilah iklim di suatu wilayah, baik wilayah yang sempit (negara) maupun secara global (dunia). Perbedaan dari macam atau kelas iklimnya didsasarkan kepada satu atu beberapa unsur iklim, malah kadang-kadang ditambah dengan karakteristik lainnya seperti vegetasi alami yang muncul di daerah tertentu.
                Dengan menggunakan klasifikasi iklim ini orang dapat mengetahui jenis-jenis tanaman yang cocok di suatu tempat, perencanaan perkebunan, peternakan, pola tanam dan segala aspek kegiatan lainnya.
                Pembagian iklim ini dituangkan dalam simbol-simbol pada iklim, sehingga dengan mudah orang membedakan dan menggunakannya.
                Ada klasifikasi iklim yang meliputi skala dunia yaitu klasifikasi iklim menurut KOPPEN dan klasifikasi iklim menurut THORNTHWAITE.

A.      Klasifikasi Iklim Dunia
1.         KOPPEN
          Koppen membagi iklim dunia ini menjadi 5 zone utama, yaitu :
A.   Iklim Hujan Tropis (Tropical Rainy Climate)
B.    Iklim Kering (Dry Climate)
C.    Iklim Hujan Daerah Sedang (Temperate Rainy Climate)
D.   Iklim DIngin (Cold Snow-Forest Climate)
E.    Iklim Kutub (Polar Climate)
Selanjutnya, setiap zone iklim utama dibagi-bagi berdasrkan suhu dan curah hujan, variasi musimannya dan pengaruhnya terhadap vegetasi alami. Terbentuklah 11 tipe iklim, seperti tertera pada tabel di bawah ini.
Sebelas daerah iklim utama menurt KOPPEN
Keterangan  :  f (feucht) = basah, cukup hujan sepanjang musim
                          w (winter) = musim kering pada “winter”
                          s (summer) = musim kering pada “summer”.
Ada pembagian yang lebih rinci lagi pada klasifikasi iklim Koppen, yaitu pada zone utama C dan D ada tambahan huruf yaitu :
                a = “summer” yang panas
                b = “summer” yang hangat
                c = “summer” pendek yang dingin
                d = “winter” yang sangat dingin (untuk zone D)
Di pegunungan tinggi di daerah lintang pertengahan ditemui zone iklim E (iklim kutub). Simbolnya ETH yaitu iklim tunda karena ketinggian temperaturnya.
                Di daerah beriklim kering (BB dan BS) ditambahkan juga simbol tambahan seperti :
                h = hot (panas)
                k = cool (dingin)
                n = frequent fog (Sering terjadi kabut)
Jadi BWn berarti daerah padang pasir dengan sering terjadi kabut.
2.       THORNTHWAITE
Dasar klasifikasi iklim menurut Thornthwaite adalah presipitasi, suhu dan pernguapan (evaporasi).  Kebutuhan air bagi tanaman bukan hanya tergantung pada jumlah hujan saja tapi berapa air yang hilang karena menguap. Ia menggunakan istila Presipitation Effectiveness (Daya guna presipitasi) nispah P/E menyatakan daya guna presipitasi itu dan disebut juga P-E rasio.
Berdasarkan nila P-E indeks maka Thornthwaite membagi iklim atas 5 daerah kelembaban (humacity province) yakni :

B.      KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
1.       Klasifikasi Iklim MOHR (1933)
Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama.
Bulan Basah (BB)  :  Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).
Bulan Kering (BK)  :  Bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm (jumlah curah hujan lebih kecil dari jumlah penguapan).
Tahap-tahap penentuan kelas iklim menurut Mohr :
1.       Ambil data curah hujan bulanan dari jangka waktu lama (30 tahun).
2.       Jumlahkan curah hujan pada bulan yang sama selama jangka pengamatan.
3.       Cari curah hujan rata-rata bulanan.
4.       Dari harga rata-rata curah hujan bulan itu pilih BK dan BB nya.
5.       Dari kombinasi BK dan BB itu dapat ditentukan kelas iklimnya.
Klasifikasi Iklim Bohr (1933)
Jadi contoh perhitungan di atas BK=3, BB=6 berarti termasuk kelas iklim III, berarti “daerah dengan masa kering yang sedang”.

2.       Klasifikasi ilim Schmidt-Ferguson (1951)
Klasifikasi iklim di Indonesia menurut Schmidt-Ferguson (1951) didasrkan kepada perbandingan Bulan Kering (BK) dan Bulan Basah (BB).
                Kriteria BK an BB yang digunakan dalam klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson sama dengan kriteria BK dan BB oleh Mohr (1933), namun perbedaan utama yakni dalam cara perhitungan BK dan BB akhir selama jangka waktu data curah hujan itu dihitung.
Bulan Kering  :  Bulan dengan curah hujan lebih kecil dari 60 mm.
Bulan Basah  :  Bulan dengan curah hujan lebih besar dari 100 mm.
Bulan Lembab  :  Bulan dengan curah hujan antara 60-100 mm.
                Bulan Lembab (BL) tidak dimasukkan dalam urmus penentuan tipe curah hujan (rainfall type) yang dinyatakan dalam nilai Q (quotient Q).
Dari besarnya nilai Q inilah selanjutnya ditentukan tipe curah hujan suatu tempat atau daerah.
Tahap-tahap cara penentuan tipe curah hujan suatu tempat menurut Schmidt-Fergusom, yaitu :
1.       Gunakan data curah hujan dalam jangka waktu 30 tahun.
2.       Dari data curah hujan tiap tahun pilih masing –masing BK dan BB nya.
3.       Jumlahkan masing-masing BK dan BB seluruh tahun dan hitung harga rata-ratanya.
4.       Harga rata-rata BK dan harga rata-rata BB dimasukkan dalam rumus O, yakni :
5.       Lihat tabel atau setigita Schmidt-Ferguson yang berisi kisaran nilai O untuk menentukan tiper curah hujannya.
Tabel Schmidt-Ferguson :
Dari tabel 5-F atau segitiga S-F, maka daerah contoh tersebut di atas termasuk tiper curah hujan D (sedang).
                Tipe curah hujan Schmdit-Ferguson terdiri dari 8 tiper (8 rainfall types). Tiap-tiap tipe mempunyai perbedaan 1,5 BK.  Misalnya : tipe curah hujan A O -1,5 BK (O 0,14), Tipe B mempunyai 1,5-33 BK, tipe C mempunyai 3-4,5 BK dan seterusnya.
                Meskipun dengan klasifikasi ini dapat ditentukan sifat suatu daerah mulai dari kering, lembab dan basah, namun belum cukup memberikan informasi lengkap mengenai potensi pertaniannya, karena kriteria BB hanya disasarkan kepada penguapan (evaporasi).

3.       Klasifikasi iklim menurut Oldeman (1975)
Klasifikasi iklim menurut Oldeman (1975) disebut juga dengan klasifikasi agroklimat. Peta cuaca pertanian ditampilkan sebagai “peta agroklimat” atau Atroclimatic map.  Klasifikasi iklim ini terutama ditujukan kepada komoditi pertanian tanaman makanan utama seprti padi, jagung, kedelai dan tanaman palawija lainnya.
                Karena penggunaan air bagi tanaman-tanaman utama merupakan hal yang penting di lahan tadah hujan, maka dnegna data curah hujan dlam jangka lama, peta agroklimat ddidasarkan pada periode kering. Curah hujan melebihi 200 mm sebulan dianggap cukup untuk padi sawah, sedangkan curah hujan paling sedikit 100 mm per bula diperlukan untuk bertanam di lahan kering.
                Dasar klasifikasi agroklimat ini ialah kriteria Bulan Basah dan Bulan Kering.
Bulan Basah (BB)  :  Bulan dengan curah hujan sama atau lebih besar dari 200 mm.
Bulan Kering (BK)  :  Bulan dengan curah hujan lebih kecil dari 100 mm.
Kriteria penentuan ??? ini didasarkan pada besarnya evapotranspirasi, ???air melalui tanah dan tajuk tanman.  Evapotranspirasi dianggap sebagai banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman.
                Dalam klasifikasi agroklimat ini maka pembagian zone agroklimat didsasrkan pada seberan BB berturutan dan kombinasi BB dan BK.
1.        Berdasarkan BB
Suatu BB didefinisikan sebagai bulan dengan cukup air utnuk pertanaman padi sawah, yakni paling sedikit 200 mm curah hujannya.  Meskipun umur tanaman padai ditentukan oleh varietasnya, periode dengan 5 BB berturutan dianggap optimal untuk satu pertanaman padi sawah.  Apabila terdapat periode lebih dari 9 BB berturutan petani dapat bertanam padi 2 kali.  Namun bila BB kurang dari 3 bulan berturutan, tanaman padi mengandung resiko gagal kecual ada pengairan.
2.       Berdasarkan BB dan BK :
Pembagian Zone agroklimat selanjutnya didasrkan pula pada jumlah BK berturutan.  Bulan Kering mempunyai curah hujan kurang dari 100 mm.  Bila terdapat kurang dari 2 BK dalam setahun, petani dengan mudah dapat mangatasi kelangkaan air hujan, sebab pada umumnya masih terdapat cukup air dalam tanah untuk kebutuhan air tanaman.  Bila terdapat 2-4 BK rencana pola tanam harus hati-hati apabila ingin bertanam sepanjang tahun.  Suatu periode 5-6 BK berturutan dianggap terlalu lama bila tidak ada irigasi bagi tanaman.  Apabila bila periode kering melebihi 6 bulan, maka kemungkinan gagalnya tanaman makin besar.

KLIMOGRAM


                Klimogram adalah suatu grafik atau gambar tentang iklim suatu tempat. Cara ini adalah suatu cara yang sederhana dan mudah untuk melihat dan membaca iklim suatu tempat. Dengan begitu dapatlah dibandingkan perbedaan dan kesamaan antara iklim suatu tempat dengan iklim tempt lainnya.
                Cara penggambarannya yaitu dengan menuangkan (plotting) satu atau dua unsur iklim pada suatu sistem salib sumbu.
·         Satu  unsur iklim
Unsur iklim tunggal dapat berupa curah hujan, suhu, RH, dll. Dapat digambarkan dalam bentuk grafik bisa atau histogram.

·         Dua unsur iklim
Unsur iklim yang paling banyak untuk menggambarkan klimogram suatu tempat adalah suhu dan presipitasi. Unsur-unsur iklim ini merupakan unsur yang sangat besar peranannya bagi tumbuhan.
Caranya :
1.       Ambil harga normal dari suhu dan presipitasi (rata-rata 30 tahun).
2.       Masing-masing suhu dan presipitasi digambarkan pada sistem salib sumbu pada bulan yang sama.
3.       Titik-titik pertemuan itu menghubungkan dari bulan Januari sampai Desember secara berurutan.
Dari klimogram di atas terlihat bahwa fluktuasi suhu dalam setahun kecil, tetapi variasi hujannya besar. Perbedaan antara bulan terkering dan bulan terbasah sangat besar. Bentuk klimogramnya kira-kira lonjong dan horisontal (sumbu X sebagai presipitasi dan sumbu Y sebagai suhu). Bentuk seperti ini umumnya terdapat di daerah tropis. Di daerah beriklim sedang (temperate) bentuk klimogram umumnya lonjong dan vertikal.
                Dalam bidang pertanian, kehutanan dan peternakan penggunaan klimogram ini umumnya ditujukan untuk memindahkan tanaman ataupun hewan ternak. Dengan menggambarkan klimogram kedua tempat, dapat diketahui kesamaan dan kelainan iklimnya, yaitu setelah kedua klimogtam tindihkan satu sama lain.
                Perpindahan suatu organisme dari suatu tempat ke tempat lain yang agak berbeda iklimnya akan mengalami proses aklimatisasi, yaitu penyesuaian organisme itu terhadap iklim di tempat baru. Tidak ada perubahan organ atau bagian dari organisme tersebut dalam aklimatisasi. Akan tetapi adaptasi biasanya ada sedikit perubahan pada organ atau bagian organ.

EVAPORASI


                Evaporasi adalah proses fisis dimana benda cair atau padat berubah menjadi fase gas. Evaporasi dari air ke dalam atmosfir timbul dari permukaan air seperti laut, danau, sungai, tanah, dan vegetasi yang basah. Proses evaporasi air yang mengalir dalam tanaman dari akar ke daun dikenal sebagai transpirasi. Di alam, evaporasi air dari tanah dan tanaman berjalan secara bersama-sama (Simultan) dan disebut sebagai evapotianspirasi. Karena sulit membedakan antara keduanya, maka evapotranspirasi (CT) digunakan untuk menyatakan proses total dari air yang dipindahkah berupa uap ke atmosfir dari lahan yang bervegetasi.
                Sublimasi adalah penguapan (evaporasi) langsung dari benda padat ke fase uap, terutapa berperan penting mengenai neraca air dan perubahan energi di daerah beriklim dingin. Misalnya suatu bongkah es dapat kehilangan 3-7 cm air melalui proses sublimasi di musim dingin.
                Air merupakan benda yang unik. Pada suhu bumi, air bisa muncul dalam 3 fase, yaitu padat, cair dan uap. Perubahan fase ini membutuhkan atau melepaskan sejumlah besar energi. Perubahan es↔air melibatkan kira-kira 80 kalori/gram dan perubahan air↔uap melibatkan 580 kalori/gram. Selama uap air mudah diangkut dan diendapkan (berupa presipitasi) maka perubahan fase cair↔uap merupakan mekanisme utama untuk penyebaran energi dalam suatu ekosistem, pada udara di atas ekosistem dan seluruh atmosfir bumi. Evaporasi dipengaruhi oleh beberapa unsur iklim lainnya seperti:
·         Penyinaran
·         Suhu
·         Kelembaban
·         Angin
Pada daerah-daerah yang beriklim kering (arid) maka angka evaporasi melebihi angka presipitasi, sehingga neraca air menjadi negatif.
                Di Indonesia, pada musim kemarau, angka evaporasi lebih besar dibandingkan dengan angka evaporasi pada musim hujan, karena RH yang rendah pada musim kemarau. Apabila RH 100% maka evaporasi tidak dapat berlangsung.

AWAN


                Awan merupakan kumpulan dari titik air dengan diameter 50-100 mikron atau kristal-kristal es yang melayang-layang di atmosfir. Peristiwa kondensasi uap air mengakibatkan terbentuknya awan.
Klasifikasi awan.
                Dipandang dari permukaan bumi, awan dibagi-bagi menjadi beberapa golongan berdasarkan bentuk dan ketinggian. Berdasarkan bentuknya awan dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
1.       Awan Cirrus :  Awan halus, struktur berserat seperti bulu burung, sering tersusun seperti pita melengkung.
2.       Awan Stratus :  Awan berlapis.
3.       Awan Cumulus :  Awan dengan bentuk seperti tumpukan atau gumpalan.
Ketiga bentuk-bentuk dasar ini dapat muncul secara bersama-sama dan dalam beberapa bentuk kombinasi.
                Berdasarkan ketinggian dari permukaan tanah, bentuk-bentuk dasar, namun seringkali bentuk-bentuk kombinasinya, bentuk-bentuk awan dibagi menjadi 10 tipe utama, yaitu seperti tertera pada Tabel di bawah ini.

Tipe Utama Awan
Beberapa sifat yang terdapat pada jenis-jenis awan tersebut di atas adalah :
·         Cirrostratus (Cs)  :  Seperti kelambu putih, halus, menutupi seluruh angkasa, dapat menimbulkan lingkaran (kalangan) pada matahari atau bulan.
·         Cirrocumulus (Cc)  :  Bentuknya seperti gerombolan domba menyebabkan ada sedikit bayangan atau tidak sama sekali.
·         Altostratus (As)  :  Berbentuk seperti selendang tebal, bagian yang menghadap bulan atau matahari lebih terang.
·         Altocumulus (Ac)  :  Seperti bola-bola tebal putih atau pucat. Bergerombolan atau berlarikan, kelihatan seperti bergandengan. Umumnya bola-bola ditengah gerombolan lebih besar.
·         Stratocumulus (Sc)  :  Bentuknya seperti gelombang yang menutup seluruh angkasa. Langit yang berwarna biru masih tampak diantara awan ini.
·         Nimbostratus (Ns)  :  Suatu lapisan awan tebal, bentuk tidak teratur, menimbulkan banyak hujan.
Cumulonimbus (Cb)  :  Awan dengan volume sangat besar, seperti menara, gunung dengan pundak melebar. Awan ini dapat menimbulkan hujan lebat dengan kilat dan guntur.