Home AD

Wednesday, July 11, 2012

Realitas Media


          Memahami media sebagai lanskap “ruang publik” yang setiap saat diperebutkan oleh berbagai kepentingan, maka dasar-dasar mengenai “pemanfaatan” ruang publik itu penting untuk kita pahami.
          Pertama, media bukanlah ruang “steril” yang mampu memantulkan realitas publik seperti “apa adanya”.
          Kedua, isi media telah dibentuk oleh beragam faktor yang menghasilkan bermacam-macam “realitas”, baik faktor-faktor internal maupun eksternal media. “Realitas” itu hakikatnya hanyalah simbolik, bahkan ada yang menyebut semua isi media adalah “the second-hand reality”.
          Ketiga, media harus dipahami sebagai ruang publik. Ketika suatu peristiwa diberitakan, maka informasi yang disampaikan akan membawa dampak signifikan bagi pihak lain, baik menyangkut dikotomi baik-buruk, positif-negatif, benar-salah. Di sinilah akan selalu muncul masalah etika, yang setiap saat mengusik wartawan yang menulis berita dan redaktur yang menyunting berita tersebut.
         Keempat, selalu ada mekanisme pembentukan frame (bingkai) dalam mengonstruksi realitas. Jadi, dalam menulis berita, orientasi seseorang akan selalu diusik: untuk apa dan untuk siapa berita ini ditulis dan disajikan? Maka persoalannya, bagaimana  proses framing untuk membentuk realitas itu mengarah pada semaksimal mungkin kemaslahatan publik.
         Realitas media dan mekanisme framing ini terkait dengan agenda media. Secara mendasar, agenda media adalah menjalankan fungsi ideal pers: menyampaikan informasi – memberi edukasi – memberi hiburan – menjalankan kontrol sosial. Berikutnya, merupakan sikap bisnis ketika media mana pun tentu dituntut untuk memperkuat respons terhadap realitas pasar.
          Dalam agenda itu, kita harus selalu mempertimbangkan bagaimana sebijak mungkin merespons realitas konstruksi-konstruksi yang “mengintervensi”, lalu memilih mana yang kita anggap paling tepat bagi orientasi kemaslahatan publik itu.
          Jadi kita buka seluas mungkin akses untuk membangun “ruang publik”, memberi ruang kepada siapa pun untuk menjadi “peserta diskusi publik” dalam pemberitaan kita. Pada saat yang sama, sesungguhnya kita sedang membangun jaringan pemangku kepentingan (stakeholders) yang kuat.
         Dari agenda-agenda tersebut, perseorangan maupun institusi/ korporasi diniscayakan untuk menyampaikan “pesan” melalui berbagai bentuk rubrikasi media.(Amir Machmud NS)

Jenis-jenis Pemberitaan


         Sebelum sampai ke pembahasan bagaimana mengelola isu di media, kita lihat apa saja jenis berita dari yang secara alamiah ada, muncul secara tidak terduga, berita yang diangkat dari fakta-fakta yang tidak tertangkap indera, atau berita yang memang “diciptakan”.
          Pertama, berita yang pasti ada karena memang ada sebuah agenda kegiatan. Contoh: pentas musik, pelantikan pejabat di Dirjen Dikti, yang semua sudah direncanakan dan dijadwalkan.
          Kedua, berita yang dikembangkan dari sebuah agenda kegiatan. Contoh: dari pentas musik itu, apa yang bisa diangkat sebagai sesuatu yang menarik bagi pembaca? Dari pelantikan pejabat itu, misalnya, dibuat profil pejabat yang promosi.
          Ketiga, berita yang ditulis dari realitas publik. Contoh: protes warga karena limbah pabrik yang mencemari sumur di sebuah lingkungan perumahan. Atau kebijakan Dirjen Dikti tentang kewajiban menulis ilmiah di jurnal ilmiah bagi mahasiswa S1, S2, dan S3 dengan segmentasi masing-masing.
          Keempat, berita yang dikembangkan dari sebuah realitas publik. Contoh: dari protes warga itu, dikembangkan bermacam-macam kemungkinan. Penyakit yang muncul karena pencemaran, warga yang harus mengalihkan sumber air bersih untuk minum, juga bagaimana tindakan pabrik.
          Kelima, berita yang muncul secara tidak terduga. Contoh: kecelakaan pesawat terbang, bencana alam, dan sebagainya.
         Keenam, berita yang dikembangkan dari berita tidak terduga. Contoh: analisis, dan mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang.
          Ketujuh, berita yang digali secara in-depth, bahkan secara investigative. Contoh: berita-berita yang dikembangkan dengan mencari sebab-sebab dari sebuah kejadian secara mendalam, lengkap, dari berbagai sisi. Secara investigatif terkadang dikembangkan model-model mirip “penyelidikan” melalui penelusuran dokumen-dokumen, penelitian, referensi kepustakaan, dan sebagainya.(Amir Machmud NS)

Pusaran Isu Media


          Jika kita mengamati isi pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik, maka akan terasa materi berita dan sumber-sumbernya itu, pada setiap kejadian sesungguhnya sama. Hanya, kemudian materi berita-berita tersebut berkembang dari berbagai aspek dan angle-nya, “tidak tunggal” karena perbedaan karakter dan kebijakan redaksional media. Juga bagaimana setiap media punya cara pendekatan dan pengembangan terhadap sebuah isu.
          Jadi, yang membedakan antara satu media dengan media lainnya dalam pusaran isu itu adalah pengambilan angle-nya, cara menyajikannya: ragam, teknik, estetika, dan filosofi eye-catchin, cara mengelola dan mengembangkan isunya, lalu frame (bingkai) sejalan dengan bagaimana orientasi/ kebijakan redaksional sebuah media.(Amir Machmud NS)