Sebelum sampai ke pembahasan
bagaimana mengelola isu di media, kita lihat apa saja jenis berita dari yang
secara alamiah ada, muncul secara tidak terduga, berita yang diangkat dari
fakta-fakta yang tidak tertangkap indera, atau berita yang memang “diciptakan”.
Pertama, berita yang pasti ada
karena memang ada sebuah agenda kegiatan. Contoh: pentas musik, pelantikan pejabat di Dirjen Dikti, yang semua sudah direncanakan dan dijadwalkan.
Kedua, berita yang dikembangkan dari sebuah
agenda kegiatan. Contoh: dari
pentas musik itu, apa yang bisa diangkat sebagai sesuatu yang menarik bagi
pembaca? Dari pelantikan pejabat itu, misalnya, dibuat profil pejabat yang
promosi.
Ketiga, berita yang ditulis dari
realitas publik. Contoh: protes
warga karena limbah pabrik yang mencemari sumur di sebuah lingkungan perumahan.
Atau kebijakan Dirjen Dikti tentang kewajiban menulis ilmiah di jurnal ilmiah
bagi mahasiswa S1, S2, dan S3 dengan segmentasi masing-masing.
Keempat, berita yang dikembangkan
dari sebuah realitas publik.
Contoh: dari protes warga itu, dikembangkan bermacam-macam kemungkinan.
Penyakit yang muncul karena pencemaran, warga yang harus mengalihkan sumber air
bersih untuk minum, juga bagaimana tindakan pabrik.
Kelima, berita yang muncul
secara tidak terduga. Contoh:
kecelakaan pesawat terbang, bencana alam, dan sebagainya.
Keenam, berita yang dikembangkan
dari berita tidak terduga.
Contoh: analisis, dan mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang.
Ketujuh, berita yang digali
secara in-depth, bahkan secara investigative. Contoh: berita-berita yang dikembangkan dengan mencari
sebab-sebab dari sebuah kejadian secara mendalam, lengkap, dari berbagai sisi.
Secara investigatif terkadang dikembangkan model-model mirip “penyelidikan”
melalui penelusuran dokumen-dokumen, penelitian, referensi kepustakaan, dan
sebagainya.(Amir Machmud NS)
No comments:
Post a Comment