Home AD

Monday, February 18, 2013

Kapasitas Tukar Kation



Bahan Organik
          Pengaruh bahan organik terhadap KTK tanah sangat nyata, karena daya jerap bahan organik sangat besar seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya. Bahan organik juga dapat menghasilkan humus yang mempunyai KTK jauh lebih tinggi daripada mineral liat. Oleh karena itu semakin tinggi kandungan bahan organik tanah semakin tinggi pula nilai KTK-nya. Ketentuan ini berlaku jika faktor-faktor lainnya relatif sama. Sebagai contoh pada Tabel diatas ditunjukkan bahwa KTK humus dapat mencapai 200me/100g.

Pengapuran dan Pemupukan
          Hubungan antara besar kecilnya KTK akibat pengapuran dan pemupukan berkaitan dengan perubahan pH tanah oleh pemberian kapur dan pupuk tersebut. Pada tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH (pH dependent charge), seperti tanah yang kaya montmorilonit atau koloid organik, maka KTK akan meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak pemberian pupuk tertentu akan dapat menurunkan pH tanah, sejalan dengan itu KTK-pun akan turun. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pengaruh pengapuran dan pemupukan berkaitan dengan perubahan pH, yang selanjutnya mempengaruhi KTK tanah.
          Besarnya KTK suatu tanah dapat ditentukan dengan menjenuhkan kompleks jerapan atau misel dengan kation tertentu. Misalnya misel dijenuhkan dengan kation Ba2+ atau NH4+ yang bertujuan agar seluruh kation yang terjerap dapat digantikan oleh ion Ba2+ atau NH4+. Dengan menghitung jumlah Ba2+ atau NH4+ yang dapat menggantikan seluruh kation terjerap tadi, maka nilai tersebut adalah KTK tanah yang ditentukan.

Daya Pertukaran Kation
          Setiap kation mempunyai daya yang berbeda untuk dapat dijerap dan dipertukarkan. Jumlah yang dijerap biasanya tidak setara dengan jumlah yang dipertukarkan. Ion bervalensi dua biasanya lebih kuat dipegang dai pada ion bervalensi satu oleh koloid tanah, dengan demikian akan lebih sukar untuk dipertukarkan. Itulah sebabnya jika ion Ba2+ yang digunakan sebagai kation penukar, pertukaran tidak terjadi dalam jumlah yang setara. Barium dijerap kuat sekali oleh liat, tetapi mempunyai daya penetrasi yang rendah. Oleh karena itu jumlah pertukaran yang diperoleh lebih rendah dari jumlah barium yang dijerap, akan sering memberikan jumlah pertukaran yang lebih tinggi dari jumlah ion NH4+ yang dijerap. Amonium adalah ion bervalensi satu yang tentunya akan ditarik oleh koloid liat kurang kuat jika dibandingkan dengan ion barium, tetapi ion amonium mempunyai daya penetrasi yang lebih tinggi.
          Pengecualian dari hal tersebut mungkin terjadi pada penggunaan ion H+. Ion hidrogen dijerap lebih kuat dari semua ion bervalensi satu atau ion bervalensi dua. Pada liat hidrogen, reaksi pertukaran pada mulanya didominasi oleh sejumlah besar dari ion H+ yang dapat dipertukarkan dan sejumlah kecil ion Al3+. Walaupun demikian jumlah dari ion alumunium yang dapat dipertukarkan dapat bertambah dengan cepat. Hal itu disebabkan ion hidrogen yang dapat dipertukarkan menyebabkan pelapukan mineral dan alumunium yang dibebaskan dari mineral liat akan menjadi bentuk dapat dipertukarkan.

Penyebaran Kation
          Pada suspensi tanah dapat dibedakan permukaan padat yang umumnya bermuatan negatif dan kation-kation yang bermuatan positif dalam larutan. Penyebaran muatan pada sistem tersebut dapat disamakan dengan kondensor. Dalam hal ini lempeng bermuatan negatif adalah permukaan padat dan lempeng bermuatan positif adalah sejumlah kation yang tersebar. Semakin jauh dari permukaan bahan padat ia menjadi renggang sampai akhirnya merat dilarutkan. Penyebaran muatan dengan medan listriknya disebut lapis ganda listrik. Dengan adanya tenaga kinetis maka penyebaran kation bersifat difusi dan lapisan ganda disebut setengah difusi. Kation-kation yang menyebar disebut ion lawan (counter ion) dari muatan permukaan. Medan listrik makin berkurang dari permukaan bermuatan kelarutan sampai menjadi nol bila disosiasi ion lawan telah berhenti. Tebal lapis ganda ditentukan oleh kesetimbangan antara kecenderungan ion-ion untuk menyebar dan kekuatan tarik permukaan mineral.
          Kenaikan valensi atau kepekatan ion dalam larutan seimbang, menyebabkan berkurangnya tebal lapis ganda. Jika jumlah muatan ion lawan sama dengan muatan permukaan mineral liat, maka pada keadaan kering dapat dilukiskan seperti gambar A sedangakn gambar B memperlihatkan penyebaran ion dalam tanah dengan kadar air yang cukup.

Komposisi Ion pada Kompleks Pertukaran
          Larutan tanah terdiri dari berbagai campuran kation yang semuanya merupakan kation yang dapat ditarik oleh permukaan liat. Pada pembicaraan terdahulu kita telah mengetahui bahwa jerapan dan pertukaran kation tergantung pada kepekatan dan ciri kationnya. Ciri dan komposisi dari larutan tanah akan berubah-ubah, tergantung kepada jenis dan jumlah kation yang dipertukarkan dan pada kepekatan dari akhir kesetimbangan yang ditetapkan dengan kelarutan dan disosiasi. Telah diketahui bahwa pertukaran dapat terjadi pada komposisi ion atau pada ion-ion yang terdapat pada kompleks dan ini sangat penting dalam praktek. Agar kita dapat mempelajari masalah ini, maka beberapa rumus atau persamaan yang berhubungan dengan masalah komposisi ion perlu diketahui. Persamaan-persamaan tersebut akan diuraikan pada bagian khusus.
             

ILMU KESUBURAN TANAH



Arti sempit :
Suatu ilmu yang mempelajari tentang kapasitas kesanggupan tanah untuk menyediakan unsur-unsur hara (nutrisi) bagi tanaman dalam jumlah yang tepat, sehingga memberikan hasil yang optimal.

Arti luas :
Suatu keadaan tanah dengan udara, tata air, dan unsur hara dalam keadaan cukup, seimbang dan tersedia sesuai dengan tuntutan tanaman. Definisi tersebut mengandung makna bahwa tanah bukanlah suatu benda alam yang pasif, tetapi suatu benda alam yang dinamis dan kompleks, didalamnya terjadi proses-proses rumit bagaimana organisme tanah berperan dalam menyediakan unsur hara, bagaimana proses penyediaan unsur-unsur hara tadi melalui adanya pelapukan-pelapukan batuan maupun mineral, bagaimana ketersediaan air maupun udara baik bagi organisme maupun jalannya tata udara dalam tanah untuk perakaran tanaman. 
Juga meliputi kesuburan kimia, fisika, dan kesuburan biologi tanah. Dari ketiga variabel itu sangat  mendukung pada tingkat produktivitas tanah, akan tetapi tingkat produktivitas tanah bergantung pula pada manajemen atau cara pengelolaan tanah maupun lahan.

Tanah yang subur adalah  tanah yang memiliki kedalaman efektif (kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman) cukup dalam, bertekstur lempung berdebu, bertekstur remah, berkonsistensi gembur, memiliki kemasaman tanah netral (6,5-7,0), banyak organisme maupun mikroorganisme yang menguntungkan dan aktif dalam siklus hara, dan tidak ada faktor pembatas lain misalnya kriteria itu telah memenuhi syarat, akan tetapi ketersediaan air tidak terpenuhi maka tanah tidak dapat dikatakan subur. Dengan demikian selain terpenuhinya syarat-syarat tadi juga tidak ada faktor pembatas lain yakni adanya air yang tersedia bagi tanaman

Saturday, February 16, 2013

Tanah Terdegradasi



Oldeman (1996) menyatakan 5 faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tanagan manusa secara langsung :

1.  Deforestasi:, luas lahan kritis hingga awal th 2000,  23,2 juta ha dan 1,8 juta ha di Kalimantan tengah (Dephut, 2003)
 Laju deforestasi di Indonesia 1,6 juta ha /th
2.  Aktivitas pertanian
3.  Overgrazing
4.  Eksploitasi berlebihan
5.  Aktivitas industri dan bioindustri

Pendapat sebelumnya Lal (1986): Penyebab tanah terdegradasi:


1.  Deforestasi
2.  Mekanisasi dalam usaha tani
3.  Kebakaran hutan
4.  Penggunaan bahan kimia pertanian
5.  Penanaman secara monokultur

BIOREMEDIASI PADA LINGKUNGAN TANAH TERCEMAR DAN RESILIENSI TANAH TERDEGRADASI

1.  Bioremediasi : Mikroba yang dapat mendegradasi senyawa kontaminasi
2.  Resiliensi adalah ukuran kemampuan system tanah untuk kembali pada kondisi asli, sedangkan resiliensi sebagai kata sifat berarti kemampuan sangga tanah atau ketahanan tanah terhadap perubahan (Eswaran, 1994). Menurut Eswaran (1994) Resiliensi merupakan upaya rehabilitasi tanah.

Seybold (1999) menyatakan terdapat 3 pendekatan utk mengkaji resiliensi tanah:

1.  Mengukur secara langsung recovery setelah terjadinya gangguan
2.  Melakukan kuantifikasi terpadu mekanisme recovery setelah terjadinya gangguan
3.  Mengukur sifat-sifat yang mendukung indikator mekanisme recovery tsb