Termasuk
kecenderungan akal dan kematangan berfikit adalah membiasakan diri untuk dapat
menerima kekurangan dan menahan diri menghadapi kesulitan hidup. Sementara itu,
laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga dituntut untuk lebih bersabar dari
pada wanita, karena sungguh telah diketahui, bahwa wanita itu lemah fisik dan
akhlaqnya, dan berlebihan dalam meluruskannya bisa mematahkannya dan
mematahkannya adalah mencerainya. Al-Mushthafa yang tidak berbicara dari hawa
nafsunya bersabda
:
“Berilah nasihat kepada wanita dengan cara
yang baik karena sesungguhnya ia diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk
yang paling bengkok adalah yang paling atas, jika engkau meluruskannya maka
engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap
bengkok, maka nasehatilah wanita dengan cara baik.”
Yang
bengkok pada wanita adalah dari segi penciptaannya, maka harus bersikap lemah
lembut dan sabar dalam menghadapinya.
Maka
hendaknya para lelaki tidak membiarkan dirinya larut dalam perasaan tertekan
dari keluarganya, dan hendaklah ia tidak memperhatikan kekurangan mereka, dan
hendaklah ia mengingat sisi kebaikan mereka, sungguh ia pasti menemukan banyak
kebaikan dalam hal itu. Dan yang semisal dengan perkataan ini adalah sabda
RasuluLlah SAW;
“Janganlah
seorang mu’min membenci mu’minah (yaitu merasa marah dan benci) karena jika ia
membenci satu perilaku maka ia akan ridha dengan perilaku yang lain.”
Hendaklah
para lelaki sangat berhati-hati dalam hal ini, maka jika ia melihat sesuatu
yang tidak disukai, maka ia tidak mengetahui dari mana sebab-sebab kebaikan dan
sumber-sumber kebajikan.
Allah
SWT berfirman
dalam surat An-Nisa ;
“...dan bergaullah dengan mereka secara
patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah SWT menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.” (An Nisa’:19)
Bagaimana
mungkin akan terwujud ketenangan? Dimanakah ketenangan dan kasih sayang? Jika
pemimpin rumah tangga memiliki sifat yang keras, berakhlaq buruk terhadap
keluarga, memiliki wawasan yang sempit, bodoh, terburu-buru, sulit memaafkan,
pemarah, jika bertemu selalu mengungkit-ungkit, jika berpisah selalu berburuk
sangka. Telah diketahui, bahwa berakhlaq
yang baik terhadap keluarga dan sebab-sebab yang mengantarkan kepada
kebahagiaan keluarga tidak akan terwujud melainkan dengan kelembutan,
menjauhkan diri dari prasangka-prasangka dan keraguan tanpa dasar. Adakalanya
rasa cemburu menjerumuskan seseorang kepada prasangka buruk , mendorongnya
menta'wilkan ucapan dan keraguan dalam perilaku yang menyebabkan kesusahan
hidup tanpa alasan yang jelas.
“...dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan (hati) mereka. ...”
(Ath Thalaq:6)
Bagaimana
mungkin, padahal RasuluLlah SAW bersabda ;
“Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah orang yang
paling baik kepada keluargaku.”
No comments:
Post a Comment