Pemimpin merupakan unsur
pokok dan sumber yang langka dalam setiap perusahaan. Statistik perkembangan
perusahaan menunjukan bahwa setiap 100 perusahaan yang baru berdiri, kira-kira
50% gagal dalam tempo 2 tahun dan pada akhir tahun kelima hanya tinggal 30%
yang masih jalan. Pada umumnya kegagalan itu disebabkan oleh kepemimpinan yang
tidak efektif’ mereka tidak mampu memimpin karyawan, tidak bisa bekerja sama
dengan orang lain atau mereka tidak bisa menguasai, mengendalikan diri sendiri.
Berbagai kekeliruan terjadi di bawah kepemimpinannya. Misalnya karyawan tidak
dimotivasi untuk bekerja lebih baik, kurang disiplin, demikian pula dengan
relasi perusahaan tidak terjalin kerjasama yang baik, dan juga perilaku
pemimpin sendiri yang tidak bisa menjadi contoh (Alma,2001;127).
Jerald Greenberg, (1996;207)
menyatakan bahwa leadership as the
process by which an individual influences others in ways that help attain group
or organizational goals. Menurut Robbins (2004; 39) kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Definisi kepemimpinan menurut Sarros dan Butchatsky dalam Sumarsono (2010;
181) leadership
is defined as the purposful behaviour of benefit of individual as well as the
organization or common goal. Menurut definisi tersebut kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
suatu prilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson
(1998) leadership means using power to
influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance.
Banyak definisi kepemimpinan
yang dikemukan para ahli diantaranya George R. Terry serta Harold Koontz dan
Cyril O’Donnell dalam Alma (2001;127), leadership is the activity of influencing people to strive willingly
for group objectives. Koontz, state that leadership is influenceing people to follow in the
achievement of a common goal. (Hersey &Blanchard, 1977; 84)
Sifat-sifat kepribadian yang
harus dimiliki para pemimpin menurut Andy Undap (1983; 29) adalah sebagai
berikut :
1. Pendidikan umum yang luas, seorang yang
berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinan.
2. Kematangan mental, seorang pemimpin harus
memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak mudah
tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya
3. Sifat ingin tahu, sifat ini mendorong seorang
pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif.
4. Kemampuan analisis, seorang pemimpin harus
mampu menganalisis gejala-gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat
mengambil keputusan yang positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya.
5. Memiliki daya ingat yang kuat, seorang
pemimpin akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat perilaku sehingga
diperlukan kemampuan untuk mengingat.
6. Integratif, seorang pemimpin harus memiliki
kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia tidak
terombang-ambing
7. Keterampilan berkomunikasi, hal ini
diperlukan untuk berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya.
8. Keterampilan mendidik, harus mampu memberikan
petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan
pekerjaan. Kadang-kadang juga ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan.
9. Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran,
kesimpulan dan keputusan yang diambil harus didasarkan pada pemikiran-pemikiran
sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional.
10. Pragmatisme. Keputusan-keputusan harus dibuat
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Keputusan jangan
bersifat teoritis sehingga sulit dalam pelaksanaanya.
11. Ada naluri prioritas. Berhubungan terbatasnya
sumber daya yang tersedia maka harus mampu menerapkan skala prioritas apa yang
harus dikerjakan lebih dahulu. Sehingga demikian semua pekerjaan dan proyek
akan dapat berjalan secara bertahap.
12. Pandai mengatur waktu, harus mampu bertindak
cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien.
13. Kesederhanaan, harus mampu menampilkan
kesederhanaan dan bekerja dengan penuh efisien.
14. Sifat keberanian. Walaupun seorang pemimpin
punya banyak karyawan, akan tetapi hanya hanya beberapa karyawan saja yang
dapat diajak bicara. Oleh karena itu harus mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dengan mengajak beberapa karyawan inti.
15. Kemauan mendengar, harus mampu menggali
informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dar para karyawannya. Segala
informasi ini merupakan barang berharga untuk mengambil keputusan.
Rensis Likert mengembangkan
teori kepemimpinan dalam dua dimensi yaitu orientasi tugas dan orientasi
bawahan, yang dijabarkan dalam empat tingkat model efektivitas kepemimpinan
yaitu sebagai berikut (Alma
2001; 131) :
1. Exploitative
authoritative, bercirikan tidak ada kepercayaan kepada
bawahan. Pemimpin ini selalu menggunakan ancaman dan hukuman kepada karyawan
2. Benevolent
authoritative, sedikit kepercayaan kepada bawahan
tetapi hubungan seperti tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan
ancaman dan hukuman dalam melaksanakan tugas. Komunikasi ada sedikit terbuka
tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan.
3. Consultative,
berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak penuh. Proses pengambilan
keputusan untuk hal yang penting tetap berada ditangan pimpinan, tetapi
kepercayaan sudah merupakan dassar komunikasi.
4. Partisipative,
merupakan sitem yang ideal ada kepercayaan penuh dari atasan. Percaya diri dan
kreativitas karyawan merupakan unsur penting. Komunikasi sangat terbuka
hubungan antar karyawan lancar dan suasana perusahaan segar dan sehat.
Ordway Tead mengemukakan 10
sifat kepemimpinan sebagai berikut : (Kartini Kartono 1983; 37)
1. Energi jasmaniah dan mental, seorang pemimpin
memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa seperti tidak akan
pernah habis. Demikian
pula semangat, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, daya tahan batin, kemauan
yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi
2. Kesadaran akan tujuan dan arah, memiliki
keyakinan teguh akan kebenaran dan kegunaan dalam mencapai tujuan yang terarah.
3. Antusiasme, dia yakin tujuan yang hendak
dicapai akan memberikan harapan sukses dan membangkitkan semangat optimisme
dalam bekerja.
4. Keramahan dan kecintaan. Sifat ramah
mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga menimbulkan kasih
sayang, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk mencapai
kesuksesan perusahaan
5. Integritas. Seorang pemimpin mempunyai
perasaan sejiwa dan senasib sepenanggungan dengan para karyawannya dalam
menjalankan perusahaan. Integritas pribadi dan rumah tangga pemimpin merupakan
tauladan yang dapat dicontoh oleh karyawannya
6. Penguasaan teknis, agar pemimpin mempunyai
wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai sesuatu pengetahuan atau
keterampilan teknis.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness). Dia harus memiliki
kecerdasan dalam mengambil keputusan sehingga mampu meyakinkan bawahan, dan
mendukung kebijakan yang telah diambil dalam pelaksanaannya.
8. Kecerdasan. Seorang pemimpin harus mampu
melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu gejala, cepat menemukan jalan
keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara yang efektif
9. Keterampilan mengajar (teaching skill). Seorang pemimpin adalah seorang guru yang mampu
mendidik, mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu yang
menguntungkan perusahaan. Dia harus mengatur pelatihan-pelatihan, mengawasi
pekerjaan rutin sehari-hari dan mengevaluasi pekerjaan karyawan.
10. Kepercayaan (Faith). Jika seorang pemimpin disenangi oleh bawahan maka akan muncul kepercayaan dari bawahan
kepada pemimpin. Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan sikap rela berjuang,
melaksanakan semua perintah, disiplin dalam bekerja untuk menjalankan roda
perusahaan
Di samping harus memiliki
sifat-sifat seperti tersebut di atas seorang pemimpin harus memiliki
keterampilan kepemimpinan (leadership
skills).
1. Technical
skills, berarti suatu kemampuan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan teknis. Maksudnya dapat
melakukan pekerjaan tersebut agar dia mampu melaksanakan pengawasan terhadap
pekerjaan yang dilakukan oleh karyawannya, misalnya keterampilan pembukuan
keuangan, mengetik, pekerjaan komputer dasar, menggunakan beberapa alat
sederhana dan sebagainya.
2. Human
skills, berarti kemampuan untuk bekerja sama dan
membangun tim kerja bersama orang-orang lain
3. Conceptual
skills, berarti kemempuan berfikir dan mengungkapkan
pemikirannya dalam bentuk model kerangka kerja dan konsep-konsep lain dalam
memudahkan pekerjaan
Keterampilan kepemimpinan (leadership skills) seseorang tidak serta
merta dapat terbentuk tanpa memiliki
pengalaman luas, seperti dikemukakan oleh Hughes (2002 : 59), memperkaya
pengalaman adalah kata kunci untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan
seseorang. Dengan kata lain, pengembangan kepemimpinan tidak hanya tergantung
pada satu jenis pengalaman saja tetapi juga pada bagaimana seseorang
menggunakan pengalaman-pengalaman tersebut untuk mendorong pertumbuhan.
Sebuah studi sebagaimana
diungkap Mc Call, Lombardo & Marrison (1998 : 122) tentang para eksekutif yang berhasil, mereka
menemukan bahwa satu kualitas kunci yang ditandai diantara para eksekutif
tersebut adalah kekuatan luar biasa mereka dalam menggali sesuatu yang berharga
dari pengalaman mereka sehingga memberikan kesempatan mereka untuk berkembang.
Lombardo & Eichinger dalam Hughes (2002 : 61), akan lebih efektif sebagai sarana
pengembangan kepemimpinan jika lingkungan pekerjaan tersebut terus menantang,
dinamis yang mengakibatkan dibutuhkan selalu solusi yang selalu terbaru dan
kreatif, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan rencana strategis dan
peramalan pada situasi tidak menentu di masa mendatang dapat meningkatkan
kualitas dari seorang pemimpin atau calon pemimpin.
Tolb dalam Hughes (2002 : 49),
berpendapat bahwa seseorang akan belajar banyak pada pengalamannya jika orang
tersebut meluangkan waktu untuk memikirkannya (reflection). Pendapat tersebut kemudian dikembangkan dalam sebuah
model kepemimpinan Action – Observation –
Reflection (A-O-R), menunjukan bahwa pengembangan kepemimpinan akan
berkembang ketika faktor pengalaman dilibatkan dalam proses AOR tersebut. Jika
seseorang bertindak akan sesuatu namun tidak mengamati atau tidak memikirkan
konsekuensi dan arti dari tindakannya, maka orang tersebut tidak belajar dari
pengalamannya, karena hanya seorang yang mengamati dan memikirkan konsekuensi
dan arti dari tindakannya saja yang dapat menjadikan mereka pemimpin yang lebih
baik, dikarenakan pengembangan kepemimpinan dihasilkan secara lebih efektif
oleh terjadinya pengulangan proses kegiatan yang melalui ketiga proses tersebut
(AOR) dari pada hanya sekedar oleh lamanya orang tersebut menjadi seorang
pemimpin.
Perbedaan antara
kepemimpinan dengan manajemen menjadi perdebatan di antara para ahli. Beberapa
penulis seperti Bennis & Nanus, Zaleznik dalam Gerry Yukl (2005 : 6-7)
berpendapat bahwa kepemimpinan dan manjemen adalah berbeda secara kualitatif
dan saling meniadakan. Manajer menghargai stabilitas, keteraturan dan
efisiensi, sementara pemimpin menghargai fleksiblitas, inovasi dan adaptasi.
Pakar lainnya (seperti Bass, 1990; Hickman, 1990; Kotter, 1988; Mintzberg,
1973; Rost, 1991) memandang memimpin dan mengelola sebagai proses yang berbeda,
tetapi mereka tidak berasumsi bahwa pemimpin dan manajer merupakan jenis orang
yang berbeda, tetapi para pakar tersebut memiliki pebedaan dalam mendefinisikan
kedua proses tersebut. Mintzberg (1973) menggambarkan kepemimpinan sebagai
salah satu dari peran manajerial, kepemimpinan meliputi memotivasi bawahan dan
menciptakan kondisi yang menyenangkan dalam melaksanakan pekerjaan.
Kepemimpinan dipandang sebagai peran manajerial yang penting meliputi
peran-peran lain.
Kotter (1990)
membedakan antara manajemen dan kepemimpinan dalam hal proses inti dan hasil
yang diharapkan. Manajemen berusaha untuk membuat perkiraan dan aturan dengan:
1). Menetapkan sasaran operasional, membuat rencana tindakan berdasarkan jadwal
dan mengalokasikan sumber daya; 2). Mengorganisasi dan menugaskan (menentukan
struktur, menugaskan orang ke berbagai pekerjaan); dan 3). Memantau hasil dan
menyelesaikan masalah. Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan dalam
organisasi dengan: 1). Menyusun visi masa depan dan strategi untuk membuat
perubahan yang dibutuhkan, 2). Mengkomunikasikan dan menjelaskan visi, dan 3).
Memotivasi dan menginspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi. Rost (1991)
medefinisikan manajemen sebagai hubungan wewenang yang ada antara manajer dan
bawahan. Sedangkan kepemimpinan sebagai hubungan pengaruh ke berbagai arah
antara pemimpin dan bawahannya yang mempunyai tujuan yang sama dalam mencapai
perubahan yang sebenarnya.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi orang
lain kearah tujuan organisasi (Bartol, 1991 dalam Tika, 2006:63). Variabel
kepemimpinan ini secara operasional diukur dengan menggunakan 4 (empat)
indikator yang diadopsi dari teori kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard
dalam Robbins (2004:45) dan Wirjana dan Supardo (2005:48) yaitu sebagai
berikut: (1) Kemampuan untuk memberitahu anggota apa yang harus mereka kerjakan
(Telling), (2) Kemampuan
menjual/memberikan ide-ide kepada anggota (Selling), (3) Kemampuan berpartisipasi dengan anggota (Participating), dan (4) Kemampuan mendelegasikan
kepada anggota (Delegating).
Berdasarkan teori-teori di atas, penulis menarik garis besar bahwa seorang
pemimpin harus memiliki peran sebagai :1). pengarah untuk memberi arahan
tentang tujuan perusahaan yang harus searah dengan tujuan individu dalam
perusahaan; 2). motivator untuk pencapaian tujuan perusahaan maupun individu;
3). komunikator yang baik sehingga tercipta suasana yang menyenangkan; 4).
inisitor dalam menciptakan pengembangan usaha; 5). evaluator dalam pencapaian
sasaran kerja; 6). mencari solusi
terbaik dalam memecahkan masalah yang dihadapi.