Home AD

Thursday, March 22, 2012

MENGENALI TYPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEORANG PEMIMPIN

Umumnya kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan dengan orang dan posisi yang didudukinya, yang merupakan dasar kekuatan bagi pemimpin untuk dapat mempengaruhi orang lain (karyawan/bawahan). Dalam manajemen, kekuasaan meliputii kemampuan seseorang mendapatkan sumber daya serta menggerakan sumber daya yang tersedia untuk dapat mencapai tujuan.
Setiap manusia lahir dibekali oleh sikap dan karakter masing-masing, hal ini yang membedakan menusia dengan mahluk lainnya. Dari latar belakang ini melahirkan tipe dan gaya tertentu dari seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi  yang satu dengan yang lainnya berbeda, hal ini terjadi karena perbedaan situasi dan bawahan yang di hadapi.

Menurut George Terry alih bahasa Sukarna (1992:86) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan yaitu :
1.      Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)  
Dalam tipe ini pemimpin mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya, sehingga timbul hubungan pribadi yang intim.
2.   Kepemimpinan Non Pribadi (Non Personal Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin tidak mengadakan hubungan langsung dengan para bawahannya sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul kontak pribadi. Hubungan antara pimpinan dengan bawahannya melalui planning dan instruksi-instruksi tertulis.
3.   Kepemimpinan Otoriter (Auothorotarian Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin memperlakukan bawahannya dengan sewenang-wenang, karena menganggap dirinya paling berkuasa.  Para bawahan dalam melakukan pekerjaannya bukan karena rasa tanggung jawab melainkan karena rasa takut.
4.   Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership)
Dalam tipe ini para bawahan tidak berani mengambil keputusan sendiri, segala sesuatu yang sulit selalu diserahkan kepada bapak untuk menyelesaikannya. Dengan demikian bapak banyak pekerjaanya, yaitu ikut serta menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawab anak buahnya.
5.   Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Dalam tipe ini pemimpin selalu mengadakan musyawarah dengan para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sukar, sehingga para bawahan merasa dihargai  pemikiran dan pendapatnya serta mempunyai pengalaman yang baik.

Kartini Kartono (1992:69), menggolongkan tipe-tipe kepemimpinan yaitu :
1.      Tipe Kharismatis   
Tipe kepemimpinan kharismatis ini memiliki kekuatan daya tarik yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, seorang pemimpin kharismatis adalah seseorang yang di kagumi, dia banyak memiliki inspirasi, keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendiriannya.
2.   Tipe Pathernalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat-sifat antara lain sebagai berikut :
a.       Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang/tidak belum dewasa.
b.      Dia bersikap terlalu melindungi (over protective)
c.       Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk  mengambil keputusan sendiri.
d.      Tidak pernah memberikan kesempatan pada bawahannya untuk berinisiatif.
e.   Tidak memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas.
3.      Tipe Militeristis
Hendaknya diperhatikan bahwa tipe kepemimpinan militeristis ini berbeda sekali dengan seorang pemimpin organisasi militer. Adapun sifat-sifat pemimpin militeristis antara lain :
a.       Lebih banyak menggunakan sistem peritah/komando terhadap bawahannya.
b.      Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahannya.
c.       Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya.
d.      Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya.
e.       Komunikasi  berlangsung hanya searah saja.
4.      Tipe Otokratis
Otokrat berasal dari kata Autos artinya sendiri atau kratos yang artinya kekuatan. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan tidak pernah diberikan informasi mendetail mengenai rencana dan tindakan yang ingin dilakukan. Sikap dan prinsipnya ketat dan kaku. Prinsip yang dipegangnya selama ini merupakan sesuatu yang harus dipatuhi bawahannya.
5.      Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan Laissez Faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin sebab dia memberikan kelompoknya berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya. Pada hakeketnya tipe pemimpin seperti ini tidak akan mampu untuk membimbing dan membina bawahannya kearah kemajuan organisasi.
6.      Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya “The Third World” mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas rakyat. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme.
7.      Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis ini memberikan bimbingan yang efisien kepada pengikutnya sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan, dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik.

Dari uraian di atas kita akan bertanya kepada diri kita sendiri, termasuk type dan gaya kepemimpinan yang mana pemimpin kita sekarang ini ?
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.


Daftar Pustaka

Kartini Kartono, 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Penerbit CV. Rajawali,  Jakarta.

Terry. George. R., 1992. Dasar–Dasar Manajemen. Cetakan ke lima. Bumi Aksara, Jakarta.



KHUTBAH JUM'AT : BERPERANLAH SESUAI DENGAN BIDANGNYA


      الحمد لله الخالق الموجود أشهد أن لا اله الا الله المعبود وأشهد ان محمدا عبده ورسوله, اللهم صل وسلم على خير الخلق المحمود وعلى آله وصحبه ومن تبعهم إلى دار الخلود.
 أما بعد. فاوصينى نفسى وإياكم -اتقوا الله, اتقوا الله فيما امر واجتنبوا فيما نهى عنه وحذر.

Hadirin Rohimakumullah

Mengawali khutbah pada kesempatan ini, saya mengajak para hadirin untuk bersama-sama mensyukuri nikmat Allah yang saat sekarang ini amat kita rasakan, bahkan kita sangat mengagumi kebesaran Allah, bahwa pada kenyataannya Islam menjadi pengendali di negara kesatuan Republik Indonesia ini.
Semoga jerih payah kita dan saudara-saudara kita, baik langsung ataupun tidak langsung, ataupun juga karya nyata lainnya selama sepekan ini merupakan bagian dari usaha kita meningkatkan kualitas Taqwa kita
Pada khutbah Jum’ah kali ini, selain khatib mengajak untuk bersyukur atas nikmat yang selama ini kita rasakan;  juga mengajak kita semua untuk selalu menyerahkan segala urusan yang kita hadapi  hanya kepada Allah semata.
Seperti yang dipesankan Allah lewat firman-Nya :
يأ يّها الّذين امنوااذكروا نعمة الله عليكم اذ همّ قوم ان يبسطوا اليكم ايديهم فكفّ ايد يهم عنكم, واتّقوا الله وعلى الله فليتوكّل المؤمنون
“Hai orang-orang yang beriman iangatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada mu,di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepada mu ( untuk berbuat jahat ), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakal”. ( QS.5 : 11 )

Selain itu, khutbah pada kali ini juga memuat pesan moral selaku muslim dalam menyikapi masalah kenegaraan yang sedang aktual dan tengah menjadi kegalauan, kegusaran beberapa kelompok terutama dengan adanya rencana kenaikan BBM nanti.

 Sementara persoalan2 bangsa secara keseluruhan sebagai akibat dari ketidak beresan dan krisis di masa lalu masih tampak carut marut dengan berbagai masalah yang luar biasa kompleknya. Namun ibarat seorang dokter yang hanya dapat memberikan obat penenang kepada pasien yang sakit, sakitnya mungkin sementara terlupakan , tetapi belum dapat menyembuhkan penyakit itu sendiri. Begitu juga dengan kondisi kita sekarang ini, perlu pemulihan dan perencanaan serta langkah-langkah konkrit berikut.

Hadirin Rohimakumullah.

Karena itu pada kesempatan ini  saya ingin menitipkan  pesan- pesan khutbah kita hari ini sebagai berikut  :

Pertama, sebagai ummat muslim yang mempunyai komitmen ukhuwah Islamiah, kiranya disadari bahwa ummat Islam sangat menjunjung tinggi semangat kebangsaan, semangat ukhuwah wathoniah, terutama dalam menyikapi permasalahan kenaikan BBM ini sehingga apapun dan bagaimanapun hasilnya nanti dapat kita sikapi dengan arif bijaksana, berserah diri kepada Allah yang memiliki alam seisinya.
Kita percayakan kepada wakil kita, orang kepercayaan kita di Dewan atau Majelis dengan harapan tentunya meraka mampu  memanifestasikan taqwa, dalam lingkup pengertian :
تأمرون بالمعروف وتنهون عم المنكر وتؤمنون بالله وتجاهدون فى سبيل الله باموالكم وإنفسكم.
 Yang memiliki misi mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, selalu mempunyai sandaran iman kepada Allah dan ada kerelaan untuk berjuang dengan harta dan jiwanya.
Namun demikian perlu diingat dalam konteks ukhuwah wathoniah, ketegaran prinsip dikotomi keimanan dan kekufuran harus jelas dalam diri setiap muslim (asyidda’u ngalal kuffar, rukhama’u bainahum) keras terhadap golongan kaum kafir tetapi berkasih sayang terhadap sesama muslim.Seperti yang ditegaskan oleh Firman Allah dalam surat  Al-Imron 111              :
  
يا ايّها الّذين امنوا لا تتّخذوا بطا نة من دونكم لا يأ لونكم خبالا, ودّوا ما عنتّم قد بدة البغضا ء من افوا ههم, وما تخفى صدورهم اكبر,
Wahai orang2 yang beriman janganlah kamu jadikan (bitonatan) sahabat karib, teman kepercayaan orang2 di luar kalanganmu, karena mereka tiada putus2nya, tiada henti2nya berikhtiar menimbulkan kemadlorotan bagimu. Mereka menyukai apa yang mencelakakan atau menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka (min afwa hihim) dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi (ma tukhfi suduruhum - akbar).
 قد بيّنّا لكم الايت ان كنتم تعقلون
Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat2 Kami jika kamu  memahaminya.  

Yang Kedua, seorang muslim harus mengunakan akal sehat untuk bertabayyun dengan melakukan recheking, menimbang  segala informasi yang diterima, menilai apa yang terjadi dengan parameter yang dipertanggungjawabkan obyektivitasnya, sebab kebebasan pers dan tayangan berita di TV swasta  belakangan ini, bagi orang awam dianggap dapat memicu potensi konflik di tengah masyarakat.
Karena itu Seorang muslim hanya akan memilih informasi yang dapat dipercaya serta meninggalkan informasi sesat dan fitnah. Dia harus waspada dengan ucapan2, statement2 dan rekayasa politik, aksi2 demo dan kekarasan yang terbaca di koran atau tampak di layar kaca, minimal jangan ikut terpancing mengikuti cara-cara yang tidak dewasa dan terhormat. Allah mengingatkan :
يا ايّها الّذين امنوا ان جاءكم فا سق بنبأ فتبيّنوا ان تصيبوا قوما بجها لة فتصبحوا على ما فعلتم ندمين
Wahai orang2 yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesali atas perbuatanmu itu
(Al Hujurat : 6).

Yang ketiga, mendudukkan persoalan akherat atau agama lebih tinggi di atas segala2nya dibanding urusan dunia dan masalah2 kenegaraan, sehingga sebagai ummat muslim tidak perlu menjadi pecundang yang serta merta mengorbankan akidah, menggadaikan akhlak dan sendi2 agama untuk mensahihkan atau melicinkan urusan dunia.
من كان يريد الاخرة نزد له في حرثه, ومن كان يريد حرث الدّنيا نؤته منها وما له في الاخرة من نصيب
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akherat akan kami tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia akan Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akherat (Asyura : 20).

Yang keempat, dalam menyikapi dengan arif bijaksana masalah kenegaraan, maka segala urusan yang menyangkut kepentingan bersama diputuskan melalui musyawarah, dan karenanya kita harus menghormati hasil keputusan lembaga konstitusi yang telah dan masih kita sepakati, sepanjang insan2 di lembaga itu masih dapat memegang amanah.
  والّذين استجابوا لربّهم واقا موا الصّلوة وامرهم شورى بينهم
Dan bagi orang2 yang menerima, mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah
antara mereka; (Asyura : 38)

Yang kelima, bahwa paradigma kepemimpinan menurut Islam adalah ulil amri, pemimpin di antara kaum muslimin, oleh karena kita tidak hidup sebagai minoritas di antara mayoritas yahudi, nasrani atau tirani. Ulil amri yang jelas kesaksianya  sebagai muslim (isyhadu bianna muslimun) pribadi yang tidak diragukan ketaqwaannya kepada Allah SWT, tidak samar2 antara iman dan kafir : dalil pertama
             مذبد بين بين ذالك, لاالي هؤلاء ولاالي هؤلاء            

Dalam keadaan ragu2, ketidak pastian antara yang demikian iman atau kafir, tidak termasuk golongan orang2 yang beriman dan tidak pula termasuk golongan orang2 yang kafir.  Annisa : 143
Dalil kedua :
يأ يّها الّذين امنو لا تتخذو االيهود والنّصر اوليا ء بعضهم اولياء بعض ومن يتولهم منكم فانّه منهم, انّ الله لا يهدي القوم الظلمين
Wahai orang2 yang beriman janganlah kamu mengambil orang2 Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin2mu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang2 yang dhalim. Al Maidah : 51

Yang keenam, mengintrospeksi persoalan bangsa yang ditamsilkan sebagai zaman edan, yang penuh dengan kemaksiatan, merebaknya fitnah,  takhayul dan praktek2 kemungkaran yang telah mendera negeri kita sehingga menyebabkan krisis yang berkepanjangan , yang disebabkan oleh karena belum kokohnya sendi kuatnya nadi  kehidupan di negara kita dengan benar.

Mudah2an Allah tetap melimpahkan rahmatnya kepada kita semua dalam memasuki tatanan masyarakat baru yang berkeadilan dalam kedamaian dan sadar akan arti Persatuan dan kesatuan bangsa. Allah membuka jalan bagi kita untuk menyongsong Indonesia Baru yang “ BALDATUNTHOYYIBATUN WA ROBBUN GHAFUR”
بارك الله لى ولكم وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم

Wednesday, March 21, 2012

KHOTBAH JUM'AT : BERJUANGLAH DEMI KEMULIAN ISLAM


الحمدلله فا طرالسّموت والارض, يزيد فى الخلق ما يشآء انّ الله على كلّ شئ قدير, اشهد ان لااله الاّالله وحده لاشريك له واشهد انّ محمّدا عبده ورسو له, اللهمّ فصلّ وسلّم وبارك علىمحمّد وعلى اله وصحبه وسلّم تسليما كثيرا, اماّ بعد فيا ايّها المسلمون الكرام ,عبا دالله اتّق الله وطا عته لعلّكم تتقون  
Hadirin sidang jum’ah rohimakumullah

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. karena berkenannyalah kita sampai saat ini masih mampu melaksanakan salah satu kewajibanNya yang telah disyari'atkan melalui Rasullah Muhammad Saw.yaitu melaksanakan salat lima Waktu dan salat Jum'at pada siang hari ini. Semoga teman-teman dan saudara-saudara kita yang belum mampu melaksanakan hal yang sama  ini segera diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat melaksanaknnya.
Disamping itu, khatib perlu juga untuk saling mengingatkan kepada para jama'ah untuk senantiasa meningkatakan iman dan taqwa. Peningkatan dalam artian selalu berusaha melaksanakan segala titah dan perintah Allah Swt. dan meninggalkan segala larangan-Nya, sesuai dengan kapasistas kemampuan kita .
Uraian mengenai perintah untuk dapat lebih meningkatkan taqwa kepada Allah, yang diwasiatkan dalam khutbah kita hari ini, diawali dengan sebagian dari firman Allah dalam surah Annisa, ayat 95
فضّل الله المجهدين باموا لهم وانفسهم على القعدين درجة, وكلاّ وعدالله الحسنى وفضّل الله المجهدين على القعدين اجرا عظيما
Allah melebihkan orang2 yg berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang2 yang duduk (diam) yaitu satu derajat. Kepada masing2 mereka, Allah menjanjikan pahala yg baik (syurga) dan Allah melebihkan orang2 yg berjihad atas orang yg duduk (diam) dengan pahala yg besar.

Derajat yang tinggi dan pahala yang besar dari Allah itu menurut firman- Nya dalam
Alqur’an surah Annisa 95 tadi tidak pernah dinikmati dan dianugerahkan kepada orang yang hanya berdiam diri, yg udzur atau yang hanya duduk2 saja dalam berjihad atau berjuang di jalan Allah, apakah ia berjuang dengan hanya menafkahkan hartanya, tenaganya atau mengorbankan jiwanya menjadi syahid di jalan Allah.
Selama hayat masih dikandung badan, dan selama dunia ini belum kiamat Allah menguji kita semua dengan perkara jihad ini terbentang di hadapan kita yg memerlukan eksistensinya, ini dimaksudkan agar ada pembeda tentang kualitas manusia dihadapan- Nya kelak di yaumil hisab.
Oleh karena itu pesan taqwa senantiasa diturunkan agar sebagai orang yg beriman tidak boleh pasif, bahkan lemah terhadap segala gejala, atau fenomena kehidupan ummat atau masyarakat yg tidak sesuai dengan tatanan serta tuntunan agama Allah dan rasul-Nya.
 
Sebagai ilustrasi dari perbedaan kualitas ummat di akhir zaman seperti sekarang ini dengan kondisi ummat muslimin di masa2 awal perjuangan tegaknya pemerintahan Islam yg dipimpin rasululloh SAW.

Para hadirin yg dimuliakan Allah,

Pada tahun kedelapan hijrah Nabi Muhammad SAW memerintahkan sekitar 3.000 orang pasukannya untuk melakukan ekspedisi ke Basra (negeri Syam) yang masih di bawah kekuasaan kaisar Hiraklius, Romawi. Rasululloh memutuskan untuk mengirim pasukan itu, setelah penguasa Basra, Syuhrabil bin Amru menganiaya dan memenggal kepala Harist bin Umair yang membawa pesan perdamaian dari rasululloh. Ekspedisi itu dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, sebelum pasukan berangkat Nabi memberikan pesan :
ان اصيب فجعفربن ابى طا لب على النّاس, فان اصيب جعفر, فعبد الله بن الرّوا حه     
Jika Zaid bin Haritsah gugur, Ja’far bin Abi Thalib sebagai gantinya yang akan memegang tampuk pimpinan, dan jika Ja’far bin Abi Thalib gugur  ia diganti oleh Abdullah bin Rawahah.

Sayangnya berita keberangkatan ekspedisi ini diketahui oleh Syahrabil penguasa Hiraklius di Syam, akibatnya lebih dari 100.000 pasukan Romawi, Yuani dan Arab yg dipimpin Theodorus menghadang 3.000 pasukan muslim. Ketika mendengar penghadangan ini Zaid pun mengadakan musyawarah di Ma’an, ada yang mengusulkan agar hal ini dilaporkan kepada Nabi Muhammad untuk kemudian menunggu instruksi dari Madinah. Hampir saja usul itu diterima, tiba Abdullah bin Rawahah mengatakan :
“ Kita tidak pernah berperang mengandalkan bilangan dan kekuatan, tetapi berdasarkan kebenaran agama ini. Dan kita hanya punya dua alternatif : Menang  atau gugur sebagai syahid”.عش كريما أو مت شهيدا
Maka terjadilah peperangan yang tidak seimbang 3.000 lawan 100.000, 3 orang kaum muslimin melawan 100 orang musuh di Mu’tah kini wilayah Yordania. Bendera Nabi dibawa oleh panglima Zaid bin Haritsah di tangan kiri dan pedang di tangan kanan, Zaid yakin kematiannya sudah tak terelakkan lagi, tapi justru mati disini berarti syahid.

Para hadirin sidang Jum’ah r.a.

Setelah pasukan muslim bertempur habis2an, ketika belasan pedang menebas tubuh Zaid dan beliau  gugur, Ja’far bin Abi Thalib langsung menyerbu pasukan musuh dan merebut bendera Nabi, ketika tangan kanannya yang memegang bendera Nabi terpotong ia pun mengambil bendera itu dengan tangan kirinya. Dan ketika kedua tangannya terpotong dipeluknya bendera itu dengan kedua pangkal lengannya hingga ia gugur sebagai syahid. Kemudian bendera itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah, tapi sayangnya sebentar ia agak ragu ketika menghadapi musuh, sekalipun akhirnya beliau tewas juga sebagai syahid.
Nabi Muhammad SAW terharu ketika mendapat laporan peristiwa heroik yg mengakibatkan gugurnya 3 sahabatnya yg terbaik itu, beliau mengatakan :
“ Aku melihat Zaid dan Ja’far seperti mimpi orang yang sedang tidur ditempatkan di surga di atas ranjang emas, lalu saya lihat, lanjut rasululloh ranjang Abdullah bin Rawahah agak miring dari ranjang kedua rekannya itu. Ketika ditanya oleh para sahabat kenapa demikian, Nabi pun menjawab Karena Zaid dan Ja’far terus maju, tapi Abdulah agak ragu, sekalipun ia kemudian terus maju”.

Hadirin yang mulia.

Dari kisah ini kita mendapat teladan bahwa dalam berjuang, seorang mukmin tidak dibenarkan untuk ragu2. Apalagi demi membela panji Allah dan Tanah Air, lebih2 sekarang ini saat ummat
Islam makin dihadapkan pada berbagai tantangan, yang berupa krisis politik, ekonomi, krisis akhlak dan krisis kepercayaan. Seorang muslim tidak boleh ragu2 apalagi sampai mandeg dalam berjuang untuk mewujudkan tatanan masyarakat madani di era reformasi ini.    
Tetapi disamping itu perlu juga kita mengadakan introspeksi kenapa selama ini para pemimpin Islam begitu mudah dipecah belah dan saling bertengkar satu sama lain, untuk sebuah kekuasaan, pangkat, uang dan kesombongan. Mudah2an pernyataan saya ini keliru, seolah2 mereka sudah tidak menghiraukan peringatan Allah dan tuntunan rasululloh yang mengajarkan agar kita bersatu dan jangan berpecah belah “wa’tashimu bikhablillahi jami’a, wala tafarroqu”.

Bukankah lebih baik para pemimpin kita menyatukan misi dan visi untuk membangun kembali tatanan bangsa dan negara yang tengah porak poranda ini dengan sesuatu yang bisa mensejahterakan rakyat, rasa aman dan tenteram dengan tegaknya konstitusi yang bernuansa Islam atau sekurang2nya ajaran Islam sebagai rakhmatan lil alamin. Jihad kita lakukan dengan harta dan kalau perlu jiwa untuk menghambat pengaruh faham yg bertentangan dengan ajaran Allah dan rasul-Nya.

Kita harus waspadai keterbukaan yang sedang ngetren sekarang ini, keterbukaan untuk mengkrikit, mengeluarkan keinginan kelompoknya, meskipun bertentangan dengan tuntunan agama. Keterbukaan yang tanpa rambu-rambu yang telah merasuki simpul2 kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yang menyebabkan timbul rasa curiga satu sama lain dan menimbulkan perpecahan dan lemahnya perjuangan ummat Islam    Oleh karena itu tidak heran jika sampai Nabi SAW sendiri begitu khawatir akan keadaan ummatnya di masa depan. Kata beliau : Kamu menjadi lemah bukan karena jumlahmu sedikit, tapi karena kamu terpecah belah sehingga seperti buih di lautan.
Bagian akhir dari khutbah kita hari ini,  dengan merujuk kepada firman Allah mengenai kewajiban untuk berjihad dengan harta, benda dan nyawa, serta keteladanan para sahabat yang telah mati sebagai syuhada’ demi tegaknya agama Allah yang senantiasa berjuang tidak pernah ragu itu dapat menjadi
panutan kita bersama : Asyidda’u ‘alal kuffar, rukhama’u bainahum (mereka itu orang2 yg bersama Muhammad itu keras terhadap orang2 kafir dan kasih sayang lemah lembut terhadap sesama muslim).
Kita berlindung kepada Allah dari perbuatan orang yang dungu, bebal sebagai munafiq seperti firman Allah dalam surah Attaubah : 126

اولا يرون انّهم يفتنون في كلّ عا م مرّة اومرّتين ثمّ لا يتوبون ولاهم يذّكّرون
 Tidaklah mereka menyadari bahwasanya mereka setiap tahun dicoba, diuji satu kali atau dua kali, kemudian mereka tidak mau bertobat dan mereka juga tidak mau mengambil manfaat dari peringatan itu.
  
Semoga khutbah kita hari ini  menjadi renungan agar kekeliruan2 kita di masa lalu tidak terulang kembali dengan memperhatikan sabda rasululloh :
                                                                    لايلدع المؤمن من حجر واحد مرّتين
Orang yang beriman itu tidak akan tersengat atau terperosok dalam satu lubang untuk kedua kali.
Semoga Allah selalu membimbing kita ke arah yang di ridloi-Nya, arah yang tidak akan menyesatkan kita semua, sebab di jalan itu kita akan memperoleh kenikmatan dan kemenangan.
بارك الله لى ولكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم, وتقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم.

KHOTBAH : AMAR MA’RUF NAHYI MUNKAR SEORANG POLISI


َالْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى اَمَرَناَ أنْ نَدْعُوَ إِلَىالْخَيْرِ وَنَجْتَنِبَ عَنِ الشَّرِّ. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ , وَأشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيْدِنَا مُحّمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تبَِعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
        اَمَّا بَعْدُفَاؤُصَيْنِى نَفْسِى وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى الله, اِتَّقُوْاللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ َتمُوْتُوْنَ ِالاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى اْلقُرْآن ِاْلكَرِيْم اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم  وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةً يَدْعُوْنَ إِلَى الْخَيْرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاُولـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Ma'asyirol muslimin yang berbahagia.

Mengawali Khutbah kali ini sudah sewajarnya kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan yang Maha Besar, yang senantiasa melimpahkan taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga kita mampu melaksanakan shalat Jum'at yang Insya Allah sebentar lagi akan kita laksanakan. Dan dengan sendirinya mudah-mudahan kita semakin memantapkan hati dan niat dalam setiap langkah ,  dan setiap tarikan nafas kita, untuk bertaqwa dan berikhtiar menyempurnakan ketaqwaan kita kepada Allah Swt.

ِإتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحْـَسَنةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ – عَنْ اَبِى ذَرٍّ (رواه الطبرانى)
Artinya Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah perbuatan
            buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu menghapusnya,
            dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik. (HR Thabrany )

Semoga shalawat dan salam senantiasa dan selalu tercurah untuk Nabi Kita Muahammad Saw, yang telah memberikan Uswatu Hasanah,contoh tauladan baik buat kita pada setiap kondisi dan keadaan.Mudah-mudahan kita termasuk orang yang diberi kemampuan untuk mengikuti sepak terjang perjuangan Rasulallah Saw,  sehingga bertambah waktu, tambah pula

peningkatan qualitas iman kita, tambah pula amal sholeh kita dan tambah pula pengabdian kita untuk bangsa dan negara.

Hadirin Jama'ah jumat Rohimakumullah.

Dalam kaitan peningkatan Taqwa kita kepada Allah SWT, mari kita perhatikan sebuah Sabda Rasul ketika ditanya oleh seorang Shahabat tentang manusia yang paling baik menurut Rasulallah. Beliau bersabda :

آمُرَهُمْ باِلْمَعْرُوفِ وَأنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاَتْقَاهُمْ للهِ وَأًَوْصَلَهُمْ لِلَّرحْمِ
Yaitu :
  1. Yang paling rajin mengajak kepada kebaikan.
  2. Yang paling giat mencegah kemunkaran
  3. Yang paling taqwa kepada Allah SWT
  4. Dan yang paling komunikatif menjalin silaturrahmi.

Itulah keriteria manusia yang paling baik menurut Rasulallah SAW.
Empat prilaku yang tercantum dalam hadis Nabi itu, merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan  bagi setiap individu muslim dan itu harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang Polisi yang muslim wajib memiliki empat criteria tersebut, bila ingin menjadi polisi terbaik di lingkungannya.
Dia harus mau mengajak kepada hal-hal yang baik kepada sesama muslim ataupun kepada bukan muslim. Begitu juga kemunkaran wajib dicegah olehnya. Dan itu bisa dilakukan dengan jalur taqwa kepada Allah Swt dan melalui jalinan komuniaksi dengan sesama manusia.
Karena itulah dalam sabdanya yang lain dikatakan :

       مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَالْيُغَيَّرْ هُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسَْطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ. رواه مسلم
Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangan,  jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu,maka dengan hatinya, dan yang demikian merupakan selemah-lemahnya iman. HR Muslim

Begitu pentingnya upaya mengajak kebaikan dan mengikis kemunkaran harus dilaksanakan. Sehingga seakan-akan tiga langkah tersebut merupakan batas iman seseorang. Artinya, tinggi rendahnya iman seseorang itu tergantung seberapa jauh dia mampu mencegah kemunkaran. Apakah dia mampu menggunakan tangannya, atau dengan bahasa lain- dengan kekuasaannya  untuk memberantas kemunkaran. Atau kalau tidak, mampukah dia mengentaskan kemunkaran dengan pengetahuannya, dengan dakwahnya. Atau setidaknya, bisakah dia menghindarkan diri dari kemunkaran melalui munajatnya kepada Allah.
Bahkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzy, Rasulallah lebih tandas lagi memerintahkan umatnya untuk menegakkan ma’ruf dan mencegah kemunkaran dengan Sabda beliau :

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَأْمُرَنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشِكُنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ عِنْدِهِ, ثُمَّ لَتَدْعُنَّهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ.
Demi zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada kema’rufan dan mencegah dari kemunkaran, atau Allah menyegerakan pengiriman siksa dari sisi-Nya, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, lalu dia tidak memperkenankan doamu.
  
Hadirin Rohimakumullah
Kewajiban menyampaikan dakwah  amar ma’ruf nahy munkar  tidak hanya oleh Kiayi, Ustadz atau mubaligh saja. Tapi wajib juga  disampaikan oleh kelompok orang tertentu; seperti : Polisi umpamanya,  yang mengerti kandungan hukum, memahami hukum agama dan norma akhlakul karimah. Karena itulah Allah berfirman :

فَلََوْلاَ نَفَرَمِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

Artinya : Maka hedaklah ada diantara kamu sekelompok orang yang mempelajari agama, agar  mereka dapat memperingati kaumnya ketika mereka kembali, mudah-mudahan mereka  takut.( QS 9 : 122 )

Itulah sebabnya di setiap kelompok kehidupan diperlukan adanya insan-insan penganjur kebaikan pencegah kemunkaran. Mau mengajak kepada hal-hal kebaikan dan mampu mencegah terjadinya kemunkaran.
Untuk terlaksananya tugas mulia ini maka diperlukan beberapa persyaratan. Antara lain :

Pertama : Mengerti ilmu Al-Qur’an dan al-Hadist, Menguasai Sejarah Nabi SAW  dan Kisah Khulafaurrosidin
Kedua : Mengetahui kondisi keadaan orang yang menerima anjuran , mengetahui kebiasaannya, kadar pengetahuannya, dan kondisi-kondisi lainnya.Khootibinnasa ala qadri uqulihim. Ajaklah mereka untuk berbicara sesuai dengan tingkat pemikiran mereka.
Ketiga   : Mampu menyampaikan anjurannya dengan bahasa yang dimengerti oleh ummat.
Keempat: Memiliki pengetahuan tentang perbandingan agama, tentang faham-faham yang ada di masyarakat.

Hadirin yang berbahagia.
Akhirnya hanya kepada Allahlah tumpuan dan harapan kita, dialah yang akan melimpahkan Rahmat Karunia kepada kita sekalian.Semoga Allah menjadikan kita menjadi mausia yang paripurna dan dapat melaksanakan semua tugas kewajibannya. Melakukan ‘amar ma’ruf nahyi munkar  di lingkungan tempat kita berpijak. Amien.

بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَْكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إَنَّـهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ