Selama siklus hidup tanaman,
mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun
proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air
setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan
langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi ke dua faktor di
atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Fungsi air bagi tanaman
adalah :
1. Merupakan unsur penting dari protoplasma, terutama pada
jaringan meristematik.
2. Sebagai pelarut dalam proses fotosintesa dan proses
hidrolitik, seperti perubahan pati menjadi gula.
3. Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel
tanaman.
4. Pengatur suhu bagi tanaman, karena air mempunyai
kemampuan menyerap panas yang baik.
5. Transport bagi garam-garam, gas dan material lainnya
dalam tubuh tanaman.
Kebutuhan air pada tanaman
dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air
yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air tanah dan
kondisi lingkungan di atas tanah. Kisaran kadar air tanah yang tersedia secara
optimum berada antara kapasitas lapang (field capacity) dantitik layu permanen
(permanent wilting point) (Kramer, 1969). Kondisi ini berada antara 50% sampai
70% air tersedia. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh pF (kemampuan
partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya. Besarnya
kemampuan partikel tanah memegang air ditentukan oleh jumlah air dalam tanah.
Jumlah air yang diserp oleh akar pada lapisan tanah dari perempat pertama,
kedua, ketiga dan keempat berturut-turut adaha 40%, 30%, 20%, dan 10%.
Menurut Burstom (1956), bahwa
defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini
pada sel tanaman diterntukan oleh tegangan turgor. Hilangnya turgiditas dapat
menghentikan pertumbuhan sel (penggadaan dan pembesaran) yang akibatnya
pertumbuhan tanaman terhambat.
1. Fotosintesa
Defisit air pada saat proses fotosintesa berlangsung berakibat pada
kecepatan fotosintesa. Defisit air akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Hal
ini sebagai akibat dari menutupnya stomata, meningkatnya resistensi mesofil
yang akhirnya memperkcil efisiensi fotosintesa.Hasil penelitan Boyer (1970),
menyatakn potensial air sebesar 4 bar akan mengakibatkan berkurangnya perluasan
daun sampai sebesar 25% dari maksimum yang dapat diperoleh. Potensial air daun 12 bar mengakibatkan
terhentinya peruluasan daun. Hasil fotosintesa per unit luas daun mulai menurun
pada potensial air daun 11 bar (Gambar 43).
Apabila melewati potensial
air daun 18 bar laju penurunan perluasan daun menjadi maksimum, dan setelah
melewati 19 bar sampai 40 bar kecepatan fotosintesa menurun secara drastis dan
akhirnya terhenti. Dari penelitian itu disimpulkan bahwa perluasan daun
dibatasi oleh ketersediaan air tanah sehingga menurunkan efiiensi fotosintesa.
Hal ini berhubungan proses biokimia, karena fotosintesa merupakan proses
hidrolisa yang memerlukan air.
Kisaran defisit air dan
potensial air daun bervariasi menurut;
a. Umur tanaman
b. Posisi daun dalam
tajuk
c. Kondisi-kondisi
pertumbuhan
Menurut Yahya (1988), jumlah
siklus defisit (stress) yang dialami tanaman pada kondisi yang berbeda akan
menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Tanaman kapas yang tumbuh pada “growth
chamber” (terkontrol) pada potensial air daun 16 bar mengakibatkan menutupnya
stomata. Apabila tanaman yang sama ditanam pada lapangan terbuka, hingga
potensial daun mencapai 27 bar belum menunjukkna menutupnya stomata walaupun
tanaman juga mengalami siklus kekeringan. Stomata mempunya mekanisme
penyesuaian terhadap perubahan kandungan air tanah, yang dipengaruhi oleh
kapasitas tanah menyimpan air (water holding capacity). Gambar 44 menunjukkan
semakin tinggi kapasitas menyi8mpan air tanah semakin lama waktu yang tersedia
bagi stomata untuk kembali pada keadaan semula (non stress).
Penutupan stomata juga dipengaruhi oleh adanya variasi kelembaban
relatif yang terjadi di udara. Kelembaban relatif terjadi karena adanya air
dalam status uap. Pada suhu tinggi udara akan memegang upa lebih besar
dibandingkan dengan suhu rendah. Kelembaban relatif di-nyatakan dalam
persentase, ialaah sejumalh uap air pada suatu waktu dibandingkan dengan jumlah
total uap air yang dapat diikat oleh udara pada suatu suhu. Kelembaban berperan
pada perkmebangan kutikula, mencegah hidrasi kutikula, transpirasi yang
akhirnya juga sangat berperan dalam mengurangi adanya water streess. Oleh
karena itu dalam hal mencegah water stress kelembaban relatif lebih bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu, karena dipengaruhi
oleh faktor meteorologi dan fisiologi tanman seperti kegiatan transpirasi,
respirasi dan fotosintesa.
Kelembaban relatif rendah secara morfologis mempengaruhi endapan lilin
yang tebal. Kondisi ini secara fisiologis mempengaruhi kecepatan transpirasi.
Lapisan lilin yang tebal menyebabkan terhalangnya energi cahaya mencapai
khlorophyl. Sehingga mengurangi efisiensi fotosintesa. Selam kelembaban dalam
tubuh tumbuhan berada di atas titik layu, kegiatan metabolisme tak terpengaruhi
oleh kelembaban udara. Kelembaban
relatif mempengaruhi masuknya air ke dalam jaringan tanaman dan translokasi air
dalam tubuh tanaman. Kutikula yang terhidrasi akan meningkatkan aliran air ke
daun, karena tekanan daun berkurang. Water stress yang lama dapat meningkatkan
tebal dan kepadatan kutikula, menurunkan pemasukan, pelaluan air dan
mentabolisme dalam tubuh tanaman. Kelayuan yang berkepanjangan mengakibatkan
kutikula kurang permeable pada air. Status ini menimbulkan kelambatan pada
pertumbuhan batang dan daun, mengurangi kecepatan transpor ion, menurunkan
respirasi, menurunkan aktivitas enzim, megurangi pembelahan sel dan mengurangi
sintesa protein. Tetapi meningkatkan enzim hidrolitik, penutup stomata dan
mengakibatkan penimbunan asam abisisik.
Pengaruh stress air terhadap
sistem fotosintesa bisa juga melalui pengaruh pada kandungan dan organisasi
klorofil dalam kloroplass di dalam jaringan atau sel yang aktif berfotosintesa.
Pengaruh stress air pada perangkat fotosintesa tanaman jagung dilaporkan oleh
Alberte, Thornber dan Fiscus (1977). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
stress air bisa menurunkan kandungan klorofil dan (Gambar 45). Pada tanaman
jagung dan tanaman C4 lainnya stress air berpengaruh negatif pada
sel-sel mesofil daun. Pengaruh ini lebih besar daripada sel-sel “bundle sheat” karena menurut Yahya
(1988),
Sel-sel mesofil terletak
lebih jauh dari jaringan pembuluh yang mensuplai air dengan sel-sel bundle
sheat.
a. Kloroplast mesofil
lebih terpengaruh karena mengandung lebih banyak “ligh-harvesting chlorophyl
a/b protein (Fotosintem II) yang nampaknya labil pada kondisi stress yang
sedang sekalipun
b. Kombinasi ke dua proses di atas.
2. Sistem Reproduktif
Keberhasilan persarian dan
penyerbukan tanaman akan menggambarkan kapasitas sink tanaman tersebut. Fase
reproduktif merupakan fase yang kritis, karena itu pengaruh faktor lingkungan
seperti suhu, cahaya, dan air yang langsung terlihat pada sink. Pembuangan,
pembuahan dan pengisian biji/buah akan gagal apabila stress air berlangsung
lama. Menurut Herrero dan Johnson (1981) bahwa, perpanjangan rambut jagung
(silk), tangkai kepala putih (style) terhenti pada air daun (yang meghadap
tongkol pertama) kira-kira -9 bar pada tanaman yang mengalami stress
kekeringan, dan hanya-14 baru pada tanaman yang diairi cukup. Laju perpanjangan
silk dan potensial air daun yang diairi cukup dan tanaman yang mengalami stress
kekecingan dapat dilihat pada Gambar 46.
Hasil penelitian Yahya (1982)
menunjukkan bahwa stress air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga yang
akibatnya memperpendek periode pengisisna biji, sehingga meningkatkan pula
kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6 memperlihatkan diperlambatnya
muncul bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silking) selama 4-5 hari karena
adanya stress air. Kekeringan yang terjadi menjelang saat pembungaan sangat
berpengaruh pada sistem reproduktif (Tabel 7). Pada tanaman padi pengaruh ini
meningkatkan sterilitas bunga dan menurunkan persen pengisian biji.
3. Translokasi
Pertumbuhan suatu tanaman
selain ditentukan oleh kegiatan fotosintesa (fotsintat) dan perombakan bahan
kering oleh respirasi, juga ditentuka oleh kelancaran translokasi fotosintat
dan unsur hara ke bagian sink. Bahan yang berfungsi sebagai transpor zat-zat
(fotosintat dan unsur hara) dari sel ke sel dan dari organ ke organ adalah air. Translokasi melalui xylem berupa unsur hara
yang dimulai dari akar terus ke organ-organ, seperti daun untuk diproses dengan
kegiatan fotosintesa. Fotosintat yang merupakan hasil fotosintesa ditranslokasi
melalui phloem ke sink (buah, biji atau umbi) ataupun sebelumnya ke batang
(sink sementara), bagi tanaman yang menumpukkan fotosintatnya di batang,
seperti tebu.
Stress air
memperlihatkan pengaruhnya melalui terhambtanya proses translokasi. Pengaruh
tidak langsung terhadap produksi adalah berukangnya penyerapan hara dari tanah.
Hasil penelitian Yahya (1982) dari Universitas Wisconsin, pemupukan nitrogen
terhadap kandungan nitrogen (N) dalam daun (komponen klorofil) menunjukkan
bahwa adanya stress air kandungan N daun lebih rendah, jauh di bawah titik
kritis. Rendahnya
penyerapan unsur hara berarti rendah pula laju sintesa-sintesa bahan kering
(antara lain protein). Hal ini juga berarti rendah pula hasil akhir yang
diperoleh. Secara langsung stress air menurunkan laju translokasi fotosintat ke
bagian organ penumpukan (sink) misalnya dalam proses pengisisan biji.